- Hendri F. Isnaeni
- 24 Nov 2011
- 5 menit membaca
Diperbarui: 4 hari yang lalu
KETIKA pendudukan Jerman pada 1940, Frans Johannes Goedhart ikut gerakan bawah tanah yang mengobarkan perlawanan melawan Jerman. Dia membuat stensilan Niuwsbrief van Pieter ‘t Hoen dengan memakai nama pena “Pieter ‘t Hoen”, sebuah pseudonim dari pamflet satir di Belanda pada abad ke-18. Dia lalu memperluas penyebaran stensilannya dengan mengubah namanya menjadi Het Parool.
“Sebagai tanda perlawanan patriotik, koran Het Parool diberi subjudul vrij, onverveerd (bebas, berani),” tulis Jeroen Dewulf dalam Spirit of Resistance: Dutch Clandestine Literature During the Nazi Occupation.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.










