Masuk Daftar
My Getplus

Meminta Kembali Harta Karun Lombok Jarahan Belanda

Ekspedisi Belanda ke Lombok pada 1894 membawa pulang ribuan harta Puri Cakranegara. Kini 335 di antaranya direpatriasi ke tanah air.

Oleh: Randy Wirayudha | 09 Des 2023
Beberapa koleksi harta Lombok yang dipamerkan di Pameran Repatriasi 2023 (Museum Nasional/MCB)

SEBUAH berlian 75 karat itu jadi primadona tersendiri. Mirip buah aprikot, berlian berukuran 21 x 19,3 milimeter itu berbentuk bros bingkai artistik berlapis emas selebar dua meter. Kini bros bernilai tinggi itu tak lagi milik Museum Volkenkunde di Belanda tapi sudah resmi kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Bros berlian Lombok itu termasuk ke dalam 335 harta karun Lombok hasil jarahan Belanda pada Ekspedisi Lombok 1894 yang direpatriasi dari Belanda ke Indonesia. Peresmian serah terimanya sudah dilakukan Menteri Muda urusan Kebudayaan dan Media Belanda Gunay Uslu dengan Dirjen Kebudayaan RI Hilmar Farid di Leiden pada 10 Juli 2023.

Selain bros berlian, benda-benda lain yang sudah dikembalikan itu antara lain kotak tembakau, cincin, selop, kalung/jimat, patung dewa, lukisan cat minyak, dan sebuah deder keris berlapis emas dan bertabur batu permata. Benda-benda itu sudah bisa dilihat dalam pameran “Repatriasi: Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara” di Galeri Nasional Jakarta, 28 November-10 Desember 2023.

Advertising
Advertising

Disebut harta karun karena ratusan benda bertatah emas itu punya nilai begitu tinggi. Sejarawan Belanda Ewald Vanvugt dalam Het Dubbele Gezicht van de Koloniaal memperkirakan, nilai Bros Lombok itu saja pada 1985 mencapai 750 ribu gulden.

“Buat saya bukan soal jumlah tapi ini hubungannya dengan sejarah kita sendiri dan hubungan kita dengan Belanda. Itu yang menjadi bahan pertimbangan meminta sesuatu (repatriasi, red). Ini semua punya arti penting. Kebanyakan (orang) fokusnya pada nominal, sementara bukan di situ arti pentingnya karena di berita disebutkan, ‘wah harta karun’,” kata Hilmar dalam siniar bertajuk “Belanda Kembalikan Ratusan Benda Pusaka tapi Tak Ada Ganti Rugi Korban Westerling” di akun Youtube Akbar Faizal Uncensored, 17 Juli 2023.

Baca juga: Resmi! Belanda Serahkan 472 Benda Bersejarah ke Indonesia

Penampakan bros dengan berlian yang dipulangkan dari Belanda (Riyono Rusli/Historia)

Jarahan dari Puri Cakranegara

Hilmar memperkirakan, masih ada jutaan benda bersejarah Indonesia yang tersebar di Belanda maupun negara-negara Eropa yang lain. Khusus kategori benda jarahan jumlahnya sulit dipastikan karena sepanjang kolonisasi, Belanda sudah ratusan kali menyerang dan menginvasi berbagai kerajaan yang ujung-ujungnya menjarah.

“Kalau bicara kategorisasi benda yang diperoleh dengan cara tidak sah, mungkin menghitungnya begini: kalau koleksi dari Lombok yang diperoleh dengan cara menyerang dan mereka jarah itu isinya ratusan, kita ingat aja sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20 mereka lebih dari 100 kali menghancurkan istana seperti itu, kita hitung aja (rata-ratanya),” terang Hilmar.

Ratusan harta karun Lombok itu memang benda-benda yang dirampok pasukan Belanda seiring ekspedisinya pada medio 1894. Pemicu ekspansinya adalah pemberontakan suku Sasak, penduduk asli Pulau Lombok, terhadap Kerajaan Mataram Karangasem dan Arya Banjar Getas usai runtuhnya Kerajaan Islam Selaparang.

Baca juga: Pembantaian di Puri Cakranegara

Belanda mulai memberangkatkan pasukan ekspedisinya pada 30 Juni dengan enam kapal perang dan 12 kapal angkut. Berangkat dari Batavia (kini Jakarta) via Semarang, pasukan ekspedisi tiba di Ampenan pada 5 Juli 1894. Pasukannya berkekuatan tiga batalyon infantri plus pasukan artileri dan satu skadron kavaleri di bawah pimpinan Mayjen J.A. Vetter.

“Pada 8 Juli unit pengintaian mulai merangsek ke jurusan Mataram dan (puri) Cakranegara dengan Jenderal Vetter dan Jenderal van Ham memimpin pasukan, ditemani beberapa penasihan bumiputera dari Bali dan Lombok untuk urusan psikis dan politik lokal,” tulis Willard A. Hanna dalam Bali Chronicles: Fascinating People and Events in Balinese History.

Kegagalan upaya-upaya diplomasi Belanda kepada penguasa Bali, Raja Agung Ngurah Karangasem dan Gusti Djilantik, mendorong Belanda melakukan serangan ke Puri Cakranegara yang berbuah getir pada Agustus. Belanda sampai harus mengirimkan pasukan ekspedisi keduanya sebulan berselang. Kekuatannya 3.600 prajurit KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) dibantu sekitar dua ribu laskar Sasak.

Puri Cakranegara akhirnya jatuh ke tangan Belanda pada 18 November 1894. Buku Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat keluaran Depdikbud 1988 menyebutkan, Belanda turut merampok 230 kg emas, 3.180 kg mata uang perak, dan sejumlah perhiasan kerajaan.

Untuk meng-cover ongkos perang dan menyantuni keluarga prajurit KNIL yang tewas, sebagian harta rampokan itu dijual. Sisanya diangkut ke Belanda untuk dijadikan koleksi di Rijksmuseum Amsterdam. Pada 1937, koleksi itu dipindah ke Museum Volkenkunde, Leiden.

Baca juga: Kembalinya Berlian Lombok dari Belanda

TAG

repatriasi lombok pameran

ARTIKEL TERKAIT

Menelusuri Jalur Rempah dari Nusantara Menuju Dunia Pulangnya Keris Pusaka Warisan Puputan Klungkung Di Balik Arca Prajnaparamita, Nandi dan Bhairawa Tongkat Kiai Cokro, Pusaka Pangeran Diponegoro untuk Perjalanan Spiritual Puncak Seni Arca dari Candi Singhasari Pelana dan Tombak Pangeran Diponegoro Punya Cerita Selayang Pandang Keris Kiai Nogo Siluman Repatriasi 472 Artefak dari Belanda dengan Modalitas Berbeda Klewang Pangeran Diponegoro di Gudang Museum Belanda Satu Episode Upaya Repatriasi di Masa Pandemi