DAVID Beckham memukau pecinta sepakbola tanah air Minggu (25/3/2018) kemarin. Lewat sebuah perusahaan asuransi internasional yang membawanya, pria yang diberi gelar kebangsawanan OBE dari Ratu Elizabeth II itu mengkampanyekan gaya hidup sehat via sepakbola di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Jakarta Selatan. Beckham juga memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) lewat sumbangan 10 ribu bola untuk anak-anak akademi sepakbola di Indonesia.
Itu menjadi kunjungan kedua Beckham ke Indonesia. Pada November 2011, Beckham datang ketika masih aktif bermain di klub MLS (Liga Amerika Serikat) Los Angeles Galaxy. Kala itu, LA Galaxy melakoni laga persahabatan kontra tim Indonesia Selection di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta.
Bicara soal David Robert Joseph Beckham adalah bicara tentang pesona sepakbola. Para pakar boleh saja mendewakan Pele, Diego Maradona, Lionel Messi, atau Cristiano Ronaldo baik terkait skill maupun prestasi individu atau klub. Namun, belum pernah ada pesepakbola yang meninggalkan efek sebesar Beckham terkait persona dan brand.
Putra David Edward Alan Beckham dan Sandra Georgina West yang lahir pada 2 Mei 1975 itu sejak belia sudah menggilai sepakbola. Beckham merintis karier profesionalnya di Manchester United. Namanya mulai melesat setelah dia mencetak gol dari tengah lapangan kala menghadapi Wimbledon.
Seiring terangnya bintang Beckham, tawaran menjadi bintang iklan dan endorse dari sejumlah produk pun mulai menghampiri winger tampan itu. Perlahan tapi pasti, Beckham menjadi mesin uang bagi Manchester United. Terlebih, setelah dia menikahi personil Spice Girls, Victoria Adams.
“Daya tarik Beckham (terkait bisnis) dan kemampuannya meningkatkan pemasukan untuk klub, sangat luar biasa. Selain pemasukan lima juta poundsterling per tahun (gaji), dia mendapatkan 10 juta pounds dari endrosements, termasuk Adidas, Vodafone dan Marks and Spencer,” ulas Paul Kelso dan Giles Tremlet di The Guardian, 26 April 2003.
Pesona luar biasa dan potensi bisnis fantastis pada diri Beckham itu menjadi alasan penting di balik keputusan Real Madrid membelanjakan uang senilai 37 juta euro untuk memboyong Beckham ke Santiago Bernabeu pada 2003. El Real memanfaatkan betul pesona Beckham sehingga berhasil meraup laba “wah”. Dalam enam bulan sejak kedatangan Beckham, Madrid berhasil membuat rekor penjualan satu juta jersey resminya. Forbes Juli 2007 mencatat, Madrid mendulang laba 137 persen atau senilai USD600 juta dari penjualan jersey dan aneka merchandise.
Bukan Beckham namanya kalau tak membuat geger jagat media. Pada 2007, dia memutuskan pindah ke Major Soccer League/MLS (liga Amerika Serikat) dan bermain untuk klub LA Galaxy dengan nilai transfer USD250 juta. Kedatangan Beckham ikut mendatangkan keuntungan. “Dia datang, dia menjual, dia menaklukkan,” tulis ulasan USA Today, 2 Desember 2012.
Bukan hanya laba, kedatangan Beckham ikut melejitkan popularitas sepakbola di Amerika Serikat. Sebelum Beckham datang, catat USA Today, rata-rata penonton MLS per pertandingan hanya 15 ribu orang pada 2006. Angka itu meningkat jadi sekira 18 ribu orang per pertandingan begitu Beckham datang. Jumlah klub di MLS juga bertambah dari 12 menjadi 20 setelah kedatangan Beckham.
“Tidak diragukan lagi Beckham meningkatkan popularitas MLS. Dampak positifnya akan terus terasa sampai bertahun-tahun ke depan,” ungkap Sunil Gulati, Presiden Federasi Sepakbola Amerika Serikat.
Namun, Beckham tak melulu berkaitan dengan laba. Jiwa kemanusiaannya tetap besar. Saat bermain untuk klub kaya Prancis Paris Saint-Germain (PSG), dia menyumbangkan 1 juta poundsterling gajinya. “Gaji saya akan disalurklan untuk amal dan saya bangga melakukannya,” tutur Beckham, disitat BBC, 31 Januari 2013. Beckham
Jiwa kemanusiaan plus pesona dan popularitasnya itu membuat UNICEF dan LSM Malaria No More mendapuknya sebagai duta mereka. Beckham berulangkali ikut misi-misi kemanusiaan yang dihelat kedua lembaga itu.
Meski sudah resmi pensiun sejak Mei 2013, pesona Beckham belum pudar. Forbes pada 2014 mengakuinya sebagai pensiunan atlet dengan bayaran tertinggi kedua senilai USD75 juta, di bawah Michael Jordan. Pada 2015, media selebriti ternama People mendapuknya sebagai pria terseksi tahun itu.
“Beckham adalah contoh terbaik model baru manajemen dalam sepakbola. Segalanya bukan lagi tentang mencetak banyak gol, namun banyaknya jersey yang terjual. Pada 1995, 50 persen pemasukan tim-tim sepakbola rata-rata dari tiket. Sekarang hanya 30 persen. Sisanya dari iklan, merchandise dan hak siar. Alhasil, pemain menjadi penting (sebagai mesin uang),” ungkap Jose Maria Gay, profesor Universitas Barcelona, yang dimuat di jurnal Knowledge Wharton, University of Pennsylvania, Agustus 2003.