Masuk Daftar
My Getplus

Hindari Razia Intel Kolonial, Surat Kuasa SI Merah Dibuat dari Kain

Surat mandat untuk Henk Sneevliet terbuat dari kain belacu. Dikirim dari Semarang ke Belanda secara rahasia.

Oleh: Bonnie Triyana | 07 Jan 2016
Surat kuasa untuk Henk Sneevliet alias Maring. Terbuat dari kain supaya mudah disembunyikan dan diselundupkan ke Belanda. Foto: Koleksi IISG Amsterdam.

PADA secarik kain belacu putih yang telah menguning lapuk dimakan usia itu tertera sembilan nama penandatangan. Mereka adalah Semaoen, Boedisoetjitro, Mohamad Kasan, Hadji Boesro, Kadarisman, Soeradi, H.W. Dekker, P. Bergsma dan Tan Malaka. Dari coretan tinta di akhir surat, masih bisa terlihat jelas siapa saja pemilik tandatangan.  

Kesembilan orang tersebut memberi mandat kepada Henk Sneevliet untuk menjalankan tugas dan membuat keputusan atas nama mereka selaku pengurus Partai Komunis Hindia (Partij der Komumunisten in Indie, kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia) dan Sarekat Islam. Partai Komunis Hindia berdiri 23 Mei 1920, setelah sebelumnya bernama ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging atau Perkumpulan Sosial Demokrat Hindia Belanda).

Baca juga: 

Advertising
Advertising

Multatuli
Siapa Peduli Rumah Multatuli?
Buah Pena Multatuli

Tidak ada penjelasan kenapa surat kuasa bertitimangsa 5 September 1921 itu diketik di atas secarik kain, bukan kertas sebagaimana umumnya surat kuasa. Besar kemungkinan surat tersebut diselundupkan melalui para pelaut yang pergi berlayar ke Belanda. Sejarawan Harry A Poeze memperkuat dugaan itu. Menurut penulis biografi Tan Malaka ini, korespondensi di kalangan tokoh-tokoh komunis dilakukan secara rahasia untuk menghindari sensor dan penyitaan pemerintah kolonial.

“Memang benar. Surat di antara orang komunis selalu dikirim secara rahasia untuk menghindari penyitaan,” ujar Harry kepada Historia.

Sneevliet yang kerap menggunakan nama samaran “Maring” memang satu-satunya orang yang bisa dipercaya untuk mewakili kepentingan dan berbicara atas nama partai di luar negeri. Dia diusir dari Hindia Belanda karena dianggap menghasut rakyat melawan pemerintah kolonial melalui artikelnya “Zegepraal” (Kemenangan) yang dimuat di harian De Indiers, Maret 1917.

Dia meninggalkan Semarang, 5 Desember 1918. Tak lama setelah tiba di Belanda, dia bekerja sebagai bendahara Federasi Buruh Transportasi, Sekertariat Buruh Nasional (NAS, Nationaal Arbeiders Secretariaat). Kemudian pergi ke Rusia untuk mewakili ISDV dan Sarekat Islam dalam kongres Komintern kedua di Petrograd dan Moskow, Juli 1920.

Baca juga: 
Menelusuri Jejak Henk Sneevliet di Semarang
Hari-Hari Terakhir Menjelang Eksekusi Mati Henk Sneevliet

“Dialah satu-satunya delegasi yang ikut mendirikan partai sosialis revolusioner di Asia. Kenyataannya memang ISDV (kemudian jadi PKI) adalah partai komunis pertama yang pernah didirikan di Timur,” tulis Dov Bing, guru besar ilmu politik University of Waikato Selandia Baru dalam makalahnya Lenin and Sneevliet: The Origins of Theory of Colonial Revolution in The Dutch Indies.

Surat kuasa yang terbuat dari kain itu kini tersimpan di Institut Internasional untuk Sejarah Sosial (Internasional Instituut voor Sociaal Geschiedenis, IISG), Amsterdam, Belanda. Selain secarik surat yang kini sudah dipindai itu, ribuan arsip lainnya juga tersimpan di lembaga yang sama. Sebagian besar arsip memuat informasi tentang aktivitas politik di Indonesia pada era pergerakan, termasuk Sarekat Islam dan Partai Komunis Indonesia.

Arsip beberapa tokoh pergerakan di Indonesia seperti Semaoen, Darsono, Sukarno dan Tjipto Mangoenkoesomo pun tersimpan di IISG. Lembaga penyimpanan arsip-arsip gerakan kiri ini pun menyimpan banyak dokumentasi sejarah lainnya, mulai spanduk, flanel bahkan poster.

TAG

henk sneevliet anti kolonialisme 1920 partai komunis

ARTIKEL TERKAIT

Di Hadapan Lenin, Sneevliet Anjurkan Kerjasama Dengan Islam Eks Pesindo Sukses Ibu dan Kakek Jenifer Jill Pieter Sambo Om Ferdy Sambo Pejuang Tanah Karo Hendak Bebaskan Bung Karno Siapa Penembak Sisingamangaraja XII? Sejarah Prajurit Perang Tiga Abad tanpa Pertumpahan Darah Ibnu Sutowo dan Para Panglima Jawa di Sriwijaya Serdadu Ambon Gelisah di Bandung