Masuk Daftar
My Getplus

Demo Rusuh Tolak Malaysia

Demo besar-besaran di Kantor Kedutaan Inggris ditanggapi Andrew Gilchrist dengan tingkah konyol, meniup bagpipe.

Oleh: Nur Janti | 30 Apr 2018
Massa merusak gedung milik Kedutaan Besar Inggris di Jakarta. (gahetna.nl),

Di depan kantor Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, massa-rakyat meneriakkan “Hidup Sukarno!”. Aksi pada paruh pertama 1960-an itu merupakan bentuk dukungan kepada sikap Presiden Sukarno yang menolak pendirian Federasi Malaysia oleh Inggris dan Malaya.

Aksi itu merupakan puncak penolakan terhadap pendirian federasi Malaysia. Sebelumnya, 23 September 1963, di Yogyakarta Sukarno menyatakan “Ganyang Malaysia” untuk pertama kali.

Aksi protes di Jakarta itu tapi tak mendapat respons baik. Duta Besar Inggris untuk Indonesia Andrew Gilchrist tidak mau menerima para demonstran. Dia bahkan menunjukkan sikap tak mau kalah. Dia ingin menunjukkan Inggris tetap kukuh pada pendiriannya untuk mendukung Federasi Malaysia.

Advertising
Advertising

Baca juga: Percikan Awal Sebuah Konfrontasi

Gilchrist meneriakkan nama Sekretaris Jenderal PBB, “Hidup U Thant!” sebagai balasan teriakan para demonstran. Tak hanya berhenti di situ, dia memerintahkan bawahannya Mayor Roderick Walker untuk memainkan alat musik tradisional Skotlandia bagpipe.

Baskara T Wardaya dalam Indonesia melawan Amerika: Konflik PD 1953-1963 menjelaskan tujuan Gilchrist memerintahkan Walker untuk meniup bagpipe. Gilchrist ingin menunjukkan semangat Inggris lewat permainan alat musik itu juga menunjukkan selera humornya kepada massa demonstran.

Mematuhi perintah atasannya, Wakler mondar-mandir di halaman kedutaan sambil meniup bagpipe seraya tak memedulikan para demonstran. Lengkingan suara bagpipe membakar amarah para demonstran. Mereka merasa diledek oleh cara Gilchrist menanggapi protes. Para demonstran lalu membakar mobil Rolls Royce milik Gilchrist. Mereka juga menerobos masuk kedutaan lalu menurunkan bendera Inggris.

Baca juga: Sepucuk Surat PM Malaysia untuk PSSI

Sikap Gilchrist disesalkan Duta Besar AS Howard Jones sebagai ketua korps diplomatik di Jakarta. “Saya yakin Sir Andrew Gilchrist sekadar bercanda. Tetapi, rakyat Indonesia sama sekali tidak bisa menerima rasa humor Skotlandia,” katanya seperti dikutip Julious Pour dalam Benny: Tragedi Seorang Loyalis.

Dua hari berselang, demonstrasi kembali dilaksanakan di depan Keduataan Inggris. Sekira 5000 massa yang terdiri atas pemuda, pelajar, dan massa rakyat, turut serta dalam demonstrasi. Massa membakar Gedung Kedutaan Besar Inggris sekaligus dua puluh satu perumahan stafnya.

Polisi kewalahan menangani amukan massa. Staf  Kedutaan Besar (Kedubes) Inggris yang kala itu masih berada di kantor lari tunggang-langgang menyelamatkan diri dengan bersembunyi di tempat sementara.

“Banyak dari staf  Kedubes Inggris yang lari menyelamatkan diri dari amukan massa. Tetapi sepertinya Inggris menolak untuk diintimidasi. Di hadapan para wartawan, Gilchrist bahkan mengatakan, ‘Please kill me before you bury me’,” kata Baskara ketika dihubungi Historia.

Baca juga: Malaysia Sengaja Curangi Indonesia di Tenis Meja

Tidak terima kantor kedutaan negara induknya diserang, massa di Kuala Lumpur juga melakukan demonstrasi. Mereka membalas perbuatan massa di Jakarta dengan menyerang kantor Kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur.

Rosihan Awar dalam Sukarno, Tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara Politik 1961-1965 menulis pernyataan Presiden Sukarno terkait demo di Kantor Kedutaan Besar Inggris. Mengetahui ada tindakan kekerasan yang menyerang Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, pemerintah melalui Wakil Perdana Menteri Indonesia Dr. Johannes Leimena mengeluarkan pernyataan tidak dapat membenarkan demonstrasi, perusakan, dan pembakaran yang dilakukan para demonstran.

TAG

malaysia inggris sukarno

ARTIKEL TERKAIT

Supersemar Supersamar Seputar Deklarasi Balfour Pangeran William, Putri Diana, dan Palestina Yang Tersisa dari Saksi Bisu Romusha di Bayah Pasukan Jepang Merebut Kuala Lumpur di Musim Durian Waktu Punya Tupolev, Angkatan Udara Indonesia Kuat Ingar-Bingar Boxing Day Ketika Pangeran Inggris Jadi Korban Pencurian Sinterklas Terjun hingga Tumbang di Stadion Kemaritiman Era Sukarno