ADA beragam pekerjaan unik dan tak umum yang pernah ada di dunia. Salah satu yang terbilang aneh namun memiliki banyak peminat –bahkan peminatnya merupakan bangsawan kerajaan– adalah groom of the stool. Pernahkah anda mendengar pekerjaan yang populer di Inggris pada periode Tudor ini?
Groom of the stool merupakan salah satu jabatan yang ada di istana kerajaan. Menurut Margo DeMello dalam On the Job: An Encyclopedia of Unique Occupations around the World, mereka yang ditugaskan untuk melakukan pekerjaan ini memiliki posisi yang penting di istana karena memiliki keintiman dengan sang penguasa.
Pekerjaan ini diperkirakan muncul ketika Raja Henry VII menguasai wilayah Inggris (1485-1509). Sebagai salah satu pelayan raja, tugas groom of the stool adalah mendampingi raja ketika sedang buang air besar maupun kecil di toiletnya yang dahulu disebut close stool.
“Tugas utama groom of the stool adalah menanggalkan, memakaikan pakaian kepada raja sebelum duduk dan menyeka bagian bawah tubuh sang raja setelah ia selesai melakukan tugasnya di toilet. Seringkali, mereka yang ditugaskan sebagai groom of the stool turut mendampingi raja saat makan dan menemani raja sepanjang waktu,” tulis DeMello.
Baca juga:
Peradaban dari Jamban ke Jamban
Sebagai salah satu pelayan pribadi raja yang paling utama, groom of the stool termasuk dalam privy chamber yang berisi sejumlah pelayan yang mengurus berbagai urusan pribadi raja. Sejarawan Maria Hayward menulis dalam Dress at the Court of King Henry VIII bahwa pelayan yang juga tergabung dalam kelompok ini di antaranya tukang cukur raja dan petugas lemari pakaian. Karena raja banyak menghabiskan waktu di ruang pribadinya, para pelayan yang ditunjuk untuk bertugas di privy chamber kebanyakan adalah teman-teman serta para penasihatnya.
Meski berada dalam privy chamber, pelayan yang bertugas sebagai groom of the stool harus selalu siap di dekat raja. Sementara pelayan lain memiliki jadwal bertugas masing-masing sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan.
“Para pelayan yang bertugas di privy chamber harus sudah siap pada pukul 7 pagi, untuk membantu raja bersiap-siap dan merias dirinya, memakaikan pakaian dengan cara yang terhormat, sopan, dan hati-hati. Tak seorang pun dari pelayan atau pengiring yang boleh menyentuhnya tanpa perintah khusus atau ikut campur dalam urusan pakaian, kecuali untuk menghangatkan pakaian dan mengantarkan raja kepada para tamunya; pakaian-pakaian itu harus dibawa ke pintu kamar kecil oleh pelayan khusus dan diterima oleh salah satu dari para pelayan, yang harus menyerahkannya kepada salah satu dari enam orang untuk dikenakan kepada raja,” tulis Hayward.
Posisi groom of the stool semakin populer dan menarik perhatian di masa pemerintahan Raja Henry VIII (1509-1547). Raja yang dikenal gemar berburu dan menggelar beragam perayaan mewah ini memilih groom of the stool berdasarkan kesan simpatik yang ia dapatkan dari masing-masing pelayan. Selama berkuasa, Henry VIII memiliki empat groom of the stool: Sir William Compton, yang telah melayaninya sejak ia masih menjadi pangeran, memegang jabatan tersebut hingga tahun 1526; Henry Norris bertugas hingga tahun 1536; Sir Thomas Heneage, menjadi groom of the stool hingga tahun 1546; dan Sir Anthony Denny, yang memegang posisi ini hingga tahun terakhir kematian Henry.
Kendati harus menemani raja saat buang air di toilet, groom of the stool menjadi sedemikian penting karena kesempatannya untuk berada begitu dekat dengan sang penguasa di waktu-waktu paling intim. Dalam banyak kasus, momen buang air dimanfaatkan raja untuk berbincang dengan pelayannya dan kesempatan ini dianggap sebagai momentum yang tepat untuk memberikan pendapat yang mungkin dapat memengaruhi sikap serta kebijakan raja terhadap sesuatu, seringkali dalam urusan politik dan kenegaraan.
Posisi groom of the stool juga memungkinkan seseorang untuk memiliki akses langsung tak terbatas ke raja dan seringkali dianggap sebagai orang kepercayaan yang tak tergoyahkan. Posisinya yang begitu penting bahkan membuat groom of the stool memiliki tempat tidur yang sangat dekat dengan tempat peristirahatan raja. Seringkali berada di lantai atas ruangan yang hanya terpisah dengan tangga khusus sehingga ia dapat siap sedia setiap saat. Tak heran bila kemudian seorang pelayan yang bertugas sebagai groom of the stool juga dianggap sebagai asisten pribadi raja.
Kisah Sir William Compton dapat memberikan gambaran mengenai peran groom of the stool sebagai asisten pribadi raja. Compton yang sembilan tahun lebih tua dari Henry VIII telah mengabdi sejak sang raja masih begitu muda. Hubungan yang terjalin erat sejak lama membuat Compton menjadi salah satu teman dekat dan orang kepercayaan raja setelah ia naik takhta. Menurut Tracy Borman dalam Henry VIII: And the Men Who Made Him, kenyataan bahwa ia sangat disukai Henry VIII sangat terkenal sehingga pelayanan kepada Compton segera dianggap sebagai pengganti pelayanan langsung kepada raja.
Baca juga:
“Indikasi besarnya kepedulian raja terhadapnya adalah ketika Compton diberi posisi paling istimewa di seluruh ruang pribadi raja, yakni sebagai groom of the stool. Meskipun secara teori tugas ini mengharuskan Compton mendampingi raja ketika ia sedang buang hajat di toilet, Henry memperluas tugas dan prestise posisi ini sehingga Compton menjadi semacam asisten pribadi, sekaligus penjaga uang raja. Dengan demikian, ia diharuskan untuk menemani tuannya ke manapun ia pergi,” tulis Borman.
Compton juga bertindak sebagai pembawa pesan raja yang sangat penting. Hanya seorang pria dengan kebijaksanaan yang baik yang dapat melakukan tugas ini, karena tugas tersebut melibatkan penyampaian pesan kepada istri maupun simpanan Henry. Namun, perannya sebagai pembawa pesan raja ini pula yang pada akhirnya membawanya kepada skandal cinta sang raja yang menghebohkan banyak orang. Kasus ini bermula dari ketika setahun setelah naik takhta, Henry VIII mulai menjalin hubungan dengan Anne Hastings, adik perempuan Duke of Buckingham yang sudah menikah.
Sebagai pelayan kepercayaan raja, Campton mulai bertindak sebagai perantara pasangan tersebut. Menurut salah satu anggota istana, ia mengatur kencan rahasia mereka di rumahnya sendiri di Thames Street. Namun, rumor segera beredar bahwa Compton memanfaatkan posisinya untuk berselingkuh dengan Anne Hastings. Rumor tersebut semakin menguat ketika ia ditemukan berada di kamar seorang perempuan yang merupakan anggota keluarga Buckingham. Meski Compton bersikeras tidak melakukan hal yang dituduhkan dan Henry VIII menegur sang duke atas “campur tangannya”, suami Anne tetap saja tak terima. Ia sangat marah dan segera mengirim istrinya ke sebuah biara yang jauh. Alih-alih membuat Compton dibuang atau diberhentikan dari pekerjaannya, hubungan sang pelayan dengan Henry VIII justru semakin dekat dan sang raja semakin mempercayai pelayannya itu.
“Setahun setelah Henry naik takhta, Compton disebut oleh duta besar Spanyol sebagai ‘privado’ atau orang kesayangan raja. Pada 1511, duta besar Prancis mengatakan bahwa Compton menikmati lebih banyak ‘crédict' dari Henry daripada pelayan lainnya, dan ia mendapat imbalan yang berlimpah atas jasanya,” tulis Borman.
Besarnya kepercayaan raja terhadap groom of the stool juga terlihat pada kasus Sir Anthony Denny yang memiliki kunci khusus terbuat dari emas dan diikat dengan pita biru yang dapat mengunci dan membuka kamar pribadi raja. Ia juga memiliki kendali atas stempel raja, yang secara efektif merupakan tanda tangan kerajaan, yang memberikan Denny kekuatan simbolis untuk memberi persetujuan atas nama raja.
Selain memberi kekuasaan yang spesial, Henry VIII juga memberikan perhatian dan merawat langsung para groom of the stool yang dimilikinya. Raja yang dikenal royal itu tak segan memberikan berbagai hadiah mahal atau anugerah kerajaan pada para pelayan kesayangannya. Begitu berkuasanya para groom of the stool membuat posisi ini begitu diminati oleh para bangsawan maupun tokoh-tokoh pemerintahan era itu. Persaingan sengit dan sikut-menyikut menjadi tak terhindarkan.
Baca juga:
Kisah Pengantin Wanita yang Tak Diinginkan Raja
Compton pernah menjadi sasaran untuk disingkirkan karena posisinya sebagai groom of the stool Raja Henry VIII. Pada 1523, ia dipindahtugaskan ke perbatasan Skotlandia oleh Thomas Wolsey yang telah lama bersaing untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar. Wolsey berharap berkurangnya anugerah yang diberikan kepada Compton dan hilangnya posisi strategis yang dimiliki pelayan kesayangan raja itu membuatnya membenci Henry. Namun, rencana Wolsey akhirnya hanya menjadi boomerang bagi dirinya sendiri karena ketidakhadiran Compton justru membuat Henry semakin membutuhkannya. Maka begitu kembali, Compton langsung menjadi pelayan yang disukai Henry VIII seperti sebelumnya.
Sejak awal kemunculannya, groom of the stool telah menjadi posisi impian bagi banyak bangsawan yang bertugas di kerajaan. Posisi ini berlangsung selama masa pemerintahan Henry VII, Henry VIII, dan Edward VI. Groom of the stool tidak digunakan pada masa pemerintahan Ratu Mary I atau Ratu Elizabeth I. Sebagai gantinya, mereka mempekerjakan pelayan wanita dari privy chamber. Posisi groom of the stool sempat muncul kembali pada masa pemerintahan James I tetapi hanya dalam waktu singkat. Setelah itu, groom of the stool berubah menjadi kepala tempat tidur raja, dan belakangan berubah menjadi groom of the stole, sebuah posisi yang akhirnya dihentikan untuk selamanya di bawah pemerintahan Edward VII.*