Masuk Daftar
My Getplus

Pelana dan Tombak Pangeran Diponegoro Punya Cerita

Alkisah dua peninggalan keramat yang dirampas Belanda kala gagal menyergap Pangeran Diponegoro.

Oleh: Randy Wirayudha | 04 Des 2023
Pelana kuda Pangeran Diponeogoro di Pameran Repatriasi 2023 di Galeri Nasional (MCB)

PEGUNUNGAN Gowong, Kedu, Jawa Tengah pada 11 November 194 tahun silam. Bertepatan dengan genap 44 tahun usianya, Pangeran Diponegoro dan pengikutnya terus berlari dari kejaran pasukan Belanda pimpinan Mayor A.V. Michiels. Kakinya sampai terluka. Namun dia beruntung, lolos dari penyergapan.

Mayor Michiels gigit jari. Sasarannya luput dan kabur ke pedalaman hutan Bagelen Barat. Yang didapatnya hanya sejumlah barang Pangeran Diponegoro yang tertinggal. Dua di antaranya adalah kuda beserta pelananya dan sebuah tombak pusaka.

“Sang Pangeran terpaksa terjun ke jurang dan bersembunyi di balik rumput gelagah tinggi untuk bisa lolos dari pasukan Belanda dari Manado. Dengan meninggalkan beberapa ekor kuda miliknya dan tombak pusaka,” tulis sejarawan Peter Carey dalam Kuasa Ramalan: Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa 1785-1855.

Advertising
Advertising

Pelananya berbahan dasar kulit dan kain, serta pijakan besi untuk bagian kaki. Dudukan pelananya berlapis kain berukuran 80 x 68 cm. Bagian depannya terdapat saku kecil berukuran sekira 10 cm. Peninggalan ini juga kemudian punya sebutan Pelana Kuda Kiai Gentayu.

Baca juga: Selayang Pandang Keris Kiai Nogo Siluman

Sedangkan tombak pusaka itu panjangnya sekitar 54 centimeter berbahan kayu silinder. Di leher tombaknya terdapat ukiran emas bertakhta dua batu mulia. Adapun bilah tombaknya berbahan besi bentuk segitiga. Tombak ini disebut-sebut merupakan pusaka bernama Tombak Kiai Rondan.

“Diponegoro percaya bahwa tombak keramat ini memberinya isyarat akan timbulnya kesulitan dan bahaya. Hilangnya benda (tombak) itu sangat berpengaruh terhadap dirinya dan ia menganggapnya sebagai suatu tanda dari Yang Maha Kuasa,” lanjutnya.

Benar saja, pada 28 Maret 1830 dalam penyergapan kesekian, Pangeran Diponegoro gagal meloloskan diri. Lepas Perang Jawa (1825-1830), tombak, pelana, dan sebuah keris keramat miliknya turut diangkut ke Belanda.

Ketiga pusaka tersebut dipersembahkan untuk Raja Willem I sebagai hadiah kemenangan. Benda-benda itu mulai 1831 masuk ke dalam koleksi Koninklijke Kabinet van Zeldzaamheden (KKZ) atau Koleksi Langka Kerajaan.

Baca juga: Kembara Pusaka Diponegoro

Pada 1950-an, sejumlah benda bersejarah Indonesia di Belanda sempat dituntut untuk dipulangkan. Namun baru pada 1976 sejumlah artefak itu, termasuk Tombak Kiai Rondan dan Pelana Kiai Gentayu, berhasil direpatriasi ke tanah air lewat kesepakatan “Cultural Accord”.

“Komite (tim ahli) tahun 1975 yang diketuai (Dirjen Kebudayaan RI) Prof. Ida Bagus Mantra itu bisa mengembalikan (arca) Pradnyaparamita, mahkota Lombok, dan benda-benda Pangeran Diponegoro,” ujar Duta Besar RI untuk Belanda periode 2015-2020, I Gusti Agung Wesaka Puja, dalam program “Dialog Sejarah: Ada yang Mau Pulang di kanal Youtube Historia.id, 28 Juli 2023.

Kini, keduanya disimpan dengan baik oleh Museum Nasional, Jakarta. Bersamaan dengan Keris Kiai Nogo Siluman yang juga pusaka milik Pangeran Diponegoro, Tombak Kiai Rondan dan Pelana Kiai Gentayu turut diperlihatkan lagi dalam pameran “Repatriasi: Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara” yang digelar di Galeri Nasional, Jakarta, sepanjang 28 November-10 Desember 2023.

Baca juga: Klewang Pangeran Diponegoro di Gudang Museum Belanda

TAG

repatriasi pangeran diponegoro pangeran-diponegoro diponegoro

ARTIKEL TERKAIT

Ke Mana Perginya Barisan Sentot Pengikut Diponegoro? Jenderal "Jago Perang" Belanda Meregang Nyawa di Pulau Dewata Cerita di Balik Repatriasi Arca Brahma Pulangnya Arca Ganesha dari Lereng Semeru Pembantaian dan Penjarahan di Bali Selatan Jalan Panjang Arca Bhairawa dan Arca Nandi Pulang ke Indonesia Belanda Kembalikan 288 Benda Warisan Nusantara ke Indonesia Tongkat Kiai Cokro Diponegoro Prasasti Damalung Wajib Dipulangkan, Begini Kata Arkeolog Kerangka Serdadu Jepang dari Pertempuran Biak