Masuk Daftar
My Getplus

Benarkah Westerling Sakti Mandraguna?

Konon Westerling punya ilmu kebal dan indra keenam. Kelegendaan kisahnya acap disebar sebelum menggulirkan pembantaian.

Oleh: Randy Wirayudha | 04 Apr 2020
Kapten Raymond Pierre Paul Westerling (kanan) sang jagal Belanda yang konon katanya punya ilmu kebal dan indra keenam (Foto: nimh-beeldbank.defensie.nl)

BAGI generasi muda Sulawesi Selatan di masa kiwari, mungkin nama Raymond Pierre Paul Westerling sekadar nama dalam buku sejarah. Namun tidak begitu di era 1950 atau 1960-an. Di masa itu nama Westerling seolah tabu buat terucap dari mulut.

Perkaranya tak lepas dari kisah-kisah kebrutalan eks kapten cum komandan Depot Speciale Troepen (DST) atau pasukan khusus Belanda itu periode 1946-1947. Pemerintah RI menyebut korban pembantaian Westerling mencapai 40 ribu jiwa, meski di salah satu memoarnya, Mes Aventures en Indonésie (terjemahan: Challenge to Terror) ia hanya mengaku mencabut 463 jiwa warga sipil dan gerilyawan.

“Memang itu tahun 1950-1960an kalau orang Bugis, orang Makassar dengar namanya Westerling kayak apa emosinya,” ujar sejarawan Anhar Gonggong kepada Historia

Advertising
Advertising

“Pasti sudah mau diajak berkelahi kalau bisa bertemu Westerling. Tapi sekarang tidak ada. Anak-anak sekarang juga enggak ada urusan lagi, sudah beda generasi,” imbuhnya, di mana ia juga kehilangan ayah, kakak, dan pamannya dalam kebrutalan Westerling.

Baca juga: Keluarga Korban Westerling Menangkan Gugatan

Mayjen TNI (Purn) Andi Mattalatta dalam otobiografinya, Meniti Siri’ dan Harga Diri menyebut, periode pembantaian Westerling sebagai “Dooden Mars”. Sejak datang ke Sulawesi Selatan medio Desember 1946, manuver Dooden Mars Westerling itu mencakup Makassar, Gowa, Takalar, Polombakeng, Binamu, Jeneponto pada kurun 17-31 Desember 1946.

“Kemudian 2-16 Januari 1947 di Bonthain, Gattaran, Bulukumba, dan Sinjai. Sementara di utara operasi keji itu dia lakukan sejak 17 Januari-3 Maret 1947 di Maros, Pangkajene, Segeri, Tanete, Barru, Takkalasi, Soppengriaja, Palamo, Parepare, Suppa, Pinrang, Polewali, Majene, hingga Mandar,” ungkap Mattalatta yang kala itu turut bergerilya “kucing-kucingan” menghindari Westerling Cs.

Ilmu Kebal dan Indra Keenam Westerling

Masih ingat epos ksatria pejuang Skotlandia William Wallace dalam film Braveheart (1995) yang diperankan Mel Gibson? Jelang perang melawan Inggris, kelegendaannya lebih dulu menyebar. Dikatakan Wallace seorang ksatria raksasa yang mampu menggorok 100 prajurit Inggris sendirian. Pedangnya bisa membelah danau-danau di Skotlandia hingga Laut Merah.

Sekiranya kisahnya pun mirip. Sebelum Westerling dan pasukannya menggerebek kampung-kampung di Sulawesi Selatan yang diceritakan Mattalatta di atas, kelegendaan dan takhayul tentang Westerling yang dianggap punya kesaktian mandraguna sudah menyebar lebih dulu, ibarat bentuk teror psikis bagi warga sipil dan gerilyawan.

“Untuk meningkatkan efektivitas terornya, pembantaian didahului oleh kampanye perang urat syaraf dengan menyebarkan kisah tentang Westerling yang dikampanyekan memiliki kekuatan magis. Disebarkanlah cerita bahwa sang kapten punya ilmu kebal, ilmu yang memudahkannya mengetahui siapa yang ekstremis dan siapa yang perampok dsb,” tulis sejarawan Salim Said dalam Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian.

“Bahwa Westerling yang kelahiran Istanbul, Turki, juga jadi bahan kampanye yang efektif. Turki di mata rakyat Sulawesi Selatan yang hampir semuanya penganut Islam, masih salah satu pusat Islam yang punya arti tersendiri. Jadi ketika rakyat sudah dikumpulkan di lapangan terbuka, secara mental mereka sudah ketakutan,” lanjutnya yang pada 1970 pernah mewawancarai langsung Westerling di Amsterdam, Belanda sebagai wartawan.

Baca juga: Pandangan Westerling terhadap Islam

RPP Westerling (kedua dari kiri) kala masih sekadar serdadu kelas "coro" medio 1943 (Foto: nimh-beeldbank.defensie.nl)

Soal ilmu kebal yang didengungkan para prajurit dan mata-mata yang disebar Westerling, dipropagandakan ia punya ilmu itu lantaran hafal banyak ayat-ayat suci Alquran sejak masa mudanya. Toh ia tumbuh besar di lingkungan mayoritas Islam, meski ia bersekolah di Sekolah Yesuit St. Michel dan St. Joseph.

Ia juga sering bersentuhan dengan benda-benda mistis mengingat ayahnya seorang pedagang barang antik di Istanbul. Belum lagi akrab dalam waktu cukup lama dengan kaum Badui Palestina kala bertugas di Haifa dan Kairo medio 1941. Latarbelakang Westerling yang unik itu sudah lebih dari cukup sebagai bahan propaganda dan psywar bahwa dia punya ilmu gaib dan kebal peluru.

“Itu semua perang urat syaraf saja,” sanggah Westerling kepada Salim Said kala diwawancara di sebuah restoran dekat Rijksmuseum.

Pun dengan cerita Westerling punya ilmu yang menuntun tangannya bisa menembak dengan jitu. Seperti sebuah kisah yang beredar kala Westerling bisa menembakkan peluru dari pistolnya melewati celah jari tangan anak buahnya. “Ah, itu dilebih-lebihkan,” bantah Westerling.

Satu lagi “legenda” Westerling yang beredar adalah konon katanya ia punya indra keenam. Utamanya kala memilih mana saja anak buahnya yang boleh dan tidak boleh ikut operasi.

“Diceritakan bahwa Westerling tahu mana anak buahnya yang akan nahas kalau ikut operasi, karena itu dilarang ikut,” sambung Salim Said.

Baca juga: Enam Hal Penting tentang Westerling

Para "calon" korban pembantaian serdadu DST di Sulawesi Selatan menjelang ajalnya (Foto: nimh-beeldbank.defensie.nl)

Tetapi soal itupun disangkal Westerling. Meski begitu lain cerita jika menyoal “bakat” Westerling yang punya pandangan mata bak menghipnotis orang. Ketika matanya sudah memelototi seseorang, baik itu prajurit maupun lawannya, tak jarang orang itu bakal gemetaran.

“Saya sering diberitahu bahwa ada sesuatu tentang mata saya. Saya tak pernah dengan sengaja berusaha menghipnotis orang agar mau menuruti saya dengan tatapan mata saya; tetapi beberapa orang memang mengaku tak tahan akan tatapan saya. Prajurit yang indisipliner sering tak bisa menatap balik ketika saya tegur,” kenang Westerling dalam memoarnya.

Pun ketika Westerling menginterogasi tersangka gerombolan atau gerilyawan. Biasanya Westerling akan menatap yang diinterogasi dalam-dalam dengan matanya tanpa mengucap sepatah katapun. Dalam beberapa menit sang tersangka sudah bakal gemetaran dan akan “bernyanyi” alias bicara seperti kemauan Westerling tanpa harus disiksa.

“Para atasan dan anak buah saya sering bertanya, apa rahasia saya? Apakah saya punya ilmu tertentu yang bisa mereka terapkan juga. Saya jelaskan bahwa saya tak melakukan apapun dengan tatapan saya. Memang begitu tatapan natural saya dan mereka banyak yang tidak percaya,” tandasnya.

Baca juga: Rencana Menghabisi Westerling

TAG

westerling sulawesi selatan pembantaianmassal pembantaian serdadu-belanda

ARTIKEL TERKAIT

Murid Westerling Tewas di Parepare Murid Westerling Tumbang di Jogja Westerling Nyaris Tewas di Tangan Hendrik Sihite Menculik Pacar Westerling Pembantaian di Puri Cakranegara Banjir Darah di Puri Smarapura Kapten Schmidt dan Gerombolan Bulenya Lawan Pemerintah Indonesia Dan Westerling Pun Tersenyum Habis Gempa Terbitlah Genosida Petualangan Inspektur Frans