Masuk Daftar
My Getplus

Kisah Perwira Luksemburg di Jawa

Perwira asal Luksemburg bernama Pieter Kohn mengabdi pada tentara Belanda. Menjalani petualangan hidupnya di Jawa hingga mendapatkan istri perempuan setempat.

Oleh: Petrik Matanasi | 10 Okt 2024
Letnan Jan Pieter Kohn. (abebooks.com).

LEBIH dari separuh hidupnya dihabiskan sebagai serdadu. Laki-laki kelahiran Fusange, Luksemberg (sebelah Negeri Belanda) pada 12 Agustus 1825 itu jadi serdadu saat berusia 19 tahun. Anak dari Michel Kohn dan Magdalena Lahaye itu memulainya dengan jadi milisi di Resimen Tombak Kedua. Ia sampai pangkat kopral di resimen itu.

Jan Pieter Kohn, lelaki itu, pada 12 Oktober 1849 dipindahkan ke Resimen Dragonder. Pasukan berkuda ringan itu bisa bertempur seperti infanteri juga.

Pieter lalu pergi ke luar negeri untuk menjadi serdadu lagi. Koran Het Nieuws van den Dag tanggal 13 September 1905 menyebut pada 1856  dia sempat berdinas dalam Legiun Inggris-Jerman tak lebih dari setahun.

Advertising
Advertising

Setelah itu, Pieter masuk militer Belanda. Dia kemudian dikirim ke Hindia Belanda. Studbook Stamboeken Officieren Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL), 1815-1940 koleksi Arsip Nasional Belanda menyebut, dia memulai karier di kemiliteran Belanda dari prajurit rendahan. Selain di Ambon, dia pernah ditugaskan ke Madiun, Serang, dan Yogyakarta. Karier Pieter menanjak cepat. Register Ridders Militaire Willemsorde (RMWO) 4e nomor 4491 menyebutnya tak sampai tiga tahun dia naik pangkat hingga Wachtmeester (setara sersan) dalam resimen kavaleri (pasukan berkuda) dari tentara kolonial Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL).

Pada 1872, Letnan Dua Pieter dipindahtugaskan ke Yogyakarta. Di sana dia ditugaskan sebagai komandan Lijfwacht-Dragonders milik Sultan Hamengkubowono VI. Dua tahun kemudian, pangkatnya naik menjadi letnan satu.

Pieter Kohn betah di Yogyakarta. Terlebih, sbagai letnan pasukan berkuda dirinya dihormati banyak orang. Namun bukan semata soal itu yang membuatnya betah. Di kota itu dia terlibat cinta dengan perempuan Jawa bernama Sanikem.

Kala itu, banyak perempuan pribumi menjadi gundik orang Eropa. Banyak perempuan itu tak dianggap istri resmi. Maka ada pria Eropa yang mengambil dan mengakui anak hasil hubungan dengan gundiknya, namun si perempuan kemudian terbuang.

Tapi Pieter bukan tipe pria Eropa yang kebanyakan itu. Dalam arsip tentang Pieter, Sanikem tercatat sebagai istri Pieter. Register RMWO 4e nomor 4491 menyebut Pieter dan Sanikem menikah pada 22 Maret 1877 di Yogyakarta. Tak ada disebutkan nama perempuan lain dalam arsip ini.

Perkawinan Pieter-Sanikem melahirkan anak-anak berdarah Indo. Mereka adalah Mathilde Magdalena Kohn (kelahiran Madiun, 1865), Lucie Jannet Kohn (kelahiran Madiun, 1868), Petronella Cornelia Kohn (kelahiran Yogyakarta, 1873), dan Alida Maria Kohn (kelahiran Yogyakarta, 1876). Semuanya perempuan dan lahir sebelum Pieter dan Sanikem menikah. Kecuali Alida, anak-anak Pieter dan Sanikem meninggal di usia lebih dari 60 tahun.

Setelah anak-anak itu lahir dan tinggal di Yogyakarta, hidup Pieter makin berbintang sebagai perwira. Meski usianya pada 1877 sudah lebih dari 50 tahun, Pieter masih lincah memimpin pasukan dalam aksi militer. Pada 6-8 April 1883, Letnan Pieter memimpin lebih dari belasan personel dragonder mengejar Ratu Kedaton, bekas permaisuri Sultan Hamengkubuwono V, dan para pengikutnya. Ratu Kedaton mendalangi pemberontakan lantaran kecewa anaknya, Gusti Raden Mas Timur Muhammad, yang semestinya pewaris takhta justru tak mendapatkannya.

Belanda akhirnya berhasil menumpas pemberontakan Ratu Kedaton. Sang permaisuri Hamengkubuwono V itu lalu dibuang ke Manado hingga wafat di sana.

Letnan Pieter dianggap berhasil mencegah pemberontakan menjadi lebih parah. Sebagai penghargaan, pada 1884 Pieter dihadiahi bintang Militaire Willemsorde kelas empat.

Pieter pensiun pada 1895 setelah dia resmi menjadi ritmeester (setara kapten) pasukan berkuda. Dia lalu menjalani masa tuanya di Yogyakarta. Koran De Locomotief tanggal 11 September 1905 menyebut, dia tutup usia pada 4 September 1905 –setahun lebih dulu dari Sanikem istrinya.

TAG

knil sejarah-yogyakarta kesultanan yogyakarta sultan hamengkubuwono hamengkubuwono v

ARTIKEL TERKAIT

Cerita dari Stadion Kridosono (Bagian I) Kapten KNIL Jadi Tuan Tanah Citeureup Belanda Tuan Tanah Cisarua Jenderal Belanda Tewas di Lombok Bos Sawit Tewas di Siantar Pelatih Galak dari Lembah Tidar Melihat Tentara Hindia dari Keluarga Jan Halkema-Paikem Azab Pemburu Cut Meutia KNIL Jerman Ikut Kempeitai Gara-gara Batang Pohon, Kapten KNIL Quant Tewas