Masuk Daftar
My Getplus

Ajudan Menhan Curi Perhatian

Sempat jadi rebutan para jenderal, Pierre Tendean akhirya mengajudani Menteri Pertahanan Jenderal TNI AH Nasution. Setelah jadi ajudan, kerap jadi sorotan.

Oleh: Martin Sitompul | 13 Feb 2024
Letnan Satu Pierre Tendean, ajudan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal Abdul Haris Nasution. (Sumber: @Jani Sari/Facebook.)

SOSOK Mayor Teddy Indra Wijaya terekspos media sejak mendampingi Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dalam berbagai kampanye pilpres. Sorotan kamera acapkali ikut membidik prajurit Kopassus ini ketika mengawal Prabowo ke mana-mana. Apalagi saat orang-orang yang menghampiri Prabowo tanpa protokol, Teddy beraksi bak perisai hidup.

Pada kampanye pamungkas di Stadion Gelora Bung Karno akhir pekan kemarin, Teddy membopong seorang gadis yang pingsan akibat penonton berdesak-desakan. Namanya pun sontak ramai diperbincangkan di media sosial, khususnya oleh para kaum wanita. Tak kurang pula pemberitaan media.    

Sebagai ajudan Menhan Prabowo, Teddy memang dituntut sigap dan cekatan menjaga sang menteri yang juga calon presiden nomor urut 2 tersebut. Sebelum mengajudani Prabowo, Teddy lebih dulu menjadi asisten ajudan Presiden Joko Widodo saat masih berpangkat letnan satu. Setelah menyelesaikan pendidikan ranger di Amerika, Teddy kemudian ditugaskan sebagai ajudan menteri pertahanan pada 2020.

Advertising
Advertising

Baca juga: Kisah Pierre Tendean Si Ajudan Tampan

Sosok ajudan yang mencuri perhatian juga pernah dialami oleh Jenderal Abdul Haris Nasution. Dalam memoarnya Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 6: Masa Kebangkitan Orde Baru, Nasution secara kelakar menuturkan dirinya kerap “kalah beken” dari sang ajudan. “Telinga kami untuk Pak Nas, tetapi mata kami untuk ajudannya,” jadi istilah yang menggambarkan suasana setiap kali Nasution tampil di forum publik. Ajudan tersebut bernama Pierre Andries Tendean.

Pierre Tendean berasal dari keluarga Indo-Prancis. Ayahnya orang Minahasa sedangkan ibunya berdarah Prancis-Kaukasia. Ras campuran pada diri Pierre itu mewujud kepada wajahnya yang terlihat seperti bule. Pierre numpang lahir di Batavia, 21 Februari 1939, namun tumbuh besar di Semarang. Meski berparas bule, dia fasih bahasa Jawa. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA pada 1958, Pierre masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad) di Bandung.

Menurut Masykuri, penulis biografi Pierre Tendean, sebagai seorang taruna dan olahragawan yang berpostur atletis, serta roman muka bule, Pierre jadi pusat perhatian gadis-gadis remaja. Oleh gadis-gadis remaja Bandung, Pierre mendapat julukan “Robert Wagner dari Panorama”. Robert Wagner adalah bintang film Amerika terkenal, sedangkan Panorama adalah nama tempat pendidikan Atekad di Bandung.

“Apabila sedang memimpin parade Taruna, dalam setiap ada perayaan, Pierre selalu menarik perhatian khalayak ramai,” catat Masykuri dalam Pierre Tendean.

Pada1962, Pierre Tendean lulus dari Atekad dengan menyandang pangkat perwira pertama letnan dua. Pierre kemudian berpindah-pindah tempat tugas. Di Medan, dia ditempatkan di Batalion Zeni Tempur Kodam II/Bukit Barisan. Setelahnya Pierre mengikuti pendidikan intelijen di Bogor. Ketika kampanye militer Dwikora "Ganyang Malaysia", Pierre terlibat dalam operasi intelijen ke Malaka dan Johor. Dalam misi itu, Pierre menyamar sebagai turis dengan tugas mengawal Menteri Negara Oei Tjoe Tat yang berunding dengan para petinggi di Malaysia.  

Baca juga: Aksi Spionase Pierre Tendean di Malaysia

Setelah pulang dari operasi intelijen di Malaysia, Pierre ditarik ke pusat untuk menjadi ajudan perwira tinggi. Beberapa perwira sempat berebut ingin diajudani oleh Pierre. Mereka antara lain Brigjen Hartawan, direktur Direktorat Zeni Angkatan Darat, dan wakilnya Kolonel Dandy Kadarsan. Keduanya sama-sama perwira dari Zeni Angkatan Darat yang sudah mengenal Pierre. Terlebih lagi Kolonel Dandy Kadarsan yang pernah menjadi Direktur Atekad semasa Pierre jadi taruna. Namun, Pierre kemudian dipilih untuk bertugas mengajudani perwira yang lebih tinggi, yaitu Jenderal Nasution. Saat itu Nasution menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan merangkap Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KSAB).  

Tertanggal 15 April 1965, pangkat Pierre Tendean naik setingkat menjadi letnan satu. Sejak itu, dia resmi menjadi ajudan Jenderal Nasution sekaligus ajudan termuda. Tiga ajudan Nasution yang lain sudah berpangkat kapten. Para ajudan menempati paviliun khusus di kediaman Jenderal Nasution di Jalan Teuku Umar 40, Menteng, Jakarta Pusat.  

Selain menjaga menko hankam dan keluarga, Pierre biasanya diminta secara khusus untuk mendampingi Nasution untuk kunjungan ke luar kota. Sebagai menteri, Nasution acapkali diundang sebagai pembicara dalam konferensi seminar nasional atau peresmian proyek kementerian. Dalam hajatan itu, kerap kali Pierre lah yang jadi pusat perhatian. Para perempuan yang penasaran sering berbisik dan bertanya, siapa gerangan sosok pemuda yang mengajudani Jenderal Nasution. Namun, pada saat itu, Pierre sudah punya kekasih bernama Nurindah Rukmini Chamim, gadis yang dikenalnya saat bertugas di Medan.

Baca juga: Elegi Cinta Pierre Tendean dan Rukmini

“Ia terhitung pemuda yang ganteng, dan terus ia saja menjadi sasaran kerumunan para mahasiswa,” kata Nasution mengenang ajudan mudanya yang gugur terbunuh pada subuh 1 Oktober 1965, saat Prajurit Tjakrabirawa dalam Gerakan 30 September (G30) hendak menculik Nasution. 

TAG

pierre tendean ajudan

ARTIKEL TERKAIT

Hubungan Jarak Jauh Pierre Tendean Pangeran Haryasudirja Hampir Mati Ditembak Jepang Perjuangan Kapten Harun Kabir Aksi Tentara Semut di Zaman Revolusi Taruna Cilik Zaman Belanda Kerangka Serdadu Jepang dari Pertempuran Biak Oposan Sepanjang Zaman Orang Toraja dan Luwu Melawan Belanda Suka Duka Pasukan Perdamaian Indonesia di Gaza Orang Wana Melawan Belanda