Pada zaman dahulu kala sepasukan suku tengah dalam misi pengepungan di kampung suku lawannya. Mereka telah siap menyerang sampai suatu ketika dari dalam sebuah rumah di kampung itu terdengar suara bersin yang sangat kencang. Pasukan yang akan menyerang kampung itu pun terkejut. Mereka lari ketakutan. Misi penyerangan itu pun batal seketika.
Begitulah Dwi Cahyono, arkeolog dan pengajar sejarah di Universitas Negeri Malang bercerita. Ia mengingat pernah mendengarnya sewaktu kecil. Katanya, cerita yang tak jelas asal usul dan kebenarannya itu sempat berkembang seperti cerita rakyat.
“Saya justru mendengar itu dari almarhum kakek di Jawa. Padahal kisah semacam ini bisa dipahami kalau terjadi di Kalimantan misalnya, ini kan perang antarsuku atau kampung,” kata Dwi kepada Historia.
Baca juga: Bersin dan Penyakit Pes
Kendati begitu, menurut Dwi, ada hal menarik dari kisah itu. Paling tidak orang sejak lampau sudah tahu kalau penyakit dengan bersin itu menular. Bahkan mungkin dianggap mematikan sehingga membuat orang-orang yang didekatnya lari ketakutan. Sebuah misi besar pun gagal.
“Walaupun tak tahu apa benar pernah terjadi, ini bisa jadi petunjuk kalau flu sejak dulu ditakuti orang,” kata Dwi. “Yang diwaspadai kok bersin, kan sekarang orang juga waspada terhadap batuk dan bersin, makanya perlu ada jarak dan pakai masker.”
Penyakit flu yang menyerang manusia telah menggegerkan dunia beberapa kali, dimulai dari Flu Spanyol (H1N1) pada 1918, Flu Asia (H2N2) pada 1957, Flu Hongkong (H3N2) pada 1968, hingga Flu Burung (H5N1) pada 1997.
Baca juga: Wabah-Wabah Penyakit Pembunuh Massal
Dwi menjelaskan, di Jawa orang sering menyebut flu dengan pilek atau umbelen. Penyakit ini tercatat dalam prasasti, khususnya prasasti dari sebelum abad ke-11. Orang Jawa Kuno menyebutnya dengan nama humbelen.
“Humbelen atau flu ini rupanya penyakit tua,” kata Dwi. “Setelah abad ke-11 mungkin juga muncul tapi tak disebutkan.”
Epigraf Universitas Gadjah Mada, Riboet Darmosoetopo dalam Sima dan Bangunan Keagamaan di Jawa Abad IX-X TU menulis, humbelen adalah penyakit pada masa Jawa Kuno yang termasuk dalam wikara (perubahan). Artinya penyakit ini terjadi karena keadaan tubuh dan mental yang lebih buruk dari biasanya.
Berdasarkan data prasasti abad ke-9–10 dan kesusastraan, ada bermacam-macam wikara. Ada wikara yang disebabkan penyakit, wikara sejak lahir, wikara yang terjadi karena perubahan kejiwaan, dan wikara karena kena kutuk.
Baca juga: Penyakit yang Ditakuti pada Zaman Majapahit
Selain humbelen atau sakit pilek, wikara yang disebabkan penyakit adalah bubuhen atau wudunen (bisul). Lalu ada buler atau sakit katarak dan sakit mata lainnya yaitu belek. Kemudian ada wudug atau lepra, panastis atau sakit malaria, dan uleren atau sakit karena cacing.
“Artinya, kalau itu disebut di prasasti menggambarkan penyakit yang terjadi di masyarakat waktu itu,” kata Dwi.
Namun, pilek tampaknya tak begitu menakutkan bagi masyarakat Jawa Kuno. Riboet menyebut tujuh wikara yang sangat ditakuti yaitu kuming (impoten), panten (banci), gringen (sakit-sakitan), wudug (lepra), busung (perut membengkak), janggitan (gila), dan keneng sapa (terkena kutuk).
Penyakit Menular
Menurut Dwi, dari data prasasti itu bisa diketahui pula kalau beberapa penyakit menular yang kini dikenal di Nusantara, sudah diderita juga oleh masyarakat Jawa Kuno.
“Penyakit flu atau influenza kan penyakit yang disebabkan virus, termasuk menular. Walau kita mungkin tak tahu seberapa penularan ini (pada masa kuno, red.),” kata Dwi.
Baca juga: Wabah Penyakit Mematikan di Banten dan Jawa Tengah
Disebut pula lepra. Penyakit ini dalam bahasa Jawa baru disebut budugen atau budug. “Huruf b dan w itu bisa menggantikan jadi dulu disebut wudug,” jelasnya.
Menurut Dwi, kemungkinan besar pada masa lalu penyakit akibat infeksi bakteri itu menyerang masyarakat di lingkunagn kelas bawah. Sebagaimana biasanya penyakit lepra muncul di lingkungan yang kotor.
“Pada masa lalu makanya ada tempat-tempat untuk mengucilkan orang yang kena lepra. Sayangnya, kita belum menemukan apakah tindakan ini juga dilakukan di masa Hindu-Buddha,” ujar Dwi.
Baca juga: Akar Historis Penyakit Sifilis
Catatan Tiongkok memberikan keterangan juga soal adanya penyakit menular pada masa Jawa Kuno. Ini ditemukan di dalam Catatan Dinasti Tang dari tahun 618–907. Disebutkan di negeri Kalingga di Jawa ada sejumlah gadis beracun. Katanya jika seseorang berhubungan seks dengan mereka perutnya akan sakit. Akhirnya mereka bakal mati. Tapi tubuhnya tak akan membusuk.
“Mungkin dalam bentuk yang lebih ganas seperti HIV, tapi ini mengingatkan juga pada sifilis. Ini juga gambaran dari penyakit menular,” kata Dwi.