Masuk Daftar
My Getplus

Budhisme dan Tibet

Kebutuhan akan spiritualitas membuat minat kepada Budhisme meningkat pesat di China.

Oleh: Devi Fitria | 09 Des 2010

PERKENALAN Quan Zhenyuan dengan agama Budha adalah sebuah kebetulan. Seorang pemilik restoran vegetarian di Beijing memberinya sebuah buku tentang Budhisme yang langsung membuatnya terpikat. Saat ini, Quan adalah satu dari jutaan penduduk China yang menjadi pemeluk Budha. Jumlah mereka terus meningkat.

“Dulu saya percaya bahwa Budhisme adalah takhayul belaka. Namun pandangan saya berubah setelah membaca buku berjudul Mengenal Budhisme,” ujar Quan, berusia 32 tahun, seorang manajer eksekutif di sebuah agensi turisme di Beijing.

Dia mengatakan, Budhisme mengajarkan cara-cara yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah dan bekerjasama secara lebih efektif dengan para pegawai dan kliennya. “Budhisme memberikan ketenangan batin pada saya.”

Advertising
Advertising

Di China, Budhisme bangkit kembali.

Menurut para ahli, tiga dekade setelah Perdana Menteri Deng Xiaoping mencanangkan kebijakan “Reformasi dan Keterbukaan”, kehampaan spiritual terjadi di kalangan masyarakat China. Stres melanda mereka karena terlalu fokus pada karier dan pemenuhan materi. Saat ini, banyak penduduk China mulai mencari agama yang telah ada di sana selama 2000 tahun.

Buku-biru Akademi Ilmu Sosial China tentang agama-agama di China menulis bahwa Budhisme mengalami “era keemasan” selama tiga dekade reformasi. Selama periode itu, sistem organisasi nasional yang berhubungan dengan agama Budha telah tercipta. Mereka menyelenggarakan perkemahan musim panas serta kegiatan edukasi publik lainnya.

Pada Juli 2010 lalu, Pusat Studi Agama dan Masyarakat China di Purdue University mengumumkan hasil riset mereka pada Simposium ke Tujuh Studi Ilmiah Sosial Agama di China, bahwa ketertarikan pada Budhisme meledak pada tiga dekade terakhir dan saat ini ada sekitar 185 pemeluk Agama Budha di China.

Sekitar abad ke-1 Masehi, Budhisme menyebar ke China dari India melalui Jalur Sutra. Dengan cepat agama itu mendapat dukungan dari para raja dan kaum bangsawan. Ajaran-ajaran Budha menyebar luas dalam waktu singkat. Para pemuka agama dari India diundang untuk mengajarkan filosofi Budha dan banyak Sutra diperkenalkan di China.

Mao Zedong tak melarang Budha secara terang-terangan. Namun, tak berapa lama, kuil dan organisasi Budha diambil-alih pemerintah.

Tindakan China yang menekan Budhisme Tibet secara brutal pada 1959 mendapat dukungan dari Asosiasi Budha China, yang memang dikontrol pemerintah. Selama masa Revolusi Budaya, banyak tempat suci agama Budha dirusak. Setelah kematian Mao pada 1976, tekanan pada Budhisme dan agama lain mulai berkurang.

Menurut Duan Yuming, seorang profesor di Institut Studi Religi di Sichuan University, meski ketertarikan pada Budhisme meningkat, sesungguhnya hanya sedikit orang yang benar-benar menyebut diri beragama Budha. “Mereka mempraktikan Budhisme hanya untuk ketenangan jiwa,” ujarnya.

Dalam dekade terakhir, di seantero China, banyak monumen Budha didirikan; dan yang dulu dirusak kini diperbaiki. Kunjungan wisata ke situs-situs agama Budha dan agama lainnya terus meningkat. Pada 2006, China mengatur Forum Agama Budha Dunia, dan tahun depan mereka berencana melarang kegiatan pertambangan di gunung-gunung suci agama Budha.

Minat terhadap Budhisme sebagian berakar pada ketertarikan yang terus meningkat pada Tibet. Meski kebanyakan orang China menganggap Daerah Otonomi itu sebagai wilayah yang tak mungkin dipisahkan dari China, mereka juga memandangnya sebagai tempat yang romantis dan masih asli. Ini menyebabkan tingkat kunjungan ke ibukota Tibet, Lhasa, dan wilayah lainnya meningkat.

Duan mengatakan bahwa ketertarikan yang meningkat pada agama Budha di kalangan masyarakat Han di China dapat membantu pemahaman dan memperbaiki relasi dengan Tibet –hal yang pernah dikemukakan pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama.

Sejak 1959 Dalai Lama meninggalkan China dan diasingkan di India. Dia pernah berkata kepada Pico Iyer, penulis biografinya, ”… apabila 30 tahun dari sekarang ada enam juta orang Tibet dan 10 juta orang China memeluk Budha, banyak hal akan berubah menjadi lebih baik.” [IPS]

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Andi Azis, Tambora, dan Hutan Nasib Pelukis Kesayangan Sukarno Setelah 1965 Meneer Belanda Pengawal Mistar Indonesia Riwayat Jackson Record Spion Wanita Nazi Dijatuhi Hukuman Mati Akhir Kisah Raja Lalim Pawang Hujan dalam Pernikahan Anak Presiden Soeharto Serba-serbi Aturan Offside dalam Sepakbola Ayah Fariz RM Nafsu Berahi Merongrong Kamerad Stalin (Bagian I)