Masuk Daftar
My Getplus

Sepuluh Benda Bersejarah Hasil Repatriasi dari Belanda

1.499 benda bersejarah hasil repatriasi masih membutuhkan kajian lebih lanjut. Berikut ini sepuluh di antaranya.

Oleh: Andri Setiawan | 15 Jan 2020
Salah satu model perahu yang digunakan untuk bahan ajar di Delft pada era kolonial. (Fernando Randy/Historia).

MUSEUM Nasional kini tengah melakukan kajian konten dan kajian konservasi terhadap 1.499 benda bersejarah hasil repatriasi dari Belanda. Sebagian besar benda memang belum memiliki data provenance (asal usul) yang lengkap. Beberapa data bahkan baru berupa perkiraan dari pihak Museum Nusantara, Delf.

"Banyak koleksi yang belum jelas provenance-nya (asal usulnya). Perlu kajian khusus untuk memperdalam informasi koleksi itu sendiri," jelas Nusi Lisabila Estudiantin, Kepala Bidang Pengkajian dan Pengumpulan Museum Nasional Indonesia.

Baca juga: Belanda Kembalikan Ribuan Benda Bersejarah

Advertising
Advertising

Nantinya, kata Nusi, benda-benda tersebut akan diklasifikasikan dalam tujuh kelompok, yakni prasejarah, etnografi, arkeologi, numismatik dan heraldik, geografi, keramik dan sejarah.

Berikut ini sepuluh dari 1.499 benda bersejarah yang diperoleh dari situs resmi Museum Nusantara (collectie-nusantara.nl):

1. Model Perahu dari Cengkeh

 

Model perahu yang disusun dari kuncup-kuncup cengkeh. (collectie-nusantara.nl).

Model perahu dengan pendayung dan tiga tiang ini terbuat dari susunan cengkeh. Tiap-tiap kuncup cengkeh disatukan dengan cara dijahit menggunakan benang. Benda berukuran 19 x 39,5 x 9 cm ini berasal dari paruh pertama abad ke-20.

Terdapat dua model kapal dengan bentuk berbeda serta satu model bentuk set peralatan merokok dan satu set peralatan minum teh. Semuanya berasal dari Ambon, Maluku.

2. Ukiran Tanduk Rusa

 

Tanduk rusa dengan ukiran dari Bali. (Fernando Randy/Historia).

Dua tanduk rusa sepenuhnya dihiasi dengan ukiran. Ukiran-ukiran merepresentasikan pangeran, putri, raksasa, dan garuda dan lain sebagainya tersebar pada dua tanduk. Data Museum Nusantara menyebut ukiran tanduk ini "berkualitas tinggi".

Dua tanduk tersebut kemungkinan merupakan tanduk rusa Jawa atau rusa Timor (Cervus timorensis syn. Rusa timorensis) yang dibuat atau dibawa dari Bali. Kedua tanduk ini diperkirakan berasal dari abad 19–20.

3. Kapak Batu

 

Kapak batu berasal dari 5.000-1.000 SM. (collectie-nusantara.nl).

Sebuah kapak terbuat dari batu yang diperkirakan berasal dari 5.000-1.000 SM. Kapak ini berbentuk cembung memanjang. Sementara bagian depannya datar dan bagian sisinya sempit dan rata. Data Museum Nusantara menyebut kapak berukuran 3 x 9 x 5,5 cm ini berasal dari Pulau Kalimantan.

4. Peralatan Perak Batak

 

Beragam peralatan perak dari Batak. (collectie-nusantara.nl).

Terdapat 12 objek berbeda yang digantung dengan rantai yang disatukan oleh cincin logam. Berisi berbagai peralatan seperti pembersih telinga, penjepit rambut, tusuk gigi, kotak tembakau hingga kotak kapur. Peralatan terbuat dari perak ini berasal dari paruh kedua abad ke-19 (sebelum 1890). Kemungkinan dibuat atau dibawa dari Karo, Sumatra Utara.

5. Liontin Ikan Berkepala Naga

 

Liontin ikan berkepala naga dari Jawa Timur. (collectie-nusantara.nl).

Sebuah liontin berbentuk ikan dengan kepala naga berukuran 10,5 x 13 x 0,4 cm. Liontin ini kemungkinan juga digunakan sebagai jimat keberuntungan. Liontin ini terbuat dari tembaga dan perak dan berasal dari paruh pertama abad ke-20. Kemungkinan berasal dari kebudayaan Peranakan di Jawa Timur. Liontin sejenis disebut sebagai "kalung baderan" atau kalung ikan mas.

6. Gayor Gong

 

Gayor gong yang dibuat oleh seniman M.B. Djadjeng Lesono. (collectie-nusantara.nl).

Gayor gong atau stand gong ini menurut data Museum Nusantara diproduksi pada 1925 oleh seniman M.B. Djadjeng Lesono dari Yogyakarta. Sementara gongnya disebut dibuat di Bogor dari perunggu. Gayor gong dihiasi ukiran dengan karakter dua orang penjaga dengan pedang di bagian atas. Terdapat  pula karakter naga di kedua sisi. Bagian tengah berupa lubang bundar untuk gong. Kemudian pada bagian atas merupakan pahatan karakter merak dengan ekor mengembang. Gayor gong ini berukuran 173,5 x 140 x 27 cm.

7. Laci Perhiasan Piramida

 

Laci perhiasan berbentuk piramida. (collectie-nusantara.nl).

Laci berbentuk piramida ini merupakan kotak perhiasan pernikahan. Namun, ada kemungkinan juga merupakan kotak obat. Laci berukuran 43 x 39 x 38 cm ini diperkirakan berasal dari Bali atau Jawa Timur. Dibuat atau dibawa ke Belanda pada paruh pertama abad ke-20. Terdapat satu lagi laci berbentuk piramida yang berasal dari Palembang.

8. Sisir Sisik Penyu

 

Sisir yang terbuat dari cangkang penyu sisik. (collectie-nusantara.nl).

Sisir dekoratif ini dibuat dari cangkang penyu sisik (Eretmochelys Imbricata). Bagian atas sisir melengkung dan memiliki motif cut-out. Di bagian tengah terdapat bentuk sebatang pohon kehidupan. Sementara di kedua sisi berupa ayam jantan yang berdiri di atas seekor rusa.

Sisir dekoratif lainnya menunjukan motif garuda di bagian tengah, kuda poni dan seorang gadis. Sisir berukuran sekitar 15 x 13,5 x 5 cm ini kemungkinan berasal dari Sumba, dibuat atau dibawa ke Belanda pada paruh pertama abad ke-20.

9. Jas Hujan Sabut Kelapa

 

Jas hujan sabut kelapa dari Belitung. (collectie-nusantara.nl).

Benda ini berasal dari paruh kedua abad ke-19 (sebelum 1895). Jas hujan berdimensi 125 x 120 cm ini berasal dari daerah Dendang, Pulau Belitung (dulu Biliton). Jas hujan yang dibuat dari sabut kelapa ini berasal dari kebudayaan China dan menurut data Museum Nusantara, jas hujan ini memang digunakan oleh penambang China di Pulau Belitung.

10. Model Rumah Adat dan Perahu

 

Model perahu dagang dari Kota Baru, Sumatra Barat. (Fernando Randy/Historia).

Terdapat setidaknya 16 model perahu serta 12 model rumah dan masjid yang tururt dikembalikan. Model-model perahu mewakili bentuk perahu dari Bugis, Makassar, Sangihe, Bacan, Jawa, Madura, hingga Sumatra.

Model perahu paling besar berupa perahu dagang dari Kota Baru, Sumatra Barat. Model perahu berukuran 197 x 53 cm bahkan memiliki dua atap. Diperkirakan berasal dari paruh kedua abad ke-19.

Sementara model rumah, masjid, dan lumbung merepresentasikan berbagai kebudayaan di Nusantara. Sebagian besar dibuat atau dibawa ke Belanda pada paruh kedua abad ke-19.

Baca juga: Jalan Panjang Memulangkan Jarahan Belanda

Selain benda-benda di atas, masih ada ratusan tekstil, mata uang, litograf, perabot rumah, perhiasan, dan senjata. Pihak Museum Nasional telah menyiapkan gedung baru berlantai tiga yang akan difungsikan sebagai storage di belakang Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Kedepan, juga akan dilakukan berbagai kegiatan penunjang penelitian dan konservasi museum di storage baru ini.

"Nanti akan ada untuk pelatihan konservasi, sekolah konservasi, untuk museum-museum di Indonesia dari sana. Semacam workshop," ujar Siswanto, Kepala Museum Nasional.

Setelah kajian konten dan konservasi selesai, Museum Nasional rencananya akan menggelar pameran benda-benda hasil repatriasi pada Juni mendatang.

TAG

repatriasi benda sejarah

ARTIKEL TERKAIT

Meminta Kembali Harta Karun Lombok Jarahan Belanda Pulangnya Keris Pusaka Warisan Puputan Klungkung Di Balik Arca Prajnaparamita, Nandi dan Bhairawa Tongkat Kiai Cokro, Pusaka Pangeran Diponegoro untuk Perjalanan Spiritual Puncak Seni Arca dari Candi Singhasari Pelana dan Tombak Pangeran Diponegoro Punya Cerita Selayang Pandang Keris Kiai Nogo Siluman Repatriasi 472 Artefak dari Belanda dengan Modalitas Berbeda Klewang Pangeran Diponegoro di Gudang Museum Belanda Satu Episode Upaya Repatriasi di Masa Pandemi