RESEPSI megah dan mewah pembukaan Piala Dunia 2018 sudah bergulir pada 14 Juni 2018 di Stadion Luzhniki, Moskva. Stadion yang sama juga akan menjadi tempat upacara penutupan 15 Juli mendatang. Di Piala Dunia 2018, Luzhniki menggelar tujuh partai, termasuk partai pembuka dan final.
Stadion yang kerap dijuluki “kakak kembar” Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) itu dijadikan venue utama bukan hanya lantaran stadion terbesar di Rusia dan jadi stadion terbaik dunia 2017 (versi para pakar stadiumdb.com), melainkan juga lantaran jejak historisnya.
Stadion Luzhniki, bagian dari Luzhniki Olympic Complex seluas 180 hektar yang terletak di Distrik Khamovniki, Kota Moskow, merupakan simbol ambisi Uni Soviet menjadi negara adidaya di bidang olahraga. Ia dibangun berdasarkan sebuah resolusi pemerintah Soviet tertanggal 23 Desember 1954.
“Stadionnya berdiri di kaki Bukit Lenin, di sisi utara Sungai Moskva, dan Barat Daya kota (Moskva),” tulis James Riordan dalam Sport in Soviet Society.
Tempat itu dipilih oleh arsitek I Rozhin, N. Ullas, dan A. Khryakov lantaran selain dekat pusat kota juga memiliki sejumlah sistem transportasi utama. Pemilihan Bukit Lenin berangkat dari ilham yang didapat arsitek V. Polikarpov kala meriset lahan tersebut.
“Pemandangan yang saya lihat memberi ilham tersendiri. Saya bisa membayangkan layout stadion, arena pusat olahraga, kolam renang, taman bermain. Saya menyukai stadion yang besar, suara tembakan pistol (untuk start atletik), percikan air (olahraga akuatik) dan tendangan bola yang keras,” kata Polikarpov, dimuat laman luzhniki.ru.
Begitu urusan lahan selesai, desain langsung dibuat. “Stadion utamanya sendiri didesain dengan bentuk mirip sarang burung tanpa atap oleh sekelompok arsitek terbaik Soviet pimpinan Aleksandr Vlasov dibantu insinyur V. Nasonov, N. Reznikov, dan V. Polikarpov,” tulis Richard Anderson dalam Russia: Modern Architectures in History.
Pembangunan start pada musim semi 1955 dan rampung pada 31 Juli 1956 bersamaan dengan 140 fasilitas olahraga lainnya. “Selain Central Lenin Stadium dengan kapasitas 104 ribu penonton, Luzhniki Sport Centre yang disebut Istana Olahraga juga punya kapasitas 13 ribu penonton, ditambah arena renang outdoor berkapasitas 12 ribu orang,” tulis Riordan.
Stadion utama kemudian diberi nama Central Lenin Stadium untuk mengabadikan nama pemimpin Revolusi Bolshevik. Pemberian nama itu sekaligus untuk mengkampanyekan ambisi Soviet jadi pemimpin olahraga dunia internasional. Stadion utama menjadi ikon gelanggang olahraga Negeri Tirai Besi.
Lewat stadion itu, Soviet juga ingin melestarikan kejayaan olahraganya pasca-jadi runner-up Olimpiade Helsinki 1952 dengan 71 medali (22 emas, 30 perak, 19 perunggu). Kompleks yang lantas diganti nama menjadi Luzhniki Olympic Complex itu lantas jadi kawah candradimuka para atlet Soviet di berbagai olimpiade. Sejak itu, Soviet hampir selalu merajai olimpiade. Hingga 1988 jelang runtuh, Soviet lima kali jadi juara umum dan hanya tiga kali jadi runner-up.
Pasca-keruntuhan Soviet, stadion nama utama berubah jadi Luzhniki Stadium –Bukit Lenin jadi Bukit Burung Gereja. Luzhniki berarti padang rumput yang tergenang air. Kata itu dipilih untuk menamakan kompleks olahraga tersebut lantaran lokasi tempat kompleks dulunya memang dataran yang tergenang air dari Sungai Moskva.
Event Akbar dan Catatan Kelam
Stadion Luzhniki pertama kali gelar karpet untuk perhelatan Spartakiad, event olahraga multicabang khusus untuk negara-negara Blok Timur, tahun 1956. Olimpiade 1980 menjadi momen terbesar yang pernah digelarnya. Kala itu, rekor penonton pada upacara pembukaan dan penutupan di Stadion Luzhniki tercatat mencapai 103 ribu orang.
“Kami telah berusaha membuat olimpiade di Moskva sebagai sebuah perayaan berskala besar di mana para atlet dari semua benua bisa menunjukkan pencapaian-pencapaian mereka sesuai harapan kami bahwa momen ini akan memberikan dorongan baru terhadap perkembangan dan penyebaran gagasan olimpiade: memperkuat pemahaman bersama, persahabatan, dan perdamaian bangsa-bangsa,” cetus Ignatii Novikov, Presiden Komite Penyelenggara Olimpiade Moskva 1980, dikutip Jenifer Parks dalam The Olympic Games, the Soviet Sports Bureaucracy and the Cold War.
Sayang Luzhniki menyimpan memori pahit pada 20 Oktober 1982, saat stadion itu menghelat pertandingan UEFA Cup (kini Europe League) antara FC Spartak Moskva vs HFC Haarlem. Dari laporan suratkabar Sovetsky Sport 21 Oktober 1982, terhitung 66 pendukung Spartak tewas dan 61 lainnya luka-luka akibat terinjak-injak di tangga tribun stadion.
Luzhniki memang jadi rumah bagi tiga klub ibukota Soviet: Spartak Moskva, CSKA Moskva, dan Torpedo Moskva. Namun kini Luzhniki hanya diperuntukkan buat timnas Rusia.
Luzhniki sudah tiga kali mengalami renovasi. Pada 1996-1997,Luzhniki ditambahkan atap yang membuatnya makin mirip dengan GBK. Renovasi pada 2001-2004 tak mengubah apapun.
Pada renovasi terakhir, 2017-2018, Luzhniki dipersiapkan untuk Piala Dunia 2018. Pemerintah Rusia tetap mempertahankan sisi historisnya dengan tak mengubah bagian luar stadion. Sementara, bagian dalam direnovasi jadi lebih modern dan ditambahi beragam fasilitas yang memudahkan kaum disabilitas, seperti audio komentator untuk para tunanetra, kursi penonton berukuran khusus, serta sejumlah tempat khusus untuk kursi roda.
Beberapa seksi tribun juga dibuat lebih mendekat ke lapangan. Meski begitu, kapasitas penontonnya berkurang menjadi 81 ribu orang. Melansir tass.ru, 9 Juli 2015, renovasinya menguras dana hingga 350 juta euro. Selain sepakbola, Luzhniki juga jadi venue beragam cabang atletik lantaran lintasan trek di pinggir lapangannya berstandar internasional.
Baca juga:
Preambul Piala Dunia Pertama Amburadul
Sepakbola Soviet Era Stalin
Dulu Menjegal, Kini Gagal
Yang Diceraikan Jelang Hajatan