JAUH sebelum uang “mengintervensi”, bulutangkis putri Indonesia justru berprestasi. Para srikandi bulutangkis berkonsentrasi memenangkan pertandingan bukan untuk bonus, tapi demi menjaga nama baik bangsa. Target juara sudah harga mati. “Saya hanya ingin membawa nama Indonesia,” ujar Regina Masli, srikandi bulutangkis Indonesia era 1970-an, kepada Historia.
Regina ingat betul dia selalu menguras energi dan putar otak setiap kali melakoni sebuah pertandingan internasional. Terlebih, kala memperkuat tim Indonesia di Uber Cup 1975, 5-6 Juni di Jakarta. Bagi para srikandi bulutangkis Indonesia, turnamen itu sekaligus untuk ajang pembuktian mereka bisa menyamai prestasi para pebulutangkis pria yang sejak 1958 berhasil memboyong Thomas Cup.
Tim Uber Cup Indonesia akhirnya berhasil mencapai final setelah sebelumnya mengalahkan Inggris. Di final, Indonesia berhadapan dengan Jepang, jawara bulutangkis putri kala itu.
Pertandingan berjalan seru sejak hari pertama. Jepang sempat unggul 2-1. Indonesia akhirnya menyamakan kedudukan 2-2 setelah pasangan Regina/Minarni Soedarjanto menekuk pasangan Etsuko Takenaka/Machiko Aizawa 16-16, 6-15, dan 15-9 di partai keempat.
“Itu pertandingan terkuat (yang dihadapi) waktu Uber Cup lawan double Jepang, Etsuko Takenaka dan Michico Aizawa,” imbuhnya.
Hari kedua, pertandingan makin seru. Kedua tim bermain sama kuat. Di partai keenam, penentuan, Regina dan Minarni memikul beban berat mesti mengalahkan pasangan Hiroe Yuki/Mika Ikeda. Bila kalah, Indonesia gagal mewujudkan mimpi.
Bersama seniornya, Regina akhirnya konsentrasi pada mempertaruhkan nama besar Indonesia. Keduanya tak hanya menguras energi, tapi terus memutar otak selama pertandingan. Regina/Minarni akhirnya berhasil membayar kepercayaan rakyat Indonesia lewat kemenangan 15-8 dan 15-11.
“Pada waktu penentuan Uber Cup 1975 bersama Almarhumah Minarni, di hati saya hanya ingin bermain mati-matian untuk membawa nama Indonesia,” kenang Regina kepada Historia.
Kemenangan Regina/Minarni mengantar Indonesia memboyong Uber Cup untuk pertamakali. Bersamaan dengannya, Indonesia menjadi negara pertama yang bisa mengawinkan Uber Cup dengan Thomas Cup.
Keberhasilan itu mendapat sambutan semarak para pendukung yang utamanya warga Jakarta. Meski tak mendapat bonus uang, para pemain amat senang bisa memboyong trofi Uber Cup dan masing-masing mendapat medali.
“Alangkah senangnya kita berdua dapat membawa nama Indonesia,” ujar Regina menutup pembicaraan.
Baca juga:
Thomas Cup, Piala Dunia-nya Bulutangkis
Lambang Supremasi Bulutangkis Putri
Nona Manis Jagoan Bulutangkis
Minarni Sang Srikandi