PADA 17 Mei 1928, publik Amerika Serikat dibuat penasaran oleh pengumuman di majalah Life. Pasalnya, sebulan sebelum Partai Republik dan Partai Demokrat mengadakan konvensi pemilihan presiden, majalah mingguan bertema humor yang populer tahun 1920-an itu lebih dulu mengumumkan bahwa Partai Anti-Bunk akan mengusung seorang tokoh menjadi calon presiden.
Seminggu setelahnya, Will Rogers, seorang komedian terkenal, diumumkan sebagai kandidat presiden dari Partai Anti-Bunk. Satu minggu kemudian, dia menyampaikan sambutan yang menandai dimulainya kampanye.
Pencalonan Rogers sesungguhnya hanya lelucon, namun Life mengemas proses pencalonan dan kampanyenya dengan serius tetapi penuh canda. Seperti kampanye calon presiden pada umumnya, majalah itu menampilkan berbagai berita baru terkait kampanye Rogers, ilustrasi, surat kepada editor, konten editorial, iklan, hingga jajak pendapat, serta dukungan kepada calon presiden.
Baca juga: Iklan Kampanye dan Kemenangan Eisenhower dalam Pilpres AS
Life juga memasang foto Rogers pada pin-pin kampanye lengkap dengan slogan “He Chews to Run,” plesetan dari pernyataan Presiden AS ke-30 John Calvin Coolidge ketika mendapat pertanyaan dalam pilpres periode sebelumnya, dia menjawab, “Saya tidak berencana untuk mencalonkan diri”; serta kegemaran Rogers mengunyah (chews) permen karet.
Kemunculan Rogers dalam kampanye pilpres di majalah Life menghebohkan publik. Alasannya, selain dikenal sebagai komedian tersohor, pria yang piawai melontarkan kritik sosial berbalut humor itu beberapa kali ditawari mencalonkan diri sebagai pejabat publik, tetapi dia tidak tertarik. Pada konvensi Partai Demokrat tahun 1924 misalnya, dua delegasi Arizona mendukung Rogers untuk mencalonkan diri. Selain itu, pada Februari 1928 dia menulis pernyataan “saya tidak berniat untuk terlibat dalam pertempuran politik dalam bentuk apapun selama musim gugur 1928.”
Menurut Steven K. Gragerts dalam “He Chews to Run”: Will Rogers’ Life Magazine Articles, 1928, maksud pernyataan Rogers itu untuk meredam gerakan yang sedang berkembang di negara bagian asalnya, Oklahoma, yang berniat mencalonkan dirinya sebagai kandidat presiden. “Pernyataan itu mungkin memang yang diinginkannya –setidaknya untuk saat ini. Namun, lima bulan kemudian, Rogers benar-benar menjadi calon presiden, meskipun hanya sebagai kandidat yang bercanda dan tidak berasal dari kelompok politik biasa, tetapi dari jenis yang paling tidak biasa –Partai Anti-Bunk– yang didedikasikan untuk tujuan tunggal memerangi ‘bunk (omong kosong, red.) dalam segala bentuk’,” tulis Gragerts.
Baca juga: Empat Pilpres Kontroversial Amerika
Ide membuat lelucon itu berasal dari editor majalah Life, Robert E. Sherwood dan direktur seninya, Fred P. Cooper, sementara Rogers mengusulkan nama partai yang mengusungnya. Ketika Sherwood menawarkan ide ini kepada Rogers, komedian tersebut setuju untuk menulis serangkaian artikel mingguan yang akan memuat pidato kampanye dan program-programnya. Sebagai imbalannya, Life akan membayar Rogers sebesar US$500 per edisi, yang disebut oleh Sherwood sebagai “uang yang sangat banyak untuk Life.”
Setelah mencapai kesepakatan, Rogers mulai menulis gagasan-gagasannya yang ditampilkan oleh Life di bawah berita utama, yang mengumumkan serangkaian kebijakan anti-kebohongan. Di bawah tajuk “Kandidat Kami Menghina Para Pemilih” misalnya, Rogers mengomentari pernyataan Franklin Roosevelt, tokoh yang sedang naik daun dari Partai Demokrat. Roosevelt muda menyatakan bahwa klaim Partai Republik bahwa mereka adalah partai kemakmuran adalah salah dan orang Amerika terlalu pintar untuk disesatkan lagi oleh omong kosong seperti itu.
Menanggapi pernyataan Roosevelt, Rogers berkata, “dari semua omong kosong yang diberikan selama kampanye, yang terbesar dari semuanya adalah mencoba memuji pengetahuan pemilih dan mengatakan bahwa dia tidak bisa dibodohi seperti dulu.”
Selama melakukan kampanye, Rogers hanya membuat satu janji kepada para pembacanya, yakni “Jika saya terpilih, saya akan mengundurkan diri.” Elizabeth Rider Montgomery dalam Will Rogers: Cowboy Philosopher menyebut kampanye Rogers itu disambut positif oleh publik Amerika.
Baca juga: Lembaga Survei Terkenal Salah Memprediksi Pilpres AS
“Orang-orang mulai mengatakan bahwa Will Rogers akan menjadi presiden yang baik. Rogers sendiri menertawakan ide tersebut. Dia juga menertawakan permintaan untuk mencalonkan diri sebagai gubernur Oklahoma, senator Amerika Serikat, dan duta besar untuk Meksiko,” sebut Montgomery.
Besarnya perhatian publik terhadap kampanye Rogers membuat majalah Life dibanjiri surat dukungan serius pencalonan Rogers sebagai kandidat presiden AS. Salah satu surat bahkan berasal dari Henry Ford, seorang industrialis, yang mengatakan bahwa kampanye Anti-Bunk adalah “upaya serius untuk mengembalikan akal sehat Amerika ke dalam politik Amerika.”
Walaupun pilpres AS 1928 dimenangkan oleh Herbert C. Hoover dari Partai Republik, dalam edisi setelah pemilu pada November 1928, Life mengumumkan bawa Will Rogers terpilih sebagai presiden AS oleh “silent majority”, yaitu para pemilih yang tidak puas dengan hasil pilpres. Sesuai janjinya, Rogers pun segera mengundurkan diri.
Baca juga: Saling Serang Lewat Iklan
Mark Stein dalam The Presidential Fringe: Questing and Jesting for the Oval Office menyoroti kemunculan Will Rogers sebagai kandidat presiden palsu yang melakukan kampanye lelucon. Stein mengutip pendapat Bridgeport Post di Connecticut, “Tak seorang pun yang dapat melihat dengan jelas para politisi di Washington selain Rogers. […] Sebagai presiden, dia tentu tidak akan takut pada Senat; Senatlah yang akan takut padanya. Setiap kali salah satu anggota Senat mulai berulah, Rogers akan mengeluarkan komentar tajam yang mungkin terdiri dari sepuluh kata dan mengempiskannya.”slot pulsa
Sementara itu, menurut Bryan B. Sterling dan Frances N. Sterling dalam Will Rogers’ World: America’s Foremost Political Humorist Comments on the ‘20s and ‘30s– And ‘80s and ‘90s, terlepas dari nama Rogers yang masuk nominasi pada konvensi nasional Partai Demokrat tahun 1928 dan 1932, “karier Will Rogers dalam politik” telah mencapai puncaknya. Dia menolak setiap dan semua upaya untuk menariknya ke dalam partisipasi aktif. Seperti yang dia katakan kepada orang-orang Oklahoma yang mencoba mengusungnya, “ketika itu dilakukan sebagai lelucon tidak masalah, tetapi ketika dilakukan dengan serius, itu menyedihkan. Kita sudah terbiasa dengan semua orang yang disebut sebagai kandidat presiden, namun negara ini belum sampai pada tahap seorang komedian yang serius. Tidak ada bujukan yang akan membuat saya cukup bodoh untuk mencalonkan diri sebagai pejabat politik. Saya ingin berada di luar, di mana saya bisa berteman dengan melawak dengan mereka semua, bahkan presiden sekalipun.”*