Masuk Daftar
My Getplus

Empat Arca Warisan Singhasari Akhirnya Tiba di Tanah Air

Kepulangan warisan peradaban Indonesia itu akan membangkitkan semangat nasionalisme dan meningkatkan khazanah ilmu pengetahuan, kata Menteri Nadiem.

Oleh: Randy Wirayudha | 23 Agt 2023
Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim menengok arca Singhasari yang tiba di tanah air (Riyono Rusli/HISTORIA)

SATU per satu dari 472 benda bersejarah Nusantara yang masuk dalam upaya repatriasi dari Belanda akhirnya tiba di tanah air sebagai kado HUT RI ke-78. Untuk sementara, dalam kloter pertama yang sampai di Museum Nasional terdiri dari empat arca asal Candi Singhasari.

“Masih dalam momen kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78, kita semua patut berbangga dengan kembalinya benda sejarah dan budaya milik bangsa ini ke tanah air,” kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (mendikbudristek) Nadiem Makarim dalam unggahan video Direktorat Jenderal (ditjen) Kebudayaan di akun Twitter-nya, @budayasaya, Rabu (23/8/2023).

Sebagaimana diketahui, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mewakili pemerintah RI dalam penandatanganan peresmian penyerahan ke-472 benda bersejarah tersebut bersama Menteri Muda urusan Kebudayaan dan Media Belanda, Gunay Uslu, pada 10 Juli 2023 di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda. Ke-472 artefak itu meliputi empat arca Candi Singhasari, sebilah Keris Klungkung, 132 koleksi seni Pita Maha, dan 335 harta jarahan Ekspedisi Lombok 1894.

Advertising
Advertising

“Pada tahap pertama ini kita berhasil membawa pulang empat arca peninggalan Kerajaan Singhasari dan secara berkala akan diikuti dengan pengembalian artefak berharga lainnya dari Belanda ke Indonesia. Totalnya ada 472 artefak,” imbuhnya.

Baca juga: Resmi! Belanda Serahkan 472 Benda Bersejarah Indonesia

Kembalinya 472 artefak itu, lanjut Menteri Nadiem, akan dirawat jajaran Kemendikbudristek demi memperluas cakrawala pengetahuan yang tentunya berimbas pada penebalan spirit nasionalisme masyarakat luas. Terlebih repatriasi ke-472 artefak itu juga memproduksi pengetahuan lewat usaha kolaboratif tim peneliti Indonesia dan Belanda.

“Sebagaimana proses kemerdekaan Indonesia yang diraih dengan penuh perjuangan, upaya pengembalian ini juga melewati perjuangan panjang sejak tahun 2021 dan melibatkan banyak sekali pihak. Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada menteri luar negeri, Ibu Retno Marsudi dan jajaran Kemendikbudristek, pemerintah Belanda, tim repatriasi dari kedua negara, dan seluruh petugas yang memastikan benda-benda ini kembali dengan selamat,” tambah Menteri Nadiem.

Arca Nandiswara (kiri) dan Mahakala era Kerajaan Singhasari (Riyono Rusli/HISTORIA)

Upaya kolaboratif yang dimaksud adalah provenance research atau penelitian asal-usul, yang dilakoni tim peneliti kedua negara, casu quo antara Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda yang diketuai I Gusti Agung Wesaka Puja dan Commissie Koloniale Collecties yang dipimpin Lilian Gonçalves-Ho Kang You pada 2021. Upaya bersama ini jadi yang pertamakali terjadi sepanjang sejarah repatriasi artefak Indonesia sejak 1950-an.

“Proses (repatriasi) ini adalah proses yang bersejarah ya. Inilah yang disebut sebagai sejarah dalam sejarah, ketika proses repatriasi ini (dengan provenance research) bisa kita realisasikan,” ujar Puja di program “Dialog Sejarah: Ada yang Mau Pulang” di kanal Youtube Historia.id, pada 28 Juli 2023.

Baca juga: Serba-serbi di Balik Layar Repatriasi 472 Artefak Indonesia

Contohnya, empat arca Singhasari berupa figur Durga, Mahakala, Nandiswara, dan Ganesha yang baru tiba di tanah air. Arca-arca dari akhir abad ke-13 itu melewati perjalanan panjang sampai akhirnya bisa menjadi koleksi Nationaal Museum van Wereldculturen sejak 2014.

Detail dari perjalanan panjang itulah yang kemudian jadi salah satu subjek provenance research melalui pengumpulan data, catatan, maupun arsip era kolonial. Hasilnya, keempat arca itu bisa pulang dengan membawa cerita di belakang yang output-nya bisa menumbuhkan sense of belonging atau rasa memiliki, serta kebanggaan masyarakat terhadap artefak yang turut jadi bagian dari peradaban Nusantara.

“Ada aspek pengetahuan yang dikembangkan untuk memperdalam lebih jauh tentang sejarah benda-benda tersebut, kenapa benda-benda tersebut sampai di Belanda, prosesnya, dan terutama juga yang penting adalah aspek kultural dari benda-benda tersebut. Makanya proses ini juga kita sebut transfer of knowledge dan juga creation of knowledge,” lanjutnya.

Ketua Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja (Riyono Rusli/HISTORIA)

Apalagi jika menyangkut arca era era Kerajaan Singhasari, sedianya tidak hanya ada empat arca di Nationaal Museum van Wereldculturen. Saat mengunjungi museumnya, Puja menemukan setidaknya masih ada tiga arca lagi yang sayangnya belum masuk dalam daftar 472 artefak yang akan dipulangkan.

“Kita juga baru tahu karena waktu itu yang kita ajukan kan empat patung: Durga, Ganesha, Mahakala, Nadiswara. Tapi ternyata di museum itu masih ada dua patung bagian dari Candi Singhasari: Nandini dan Bhairawa, serta patung Dewa Brahma yang juga belum masuk radar kita. Itu yang ke depannya ingin kita proyeksikan lagi untuk bisa dikembalikan,” tandas eks-Duta Besar RI untuk Belanda periode 2015-2020 tersebut.

Baca juga: Perjalanan Arca Candi Singhasari Kembali ke Indonesia

TAG

repatriasi arca singhasari candi singhasari rewind2023

ARTIKEL TERKAIT

Meminta Kembali Harta Karun Lombok Jarahan Belanda Pulangnya Keris Pusaka Warisan Puputan Klungkung Di Balik Arca Prajnaparamita, Nandi dan Bhairawa Tongkat Kiai Cokro, Pusaka Pangeran Diponegoro untuk Perjalanan Spiritual Puncak Seni Arca dari Candi Singhasari Pelana dan Tombak Pangeran Diponegoro Punya Cerita Selayang Pandang Keris Kiai Nogo Siluman Repatriasi 472 Artefak dari Belanda dengan Modalitas Berbeda Klewang Pangeran Diponegoro di Gudang Museum Belanda Satu Episode Upaya Repatriasi di Masa Pandemi