Masuk Daftar
My Getplus

Kisah Pemburu Beruang

Nyaris meregang nyawa akibat serangan beruang. Apa menariknya kisah perburuan beruang?

Oleh: M.F. Mukthi | 27 Feb 2017
Judul: The Revenant | Sutradara: Alejandro G Inarritu | Pemain: Leonardo DiCaprio, Tom Hardy, Downhall Gleeson, Will Poulter, Forrest Goddluck, Paul Anderson, Kristoffer Joner, Melaw Nakehk’o, Fabrice Adde | Produser: Arnon Milchan, Steve Golin, Alejandro G Inarritu, Mary Parent, Keith Redmon, James Skotchdopole | Rilis: Januari 2016.

Hugh Glass (Leonardo Di Caprio) menarik kekang kudanya sembari menuntun kuda yang mengangkut rekannya, Kapten Andrew Henry (Downhall Gleeson), yang tewas. Sebuah tembakan melesat dari arah bukit. Glass terjatuh. Dari arah bukit John Fitzgerald (Tom Hardy) bergegas turun.

Glass memanfaatkan sempitnya waktu untuk memasang perangkap. Dia menaruh jasad Andrew di tempatnya jatuh yang berada di sisi kudanya. Sementara dia menggunakan kuda Andrew untuk bersembunyi dengan menutupi diri menggunakan kain tebal.

Fitz tiba. Dia memerikasa korban yang ditembaknya. Dia terkejut ketika mendapati jasad itu bukanlah Glass. Pada waktu hampir bersamaan, Glass keluar dari persembunyian dan menembak. Duel dua seteru ini pun dimulai. Adegan itu menjadi klimaks film ini.

Advertising
Advertising

Glass merupakan pemburu beruang berpengalaman asal Pennsylvania yang bekerja pada sebuah perusahaan penjual kulit. Dia memandu sebuah tim yang dipimpin Kapten Andrew Henry untuk berburu kulit beruang ke Amerika Utara. Mereka bertaruh nyawa. Terkaman beruang dikenal mematikan. Bahaya juga datang dari suku-suku Indian yang mendiami Amerika Utara dan tak terima wilayahnya diusik.

Dan itulah yang terjadi. Suku Indian Ree menyergap secara mendadak dan membunuh beberapa rekannya. Demi keselamatan, Glass menyarankan agar rombongan yang tersisa meninggalkan perahu serta berjalan mendaki gunung menuju pos mereka. Semuanya setuju. Fitz termasuk yang mengeluhkan taktik Glass.

Fitz memusuhi Hawk (Forrest Goddluck), anak Glass yang memiliki darah suku Indian. Dia punya pengalaman pahit karena nyaris dikuliti penduduk asli. Fitz punya kesempatan menghabisi Glass, yang terkulai tak berdaya ketika memandu di depan sendirian akibat serangan seekor beruang. Upaya itu gagal karena Hawk menemukan mereka. Pertarungan tak terelakkan. Fitz membunuh Hawk sementara Glass hanya bisa melihatnya tak berdaya. Fitz lalu meninggalkan Glass.

Adegan demi adegan pendek tapi penting hadir silih-berganti setelah itu, menggambarkan hari-hari berat Glass sebelum ditemukan rombongan. Selubung kebohongan Fitz akhirnya terbongkar. Dengan dukungan Kapten Andrew, Glass mengejar Fitz.

Perburuan Beruang

Dalam kehidupan nyata, Hugh Glass adalah seorang petualang, pemburu, dan pedagang kulit beruang, sekaligus penjelajah kawasan Dataran Tinggi Sungai Missouri –kini meliputi wilayah Montana, Dakota Utara, Dakota Selatan, dan Sungai Platte di Nebraska. Glass lahir di Pennsylvania tahun 1783, anak imigran Skotlandia-Irlandia. Masa lalunya gelap, tak terjejaki. Hanya ada sedikit fakta yang mengisahkan dirinya. Antara lain dia pernah ditangkap sewaktu jadi bajak laut dan berhasil melarikan diri sebelum ditangkap suku Indian Pawnee.

Meski tak ada catatan pasti, kehidupannya bersama suku Indian Pawnee-lah yang mengajarkannya berburu beruang. Kala itu, pada abad ke-19, perburuan beruang kerap terjadi di Amerika Utara. Kulitnya jadi pilihan utama untuk mantel musim dingin, sementara bagian tubuh lainnya bisa dijadikan obat. Sebuah kulit beruang bisa dijual dengan harga tinggi. Ini mendorong para pemburu berdatangan ke Amerika Utara. Suku-suku Indian Amerika Utara memanfaatkan kesempatan itu, dengan membarter kulit beruang mereka, untuk mendapatkan seekor kuda plus senjata api.

Glass kerap ambil bagian dalam perburuan. Pengalaman monumentalnya terjadi saat mengikuti Ekspedisi William Ashley pada 1823. Dalam ekspedisi berkekuatan 100 personil itu, dia nyaris tewas diserang beruang dan berhasil selamat meski ditinggal sendirian oleh rombongan tanpa perbekalan –kisah inilah yang jadi fokus utama film ini.

Pengalaman itu tak lantas membuat nama Glass tenar. Namanya baru mendapat perhatian publik setelah sebuah harian di Philadelphia, The Port Folio, menuliskan pengalaman hidupnya pada 1925. Sejak itu, dia menjadi perbincangan dan kisah heroiknya menjadi legenda dalam sejarah Amerika abad ke-19 hingga pada 1971 difilmkan dengan judul A Man in the Wilderness (1971), dibintangi antara lain oleh Richard Harris dan John Huston.

Kisah Glass menginspirasi Michael Punke, pengacara dan birokrat di pemerintahan Bill Clinton, untuk menulis novel. Novel itu terbit tahun 2002 dengan judul The Revenant: A Novel of Revenge, yang mendapat puja-puji dan mengalami cetak ulang. Sutradara Inarritu lalu mengadopsinya ke layar kaca.

Pesan Moral

Sutradara Inarritu tak mau menelan mentah-mentah apa yang tertuang dalam novel. Dia memilih fokus pada perjuangan Hugh Glass bertahan hidup. Lanskap dalam novel pun diganti dengan menghadirkan suasana alam yang lebih dingin dan ganas.

Inarritu juga tak sepenuhnya berpatokan pada fakta-fakta kehidupan Glass. Adegan saat Fitz hendak membunuh Glass yang tak berdaya akibat terkaman beruang, contohnya. Di film, Fitz gagal memenuhi hasratnya lantaran ada perlawanan dari Hawks, anak Glass yang memiliki darah penduduk asli. Faktanya, Hawks tak ada dalam kejadian tersebut. Begitu pula kisah asmara Glass dengan seorang perempuan suku Pawnee. Hawks dan ibunya adalah sosok fiktif. Kehadirannya dalam film bukan hanya menambah unsur drama tapi juga selubung tipis untuk mengaburkan kolonialisme di Amerika Utara (kini, menjadi wilayah Amerika Serikat dan Kanada). Seolah dengan demikian terjadi penyatuan alamiah, kehendak bersama, antara penjajah dan yang terjajah.

Sama seperti lembaran-lembaran novelnya yang berisi bentangan fakta sejarah, adegan-adegan film ini juga penuh pesan moral: keagungan, masalah spiritual, reinkarnasi, dan pantang menyerah.

Sebagai sebuah film, sutradara Inarritu mampu menghadirkan petualangan Hugh Glass dengan apik. Kolaborasinya dengan sinematografer Emmanuel Lubezki, yang pernah meraih Academy Award melalui film Gravity, tak sia-sia. Leonardo DiCaprio pun bermain cantik sehingga meraih Oscar untuk kategori aktor pria terbaik.

TAG

Film Hugh-Glass Leonardo-DiCaprio The-Revenant Pemburu-Beruang

ARTIKEL TERKAIT

Ibu dan Kakek Jenifer Jill Pyonsa dan Perlawanan Rakyat Korea Terhadap Penjajahan Jepang Benshi, Suara di Balik Film Bisu Jepang Warrior, Prahara di Pecinan Rasa Bruce Lee Exhuma dan Sisi Lain Pendudukan Jepang di Korea Eksil, Kisah Orang-orang yang Terasing dari Negeri Sendiri Jenderal Orba Rasa Korea Sisi Lain dan Anomali Alexander Napoleon yang Sarat Dramatisasi Harta Berdarah Indian Osage dalam Killers of the Flower Moon