Masuk Daftar
My Getplus

Otto Skorzeny yang Ditakuti

Perwira cerdik dan kharismatik kesayangan Hitler. Spesialis operasi senyap yang kondang hingga Mesir dan Argentina.

Oleh: Randy Wirayudha | 30 Jun 2020
Otto Skorzeny saat masih berpangkat mayor pada Oktober 1943, tak lama setelah membebaskan Benito Mussolini (Foto: Narodowe Archiwum Cyfrowe)

SOROT mata Otto Skorzeny begitu tajam. Codet di pipi kiri sang hauptsturmführer (kapten) dari pasukan komando Schutzstaffel (SS) Jerman itu menambah kesan garang kala mencoba meyakinkan jenderal polisi Italia Fernando Soleti dengan setengah memaksa. Sang jenderal pun “menurut” dibawa ke sebuah misi penting: menyelamatkan Il Duce Benito Mussolini.

Sejak ditangkap Carabinieri (polisi militer) Italia pada 25 Juli 1943, posisi Mussolini sebagai perdana menteri telah dilengserkan. Pelengseran dilakukan setelah Gran Cosiglio del Fascismo (Dewan Fasisme Italia) menetapkan mosi tidak percaya terhadap Mussolini pasca-invasi Sekutu ke Pulau Sisilia dan pemboman terhadap ibukota Roma. Raja Vittorio Emanuele III pun menetapkan Marsekal Pietro Badoglio untuk menggantikan posisi Mussolini.

“Perintah untuk membebaskan Mussolini diberikan kepada Skorzeny oleh Hitler sendiri, sekalipun tindakan itu diambil Hitler lebih didorong pertimbangan politik daripada pertimbangan sentimentil,” tulis P.K. Ojong dalam Perang Eropa: Jilid II.

Advertising
Advertising

Hitler tahu bahwa Badoglio seorang petinggi militer yang anti-Jerman. Hitler khawatir, lanjut Ojong, Italia tanpa Mussolini justru akan membela ke pihak Sekutu. Sementara petinggi fasis Italia lainnya belum ada yang punya reputasi sebesar Mussolini, sekalipun Hitler memandang rendah “seniornya” itu mengingat minimnya prestasi kombatan Italia dalam pihak Poros di medan perang.

Baca juga: Menang atau Mati! Ancaman Mussolini untuk Tim Azzurri

Itu salah satu faktor Hitler meminta Skorzeny menyelamatkannya. Begitu mendapat perintah, Skorzeny langsung menemui Generaloberst (kolonel-jenderal) Kurt Student, komandan Divisi Fallschirmjäger (lintas udara) ke-1 yang berbasis di Italia. Rencana pembebasan pun dirancang dengan melibatkan 300 pasukan linud dengan komandan lapangan Mayor Harald Mors dan Oberleutnant Georg Freiherr von Berlepsch, ditambah 16 pasukan SS bawaan Skorzeny.

Tetapi sebelum berangkat dari Pangkalan Udara Pratica di Mare pada pagi 12 September 1943, Skorzeny lebih dulu menangkap dan memaksa Soleti ikut serta dalam rombongan dengan pesawat-pesawat peluncur yang akan menuju Gran Sasso, sebuah puncak di Pegunungan Apenina tempat Mussolini ditahan di Hotel Campo Imperatore. Soleti dibawa untuk mencegah agar tak terjadi pertumpahan darah dalam misi di sebuah resor ski itu.

Kapten Otto Skorzeny membebaskan Mussolini (atas) untuk kemudian diterbangkan dari Gran Sasso ke Jerman (bawah) (Foto: Bundesarchiv)

Kabut di sekitar puncak Gran Sasso yang menyelimut sejak pagi mulai menghilang ketika Skorzeny cs. mendarat pada pukul dua siang. Dari halaman hotel, Skorzeny melihat detasemen penjaga Carabinieri sudah siap mengokang beragam jenis senjata. Baku tembak skala kecil pun terjadi, mengakibatkan dua polisi Italia tewas. Saat itulah Skorzeny menemui Mussolini.

“Dengan tergesa-gesa, gugup, keringatnya mengucur dari mukanya, Skorzeny masuk ke kamar tahanan Mussolini. Ia pun memperkenalkan dirinya. ‘Führer yang siang-malam memikirkan bagaimana dapat membebaskan Tuan, menyerahkan tugas ini kepada saya. Hari ini saya merasa girang dan puas bahwa dengan membebaskan Tuan, saya telah menjalankan tugas yang diberikan Führer kepada saya’,” kata Skorzeny, dikutip Ojong.

Setelah membawa Soleti ke muka dan Soleti memerintahkan komandan penjaga untuk menurunkan senjata mereka, tak lama kemudian pesawat penjemput Fieseler Fi-156 “Storch” datang. Pesawat diterbangkan Kapten Heinrih Gerlach, pilot pribadi Jenderal Student. Selesailah tugas Skorzeny membawa Mussolini dari pengasingannya ke muka Hitler lewat aksi dramatis itu. Bertambah pula pujian Hitler kepada kapten pemberani yang ditakuti lawan akan reputasi-reputasinya itu.

Mantan Atlet Kharismatik

Reputasi Skorzeny berhulu pada besarnya jiwa kompetitif sejak belia. Sosok kelahiran Wina, Austria pada 12 Juni 1908 dari keluarga blasteran Polandia-Austria itu sejak muda aktif di olahraga anggar. Codet di pipi kirinya pun didapat Skorzeny saat bertanding.

Tetapi dia tak meneruskan karier atletnya selepas lulus kuliah. Dia memilih bergabung ke barisan Sturmabteilung (SA), sayap militer Partai Nazi cabang Wina. Ia turut andil menyelamatkan nyawa eks Presiden Austria Wilhelm Miklas ketika Hitler mencaplok Austria pada 1938.

Baca juga: Anggar untuk Hitler

Keluarga Otto Skorzeny (kiri) & olahraga anggar yang membuat luka codet di wajahnya (Foto: Youtube ORF/ww2gravestones.com)

Diungkapkan Stuart Smith dalam Otto Skorzeny: The Devil’s Disciple, pada 12 Maret 1938 datang sekelompok pasukan SA ke Istana Kepresidenan Reisnerstrasse. Skorzeny mendapati sekelompok SA itu bukan dari cabang Wina, melainkan dari Jerman yang tengah memburu Miklas. Miklas sebelumnya menolak tuntutan Hitler untuk menunjuk tokoh Nazi Arthur Seyss-Inquart menjadi kanselir. Tapi ketika Miklas akhirnya menurut, pasukan SA sudah diperintah Hermann Goering menghabisinya.

Skorzeny diminta Ketua Asosiasi Olahraga Austria Bruno Weiss, yang juga kolega Kanselir Seyss-Insquart, untuk menyelamatkan Miklas sebelum terlambat dan meluruskan kesalahpahaman. Benar saja. Ketika Skorzeny dan pasukannya datang ke Istana Presiden, kelompok SA Goering sedang menodongkan senjata ke Miklas dan istrinya. Miklas dan istrinya jejeritan saat ditodong.

“’Diam!’ teriak Skorzeny. Lantas terdengar perintah ‘Bersiap!’ dari letnan bawahan Skorzeny, seketika 20 mulut senapan diarahkan ke pasukan Nazi itu. Untuk menenangkan situasi, Skorzeny mengatur pembicaraan antara Miklas dan Seyss-Inquart via telepon,” tulis Smith.

Selamatlah nyawa Miklas. Tak seperti pejabat pemerintahan lain semisal eks Kanselir Austria Kurt Schuschnigg yang –belakangan selamat dan kabur ke Amerika Serikat berkat bantuan Albert Goering, adik dari Hermann Goering– ditahan di kamp konsentrasi Dachau.

Arsitek Operasi Senyap

Saat Perang Dunia II pecah pada 1939, Skorzeny sejatinya ingin mendarmabaktikan diri ke Luftwaffe (AU Jerman), namun ditolak. Selain karena posturnya terlalu tinggi, usianya sudah 31 tahun, sehingga tak lolos syarat pelatihan kru penerbang AU. Tapi lewat koneksinya di Partai Nazi semasa jadi kader SA, Skorzeny bisa masuk barisan Leibstandarte SS Adolf Hitler, unit pasukan pengawal Hitler.

Sebagai perwira yang cakap merancang rencana-rencana operasi di belakang garis musuh, Skorzeny diperbantukan ke Divisi Panser ke-2 SS “Das Reich” di Pertempuran Moskwa pada Oktober 1941. Tetapi sejak terkena pecahan peluru artileri Uni Soviet pada Desember 1942, Skorzeny dimutasi ke Reichssicherheitshauptamt (RSHA), semacam lembaga ketahanan dan keamanan nasional di Berlin, di bawah pimpinan Ernst Kaltenbrunner. Di departemen intelijen luar negeri RSHA, Skorzeny membentuk komando pasukan khusus SS, Sonderverband zur besonderen Verwendung Friedenthal.

“Pasukan komando ini dilatih untuk menjalani operasi-operasi sabotase, spionase, dan teknik-teknik paramiliter. Di kemudian hari, pasukan setingkat batalyon ini berganti nama menjadi SS Jagdverband 502 pada 1943 dan pada November 1944 berganti lagi menjadi Unit Pusat Pertempuran SS yang puncaknya punya personel hingga lima batalyon,” tulis Samuel W. Mitcham dalam Panzers in Winter: Hitler’s Army and the Battle of the Bulge.

Skorzeny yang sudah berpangkat letkol kala menginspeksi pasukan pada Februari 1945 (Foto: Bundesarchiv)

Setidaknya tujuh misi operasi senyap pernah dirancang Skorzeny sepanjang Perang Dunia II. Selain misi penyelamatan Mussolini, misi kondang yang dirancang Skorzeny adalah Operasi Greif. Operasi khusus untuk mengacaukan pihak Sekutu di Pertempuran Bulge (16 Desember 1944-25 Januari 1945) itu lantas membuatnya dipromosikan menjadi mayor dan kemudian obersturmbannführer (letnan kolonel).

Inti misi operasi yang dilakoni pasukan Brigade Panser 150 yang semua anggotanya mahir berbahasa Inggris itu adalah merebut dan menghancurkan jembatan-jembatan di atas Sungai Meuse di belakang garis pertahanan Sekutu. Dengan begitu, pasukan terdepan Sekutu bakal terputus hubungannya dengan pertahanan belakangnya.

Baca juga: Hermann Goering, Sang Tiran Angkasa Nazi Jerman

Misi sabotase itu sukses menimbulkan kekacauan dan kebingungan di pihak Sekutu. Rumor tentang adanya pasukan Jerman berseragam Sekutu untuk membunuh panglima tertinggi Sekutu Jenderal Dwight Eisenhower pun disebarkan para anak buah Skorzeny. Rumor itu bahkan mengakibatkaan rombongan mobil panglima Inggris Marsekal Bernard Law Montgomery nyaris ditembaki petugas jaga tentara Amerika di salah satu pos di Malmédy gara-gara paranoia.

Setelah hinggap di Mesir dan Irlandia, Skorzeny (kiri) jadi penasihat Presiden Argentina Juan Domingo Perón (tengah) (Foto: Wikipedia)

Pasca-kapitulasi Jerman, Skorzeny ditahan dan diseret ke Pengadilan Dachau, persidangan untuk mengadili penjahat perang. Namun sebelum divonis, pada 27 Juli 1948 dia berhasil melarikan diri dari kamp penahanan di Darmstadt. Ia kabur ke Paris, Madrid, lantas ke Mesir. Di Mesir, Skorzeny direkrut jadi penasihat militer oleh pemerintahan Mohamed Naguib yang banyak merekrut eks-perwira Jerman untuk melatih tentara Mesir.

“Skorzeny juga melatih para pengungsi Palestina dengan dasar-dasar kemiliteran. Satu di antara para pengungsi yang dilatih untuk menyusup dan menyerang Israel di Jalur Gaza itu adalah Yasser Arafat (kemudian jadi Ketua Organisasi Pembebasan Palestina 1969-2004),” singkap Glenn B. Infield dalam Skorzeny: Hitler’s Commando.

Dari Mesir, petualangan Skorzeny berlabuh di Argentina, tempat dia kemudian menjadi salah satu penasihat Presiden Juan Péron. Hingga hari kematiannya pada 5 Juli 1975 karena kanker paru-paru, Skorzeny memanfaatkan jabatannya untuk membantu banyak pelarian Nazi dari Eropa ke Argentina via Madrid.

Baca juga: Stauffenberg, Opsir "Judas" Kepercayaan Hitler

TAG

jerman jerman-nazi nazi hitler mussolini benito mussolini perangdunia ii perang dunia

ARTIKEL TERKAIT

Pangeran Bernhard, dari Partai Nazi hingga Panglima Belanda Kisah Putri Bangsawan India Jadi Mata-mata Inggris (Bagian II) Kisah Putri Bangsawan India Jadi Mata-mata Inggris (Bagian I) Momentum Bayer Leverkusen Akhir Pelarian Teroris Kiri Cerita Tak Biasa Mata-mata Nazi Dua Kaki Andreas Brehme Nasib Tragis Sophie Scholl di Bawah Pisau Guillotine JJ Nortier Kabur dari Nazi ke Front Pasifik Sisi Lain Der Kaiser Franz Beckenbauer