Masuk Daftar
My Getplus

Memburu Bra Peluru

Artis Hollywood membuat popularitas penyangga payudara berbentuk mirip moncong pesawat menjadi terkenal.

Oleh: Fandy Hutari | 09 Mei 2018
Presiden Sukarno dan Marilyn Monroe di Beverly Hills, California, Amerika Serikat, pada Juni 1956. (Bettmann/Corbis via Fanpage Facebook Marilyn Day by Day).

Presiden Sukarno melakukan perjalanan dinas ke Amerika Serikat pada 1956. Di sela kunjungan itu, Bung Karno mengunjungi Hollywood.

Selama kunjungan itu, Sukarno menemui superstar Hollywood yang tenar dengan julukan “si pirang yang bodoh”, Marilyn Monroe. Jepretan Sukarno dan Monroe berbincang, dengan mimik manjanya diabadikan. Dunia tak pernah tahu apa yang mereka bicarakan.

Namun, yang menarik, kala bersua Sukarno, Monroe mengenakan pakaian anggun, sweter ketat, dengan bagian dada yang “mancung”. Ya, Monroe mengenakan bra peluru, model penyangga payudara yang sedang in di Amerika Serikat pada 1950-an.

Advertising
Advertising

Baca juga: Sukarno, Majalah Playboy, dan CIA

Menurut buku Clothing and Fashion: American Fashion from Head to Toe, yang disunting Jose Blanco F., bra mirip peluru muncul pada pertengahan 1930-an. Bra ini berbentuk kerucut, dengan jahitan melingkar. Nama lain bra peluru adalah bra torpedo atau misil.

Bra peluru mulai tenar pada 1940-an karena pengaruh aktris-aktris Hollywood. Aktris Lana Turner disebut-sebut mempopulerkan bra peluru. Dalam film They Won’t Forget (1937), di salah satu adegannya, Turner mengenakan sweter biru ketat, dengan bagian payudara yang menonjol.

Baca juga: Sejarah Kutang

Perempuan-perempuan di Amerika Serikat mengadaptasi penampilan Turner. Sebagian perempuan menambahkan bantalan, yang membuat bra peluru jadi lebih runcing di ujungnya. Bra tersebut membentuk dada tampak menonjol, tinggi, dan lancip.

Menurut Elizabeth McCarthy dalam tulisannya “Fast Cars and Bullet Bras: The Image of the Female Juvenile Delinquent in 1950s America” di buku It Came from the 1950s!: Popular Culture, Popular Anxieties, istilah bra peluru atau torpedo berindikasi terminologi militer. Istilah ini muncul karena pengaruh semangat Perang Dunia II, yang sedang berlangsung pada 1940-an.

“Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa Perang Dunia II memiliki dampak langsung pada mode dan pakaian perempuan,” tulis Elizabeth McCarthy.

Baca juga: Di Balik Penutup Dada

Kehadiran bra peluru, kata Elizabeth, sangat fenomenal. Bra ini dipakai dengan setelan sweter ketat, rok ketat, atau jeans.

Sejak itu, perusahaan ritel dan label pakaian melirik kepopuleran bra peluru. Dalam buku Uncle John’s Bathroom Reader Weird Canada, disebutkan bahwa pada 1948, Frederick Mellinger, pendiri perusahaan ritel perempuan terkemuka di Amerika Serikat, Frederick’s Hollywood, menjual bra push-up pertama, sejenis bra peluru.

Baca juga: Kutang untuk Keselamatan Buruh Perempuan

Lalu, pada 1953 produsen pakaian Triumph meluncurkan produk bra peluru pertama mereka. Bra jenis ini populer pada 1950-an karena pengaruh artis Hollywood, seperti Marilyn Monroe, Jane Russell, Jayne Mansfield, dan Brigitte Bradot. Para artis Hollywood tadi dianggap perempuan ideal dari sisi seksualitas.

Namun, seiring waktu, kepopuleran bra peluru redup menjelang akhir 1950-an. Meski begitu, penyanyi pop dan aktris papan atas Madonna pernah kembali mengenakan sejeni bra peluru pada awal 1990-an. Madonna mengenakan pakaian dalam sebagai pakaian luar dalam tur musiknya. Di bagian dadanya, ditambah penahan dan bra berbentuk kerucut.

TAG

pakaian bh bra kutang sejarah bh sejarah kutang sejarah bra

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal Kain Tenun Halaban, Sobi, dan Cual Sambas Membentang Sejarah Pakaian Garis-garis Ikut HUT ABRI Berujung Dieksekusi Tenun Nusantara Merambah Generasi Muda Perkembangan Paskibraka Ayrton Senna dalam Kenangan Bikini dari Paris Cerita di Balik Kedatangan Pele ke Indonesia Ketika Pele Dimaki Suporter Indonesia Pele Datang ke Indonesia