Masuk Daftar
My Getplus

Citra Baru Dinosaurus

Raksasa pemakan tumbuhan yang lembut ini juga karnivora dan oportunis?

Oleh: M.F. Mukthi | 13 Okt 2010

FOSIL-fosil dari satu spesies baru dengan tangan yang kuat mungkin bisa menyingkap sisi lain dari dugaan sebelumnya tentang dinosaurus pemakan tumbuhan, kata sebuah penelitian terbaru.

Penemuan Sarahsaurus aurifontanalis, yang menjelajahi Amerika Utara sekitar 190 juta tahun lalu, juga memunculkan pandangan bahwa setidaknya beberapa dinosaurus yang mendominasi wilayah mereka kurang menggunakan kekuasaan tapi bertindak oportunis dan mengandalkan sedikit kemujuran.

Sebuah kerangka Sarahsaurus sangat lengkap yang ditemukan di Arizona menunjukkan bahwa herbivora yang hidup pada awal era Jurassic itu memiliki panjang 4,3 meter dan berat 113 kg, lebih kecil dari sepupunya, sauropod raksasa seperti Apatosaurus, yang muncul belakangan.

Advertising
Advertising

Seperti sauropod –hewan darat terbesar dalam sejarah planet ini– Sarahsaurus berciri leher panjang dan kepala kecil. Namun ia juga menunjukkan deretan gigi kuat dan kuku tajam yang tak lazim, yang, untuk ukuran manusia, jelas memiliki tenaga dan pengaruh besar, ujar para paleontolog.

“Dogma yang berlaku adalah hewan-hewan ini herbivora, tapi tangan-tangan dan cakar-cakar besar ini membuka ulang pintu tentang kemungkinan apa yang mereka lakukan,” kata kepala penelitian Tim Rowe, seorang paleontolog asal Universitas Texas.

“Lihatlah gigi-giginya. Saya rasa mereka bisa memakan apapun yang mereka inginkan. Mungkin saja mereka juga pemakan daging, bukan pemakan tumbuhan murni.”

Melalui penampilan anehnya, spesies baru itu mendukung pandangan yang relatif baru bahwa dinosaurus mendominasi Amerika Utara dengan cara oportunistik, tak perlu adu kekuatan untuk mengalahkan para pesaingnya.

Para dinosaurus, termasuk Sarahsaurus, umumnya dipercaya berasal dari Amerika Selatan –saat itu bagian dari selatan superkontinen Pangaea kuno. Namun bagaimana dan mengapa mereka menaklukkan dunia tetap masih menjadi perdebatan.

Dengan penemuan tulang-belulang Sarahsaurus dan dua spesies lain yang sudah diuraikan sebelumnya, para ilmuwan menyimpulkan bahwa nenek moyang sauropod bermigrasi ke Amerika Utara dalam beberapa gelombang setelah kepunahan massal para periode Triassic-Jurassic, yang memusnahkan para pesaing dinosaurus di Amerika Utara 200 juta tahun lalu.

“Ini bukan seperti mereka menyerbu pantai,” Rowe menekankan.

“Mereka harus menunggu bencana alam untuk mengosongkan wilayah itu. Mereka oportunistik, bukan petarung tangguh. Kisah pedih itu bagi saya adalah penemuan kembali setelah kepunahan besar.”

Kerangka Sarahsaurus juga merangsang analisis ulang mengenai potongan-potongan fosil pada spesies lain, ujar Rowe.

Sebagai contoh, tim itu sekarang menegaskan bahwa sauropod benar-benar absen di Amerika Utara sebelum kepunahan pada periode Triassic-Jurassic yang menyapu bersih lebih dari separuh spesies di planet ini.

Mark Loewen, paleontolog Museum Sejarah Alam di Utah, yang tak terlibat dalam penelitian itu, sepakat bahwa penelitian itu memberi lebih banyak bukti tentang pengusiran kali terakhir sauropodomorph ke Amerika Utara.

Sebagian teori tak benar-benar baru, tapi bukti baru itu sesuai dengan apa yang pakar lain katakan, tambahnya.

Loewen juga mengatakan, Sarahsaurus merupakan spesies sangat penting, yang membantu mengisi satu silsilah yang telah lama kosong dalam masa dan ruang tertentu.

“Kami tak benar-benar tahu mengenai sauropodomorph dari formasi itu,” ujarnya.

“Secara mendasar ada lubang hitam pengetahuan di Barat Amerika, sebuah tempat di mana kita tahu lebih banyak tentang dinosaurus.

“Menurut saya, ini akan mengubah cara pandang kita mengenai pengusiran itu [nenek moyang sauropod] dan bagaimana mereka berevolusi dari waktu ke waktu.”

Co-author penelitian Hans-Dieter Sues mengatakan, “Hanya saja aneh bahwa kami menemukan banyak [nenek moyang awal sauropod] di Eropa, Afrika Selatan, Amerika Selatan, dan bahkan Greenland, tapi di [Amerika Utara] pada periode Triassic, bahkan dengan catatan fosil yang fantastis, tak satu pun tulang atau gigi yang ditemukan.”

“Pasti ada sesuatu yang dikecualikan orang-orang ini,” kata Sues, kurator paleontologi vertebrata di Museum Nasional Sejarah Alam di Washington, DC.

“Di masa lalu, ada argumen bahwa dinosaurus memiliki kemampuan adaptasi yang unggul ketimbang reptil lainnya, tapi hal itu lebih pada masalah oportunisme” –ketika spesies pesaingnya telah tersapu bersih, tambahnya.

Bila kepunahan para periode Triassic-Jurassic menguntungkan dinosaurus, binatang buas itu mendapatkan balasannya 135 juta tahun kemudian.

“Untuk alasan-alasan yang kita tak tahu, dinosaurus bisa selamat dari kepunahan [masa Triassic-Jurassic] tanpa ada korban sementara banyak kelompok hewan lain mati,” kata Sues, yang studinya ditampilkan di Proceedings of the Royal Society B edisi online, 6 Oktober lalu.

“Sangat menarik, karena 65 juta tahun lalu, dinosaurus mengalami kepunahan, dan hanya ada satu kelompok [dinosaurus], burung, yang selamat.” [NATIONAL GEOGRAPHIC]

TAG

science & technology

ARTIKEL TERKAIT

Di Balik Arca Prajnaparamita, Nandi dan Bhairawa Puncak Seni Arca dari Candi Singhasari Menapak Tilas Ken Angrok Ratu Kalinyamat Menjadi Pahlawan Nasional Zhagung dan Tikus versi Pram versus Karmawibhangga Empat Arca Warisan Singhasari Akhirnya Tiba di Tanah Air Candi Singhasari dalam Catatan Thomas Stamford Raffles Perjalanan Arca Candi Singhasari Kembali ke Indonesia Menyita Harta Pejabat Kaya Raya Kurug, Pakaian Istimewa Masyarakat Jawa Kuno