Masuk Daftar
My Getplus

Berdiri Menyanyikan Indonesia Raya

Sejak kali pertama diperdengarkan, kaum bumiputera biasa berdiri dan ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai bentuk penghormatan.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 12 Feb 2015
Peserta Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928.

KETUA Majelis Mujahidin Indonesia Irfan S. Awwas menolak berdiri saat peserta Kongres Umat Islam VI di Yogyakarta menyanyikan lagu Indonesia Raya, Rabu (11/2) lalu. Dia memilih menyanyi sambil duduk. Dia beralasan tak ada aturannya. Menurutnya, seperti dikutip tempo.co, berdiri saat menyanyikan lagu kebangsaan adalah sikap yang dibuat-buat. Bahkan dia menuding mereka yang berdiri menyanyikan Indonesia Raya sebagai pengkhianat.

Lagi Indonesia Raya diciptakan Wage Rudolf Supratman. Dia kali pertama memperdengarkan lagu itu melalui gesekan biolanya pada Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928, dan sebuah pertunjukan kesenian.

“Pada kesempatan kedua itu beberapa orang mulai berdiri menghormati ketika Indonesia Raya dinyanyikan,” tulis St. Sularto, “Wage Rudolf Supratman Menunggu Pelurusan Fakta Sejarah,” Prisma, 5 Mei 1983.

Advertising
Advertising

Lagu Indonesia Raya kali pertama dinyanyikan pada pembubaran panitia Kongres Pemuda II, Desember 1928. Penyanyinya Theodora Athia, biasa dipanggil Dolly, anak sulung Haji Agus Salim. Mendengarkan lagu itu dengan spontan para hadirin berdiri dan ikut menyanyi.

Lagu Indonesia Raya kembali dinyanyikan pada konges kedua Partai Nasional Indonesia (PNI) di Jakarta, 18-20 Desember 1929. Untuk memeriahkan kongres, Supratman diminta memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan gesekan biolanya bersama suatu orkes.

“Ketika lagu kebangsaan itu hendak dimulai, maka lebih dahulu Bung Karno selaku Pemimpin Umum P.N.I. menyerukan: ... ‘semua hadirin diminta berdiri, untuk menghormat lagu kebangsaan Indonesia Raya’,” tulis Oerip Kasansengari dalam Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan W.R. Soepratman Pentjiptanja. “Sejak itu hingga pada saat ini dan seterusnya apabila lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan, maka selalu dihormati dan dinyanyikan dengan berdiri.”

Menurut Sularto, hampir serentak peserta kongres PNI berdiri dan menyanyi, mengikuti koor dan iringan biola Supratman sebagai tanda penghormatan pada Indonesia Raya. Kongres juga menetapkan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Penetapan ini dikukuhkan dalam Kongres Rakyat Indonesia yang digelar Gabungan Politik Indonesia (Gapi) pada Desember 1939. Lagu Indonesia Raya pun segera populer dan dinyanyikan kaum bumiputera, sampai-sampai Supratman mencetaknya dalam lembaran stensilan.

Bukan hanya PNI. Sejak diterima kongres pemuda, lagu Indonesia Raya biasa dinyanyikan dalam pembukaan sidang partai-partai politik. Tak senang dengan kebiasaan itu, pemerintah kolonial mengeluarkan larangan kepada semua pegawai negeri yang menghadiri rapat partai politik berdiri tegak sebagai tanda penghormatan selama diperdengarkan lagu Indonesia Raya. Biasanya hadirin dipersilakan berdiri sebelum Indonesia Raya dinyanyikan. Para pegawai yang hadir mencari akal untuk menghindari pelanggaran terhadap larangan tersebut.

“Mereka tetap berdiri sebelum dipersilakan. Dengan jalan demikian, mereka tidak melanggar larangan pemerintah menghormati lagu Indonesia Raya sebagaimana mestinya. Itulah penyabotan secara halus terhadap larangan pemerintah kepada para pegawai untuk menghormati lagu Indonesia Raya. Dengan akal halus yang demikian, pelaksanaan larangan itu menemui kegagalan,” tulis Slamet Muljana dalam Kesadaran Nasional Volume 1.

Berlebihan bila menuding berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai pengkhianat.

TAG

sumpah-pemuda

ARTIKEL TERKAIT

Biola WR Supratman Punya Cerita Hoaks, Tantangan Pemuda Masa Kini Peringatan 90 Tahun Sumpah Pemuda Perlawanan Lewat Bahasa Kata Pemuda Zaman Kolonial tentang Sumpah Pemuda Memperjuangkan Indonesia Lewat Bahasa Indonesia Raya Setelah Sumpah Pemuda Tionghoa dalam Sumpah Pemuda Indonesia Raya Mengancam Belanda Perempuan dalam Kongres Pemuda