Masuk Daftar
My Getplus

Pakde-Pakde Ari Wibowo

Ari Wibowo dan Ira Wibowo yang tersohor di jagat hiburan berasal dari keluarga tentara pejuang kemerdekaan. Di antara saudara ayahnya ada yang menjadi jenderal.

Oleh: Petrik Matanasi | 06 Jan 2023
Kol. CPL Hartono Wirjodiprodjo menerima jabatan sebagai Direktur Peralatan AD. Serah terima jabatan ini dipimpin Brigjen TNI Ahmad Yani di Markas Ditpalad di Jakarta. (Dok. Donatus Gregorius).

Pihak Indonesia pernah terlibat penjualan senjata api ke Biafra, Nigeria, Afrika, yang dipakai untuk perang saudara dan juga ke Israel. Mayor Jenderal TNI Hartono Wirjodiprodjo, yang pernah menjadi Direktur Peralatan Angkatan Darat hingga 1965, adalah orang yang dianggap bertanggung jawab dalam kasus ini. Ia diseret ke Mahkamah Militer Tinggi (Mahmilti) pada 23 Agustus 1971.

“Masyarakat amat menghargai putusan pimpinan Angkatan Darat untuk memajukan Mayor Jenderal Hartono ke depan Mahkamah Militer Tinggi. Dengan ini pemerintah membuktikan tidak pandang bulu,” puji Mochtar Lubis dalam Tajuk-tajuk Mochtar Lubis di Harian Indonesia Raya.

Meski dipersalahkan, jenderal pendukung Presiden Soeharto itu, baik-baik saja. Menurut Harold Crouch dalam The Army and Politics in Indonesia, Hartono dihukum dua tahun penjara di mana ia menjalaninya di rumah.

Advertising
Advertising

Hartono pernah diperbantukan kepada Kepala Staf Angkatan Darat untuk proyek-proyek nonbudgeter. Dari 25 Oktober 1965 hingga 17 Maret 1970, seperti dicatat Harsya Bachtiar dalam Siapa Dia?: Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Hartono adalah Asisten 4/Logistik dari Menteri/Panglima Angkatan Darat. Ia menggantikan Brigadir Jenderal TNI D.I. Panjaitan.

Baca juga: Skandal Senjata Era Soeharto

Sejak 11 Mei 1967, Hartono juga merangkap jabatan Deputi II/Pembinaan Panglima Angkatan Darat. Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sayidiman Suryohadiprojo dalam Mengabdi Negara Sebagai Prajurit TNI: Sebuah Autobiografi menyebut Hartono menggantikan Letnan Jenderal TNI Maraden Panggabean.

Bagi Sayidiman, Hartono seperti seorang kakak. Mereka pernah sama-sama belajar di Yogyakarta. Hartono adalah pelajar di sekolah tinggi teknik Yogyakarta. Tak heran jika kemudian ia berdinas di Corps Peralatan Angkatan Darat (CPL). Belakangan Hartono yang berlatar CPL menjadi pejabat PT Nurtanio.

Hartono punya dua adik di Angkatan Darat. Hartono “memiliki sifat-sifat yang agak lain dari mereka,” kata Sayidiman. Di masa revolusi, Hartono dan saudara-saudara laki-lakinya ikut bergerilya melawan tentara Belanda. Keduanya belakangan juga menjadi jenderal.

Baca juga: Akhir Palagan Jenderal Sayidiman Suryohadiprodjo

Raden Hartawan Wirjodiprodjo, kelahiran 31 Agustus 1925, orang teknik juga, hanya bukan di CPL melainkan Corps Zeni (CZI). Menurut Harsya Bachtiar, Hartawan di masa revolusi adalah komandan batalyon Tentara Genie pelajar (TGP) pada Desember 1948. Setahun kemudian, ia menjadi komandan batalyon zeni di Divisi Siliwangi hingga 1952. Antara tahun 1950 hingga 1951, ia menjadi Direktur Sekolah Zeni.

Hartawan pernah menjadi Asisten II Direktur Zeni Angkatan Darat. Ia kemudian menjadi Direktur Zeni Angkatan Darat dari 1961 hingga 1963. Pangkat terakhirnya Brigadir Jenderal TNI. Di luar militer dalam bidang teknik, Hartawan pernah menjadi Menteri Bina Marga dalam Kabinet Dwikora dari Agustus 1964 sampai 27 Maret 1966. Hartawan yang tutup usia pada 11 September 1977 pernah menjadi pejabat di PN Pertamina.

Adik Hartono satu lagi, Raden Wing Wirjawan Wirjodiprodjo, lahir di Malang, 14 Agustus 1927. Di Angkatan Darat, pekerjaan Wing juga dekat dengan hal teknis, sebagai perwira kavaleri.

Baca juga: Tinggi Badan Pas-Pasan Tapi Jadi Jenderal

Harsya Bachtiar mencatat, di masa revolusi, Wing adalah anggota Kompi Sjiwa dari TGP. Ia mengaku pernah bergerilya bersama abangnya di sekitar Gunung Wilis. Suatu kali, sekitar 1949, Wing pernah terdesak di sekitar Desa Gebang. Wing yang panik melapor kepada kakaknya, Hartawan yang menjadi komandan TGP. Abangnya kemudian melapor ke Moehammad Jasin yang memimpin pasukan Brimob.

Wing pernah pula jadi tawanan perang Belanda, di mana ia dipekerjakan di rel kereta api. Ia berhasil kabur dan bertemu kakaknya. Kakaknya memberi tahu, bahwa ibu mereka merasa sedih dan sering menangis karena Wing tidak ada kabar selama enam bulan.

Di lain waktu, setelah 22 Desember 1948, Wing bergerilya bersama adiknya, Raden Wibowo Wirjodiprodjo. Waktu pesawat Cocor Merah Belanda menyerbu kota Madiun, banyak orang Republik panik. Mereka berdua hendak kabur ke arah Mojorayung di Gunung Wilis. Tentara Belanda pun menembaki jalan-jalan menuju Gunung Wilis.

“Dalam perjalanan ke Mojorayung, saya dan adik saya menemukan sebuah (senapan mesin) 12,7 yang ditinggalkan pemiliknya. Karena kita hanya berdua, senapan mesin 12,7 tersebut kita ambil tanpa tripodnya,” kata Wing dalam Bunga Rampai Perjuangan & Pengorbanan IV. Senjata itu kemudian diserahkan ke kawan-kawan TGP.

Baca juga: Jenderal Ambon Generasi Pertama di TNI

Selesai perang, Wing sempat menjadi komandan peleton kavaleri di Batalyon 513 Brawijaya di Jawa Timur. Menurut Harsya Bachtiar, ia pernah menjadi komandan kompi lalu komandan batalyon eskader kavaleri Diponegoro di Jawa Tengah.

Wing pernah menjadi komandan Brigade Kavaleri Kostrad, komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri, Panglima Kodam XV Pattimura di Maluku (1970–1974), dan komandan Jenderal Komando Logistik Angkatan Darat (1974–1976). Dari tahun 1976, Wing menjadi asisten pribadi KSAD bidang kebudayaan dan olahraga. Terkait bidang kebudayaan, Wing punya cucu yang menjadi aktor dan DJ pada era tahun 2000-an, yaitu Wingky Wiryawan.

Wibowo tidak jadi jenderal. Setelah perang, ia sekolah dan tinggal di luar negeri. Di Jerman, ia menikah dengan Sibylle Ollmann. Dari perkawinan itu lahir Ira Wibowo dan Ari Wibowo, keduanya terjun ke dunia seni peran pada akhir 1980-an lalu cukup lama tersohor di jagat hiburan Indonesia.*

TAG

tni ad

ARTIKEL TERKAIT

Pieter Sambo Om Ferdy Sambo Pejuang Tanah Karo Hendak Bebaskan Bung Karno Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Sejarah Prajurit Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya Serdadu Ambon Gelisah di Bandung M Jusuf "Jalan-jalan" ke Manado Saat Brigjen Djasmin Dikata Pengkhianat Thomas Nussy versus Anak Cik Di Tiro