Masuk Daftar
My Getplus

Selamat Jalan Alfred Riedl

Mengenang sang juru taktik dari Austria. Alfred Riedl si galak yang akan terus diingat dalam sejarah sepakbola Indonesia.

Oleh: Fernando Randy | 13 Sep 2020
Alfred Riedl saat akan memulai latihan timnas Indonesia di Karawaci. (Fernando Randy/Historia.id).

Menjelang akhir 2010, asa pendukung tim nasional sepakbola Indonesia melambung. Dalam helatan piala AFF 2010, Timnas Garuda tampil memikat di bawah asuhan Alfred Riedl. Serangannya bagai badai tornado dan pertahanannya menjadi serapat beton. Kuku Garuda benar-benar bikin Laos porak poranda, Malaysia hancur lebur, dan Thailand minta ampun di babak penyisihan. Filipina, sang kuda hitam, ngos-ngosan tak kuasa melawan kuku Garuda di semifinal.

Ekspresi Alfred Riedl saat memimpin latihan timnas Indonesia di Jakarta. (Fernando Randy/Historia.id).

Nama Alfred Riedl pun dielu-elukan. Fans timnas menaruh harapan besar padanya untuk membantu Indonesia merengkuh gelar Piala AFF untuk kali pertama. Tapi menjelang pertandingan final melawan Malaysia, fans dikejutkan oleh keputusan Riedl mencoret salah satu bintang Timnas, Boaz Solossa.

Alfred Riedl pelatih yang memimpin timnas Indonesia selama tiga periode. (Fernando Randy/Historia.id).

Riedl mengatakan Boaz telah berbuat indisipliner. Dia tak peduli Boaz seorang bintang. Hukum adalah hukum. Harus ditegakkan biarpun bumi runtuh. Siapa yang melanggar, harus dihukum.

Advertising
Advertising

Baca juga: Mula Tim Garuda

Banyak orang menuding keputusan itu sebagai sebab kekalahan timnas di final Piala AFF 2010. Riedl mengatakan kekalahan Timnas tidaklah ditentukan oleh satu atau dua orang. Tapi dia mengakui, kekalahan timnas adalah tanggung jawabnya.

 Kiri: Boaz Solossa sosok yang pernah dicoret Riedl. Kanan: Riedl memimpin latihan timnas Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Disiplin dan tegas adalah ciri khas dari Alfred Riedl. (Fernando Randy/Historia.id).

Itulah Riedl. Sosok pelatih berambut putih asal Austria. Dia dikenal bertanggung jawab dan sangat tegas pada siapapun. Bahkan terkesan dingin. Tapi cukup menyenangkan dalam memberikan informasi kepada para jurnalis.

Pernah suatu hari, saya sebagai fotografer dan seorang kawan reporter mewawancarainya pada 2012. Kami menghubungi Riedl via email untuk membuat janji. Riedl sepakat menerima kami di Hotel Kempinski, Jakarta. Kami parkir motor di lantai bawah tanah. Jauh dari tempat pertemuan. Akibatnya, kami terlambat lima menit. Riedl pun menyemprot kami.

"Kalian terlambat lima menit. Sebagai wartawan, kalian harus lebih menghargai waktu," katanya saat kali pertama bertemu kami. Untungnya, dia mau mengerti alasan kami. Wawancara pun berjalan lancar.

Alfred Riedl saat menjalani sesi wawancara khusus. (Fernando Randy/Historia.id).

Jurnalis lain dari bolalob.id yang juga rekan saya, Kukuh Wahyudi, punya kesan yang sama terhadap Riedl. Dia sering berinteraksi dengan Riedl.

“Riedl sosok yang menyenangkan bagi jurnalis. Komentarnya selalu tegas, tak sekadar normatif. Sangat membantu dalam menyampaikan informasi secara jelas kepada pembaca,” kata Kukuh.

Riedl saat memimpin latihan Irfan Bachdim dan Ruben Sanadi. (Fernando Randy/Historia.id).
Alfred Riedl saat memimpin latihan timnas Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).
Riedl sang juru taktik dari Austria. (Fernando Randy/Historia.id).

Riedl tercatat menangani timnas dalam tiga helatan Piala AFF: 2010, 2014, dan 2016. Hasilnya, dua kali masuk final dan sekali tersungkur di babak penyisihan. Sebagai pelatih yang telah beberapa kali menangani timnas, dia hafal luar dalam kelemahan dan kelebihan pemain timnas. Kelemahan mendasarnya ketahanan fisik. Sedangkan untuk kelebihannya, dia melihat pada kemampuan individual para pemain.

Riedl dan asistennya Wolfgang Pikal. (Fernando Randy/Historia.id).
Hansamu Yama saat mencetak gol di semifinal Piala AFF 2016 kontra Vietnam. (Fernando Randy/Historia.id).
Riedl menyalami M. Ridwan dan Hariono usai bertanding melawan Suriah di Jakarta. (Fernando Randy/Historia.id).

Setelah menangani timnas, Riedl pulang kampung ke Austria. Kabarnya tak banyak terdengar lagi. Sampai akhirnya kabar duka itu datang. Alfred Riedl meninggal dunia dalam usia 70 tahun di Austria pada 8 September 2020. Persatuan sepakbola Palestina, Vietnam, dan Laos menyatakan berduka cita. Di sanalah Riedl pernah pula memberikan jasanya selain pada Indonesia. Pemain timnas seperti Evan Dimas, Irfan Bachdim, Ahmad Bustomi, dan Boaz Solossa tak ketinggalan ikut menyatakan duka.

Riedl saat berjalan menuju lapangan untuk memulai latihan. (Fernando Randy/Historia.id).

Alfred Riedl memang belum pernah memberikan gelar juara pada Indonesia. Tapi namanya akan terus dikenang dalam sejarah sepakbola Indonesia. Selamat jalan, Alfred Riedl.

Ekspresi Alfred Riedl saat di lapangan latihan timnas Indonesia. (Fernando Randy/Historia.id).

 

TAG

timnas indonesia sepakbola

ARTIKEL TERKAIT

Meneer Belanda Pengawal Mistar Indonesia Serba-serbi Aturan Offside dalam Sepakbola Satu Episode Tim Garuda di Olimpiade Rossoblù Jawara dari Masa Lalu Lima Jersey Sepakbola Kontroversial Philippe Troussier si Dukun Putih Momentum Bayer Leverkusen Dua Kaki Andreas Brehme Petualangan Tim Kanguru Piala Asia Tanpa Israel