Masuk Daftar
My Getplus

Heboh Pemuda Peuyeumbol

Di depan corong Radio Pemberontak Surabaya, “Bung Tomo” menyebut pemuda-pemuda Bandung bermental lembek seperti peuyeumbol.

Oleh: Hendi Jo | 28 Nov 2017
Para pemuda Bandung tengah melakukan pemeriksaan di sebuah pos penjagaan pada 1946. Sumber: Album Perjuangan Kemerdekaan 1945-1950.

HAWA Bandung yang dingin berubah menjadi panas. Pasalnya, di tengah-tengah Pertempuran Surabaya, seorang yang menamakan dirinya sebagai Bung Tomo beteriak keras di depan mikrofon Radio Pemberontak Surabaya . Dalam bahasa Sunda, dia menyebut pemuda-pemuda Bandung bermental peuyeumbol (singkong yang diragi hingga lembek dan merupakan makanan khas Bandung), karena tidak jua berani menggempur tentara Inggris.

"Mereka (pemuda-pemuda Bandung) menjadi terbakar," ujar John R.W. Smail dalam Bandung Awal Revolusi 1945-1946.

Kendati maksud orang yang mengaku sebagai Bung Tomo itu baik, namun tak ayal soal sebutan "pemuda peuyeumbol" tersebut menjadi masalah. Rasa simpati para pemuda Bandung terhadap Bung Tomo pun sempat sirna. Mereka menyatakan bahwa kata-kata itu tak pantas dikeluarkan oleh seorang tokoh pejuang.

Advertising
Advertising

"Dia tak berhak menilai keberanian kami dari kejauhan," ungkap Asikin Rachman (94), eks pejuang di Bandung.

Selidik punya selidik, ternyata orang yang mengejek pemuda-pemuda Bandung itu bukanlah Bung Tomo, melainkan Soetomo yang tak lain adalah pemuda Bandung sendiri. Dia merupakan salah satu anggota delegasi pemuda Jawa Barat yang datang ke Kongres Pemuda di Yogyakarta pada 10 November 1945 mewakili KNI (Komite Nasional Indonesia) Cicadas.

Menurut seorang anggota KNI Jawa Barat bernama Madomiharna, Soetomo dikenal sebagai pemuda yang pandai berpidato. Laiknya Bung Tomo asli, Soetomo pun memiliki suara yang menggelegar dan pandai beretorika.

"Makanya kami memberi julukan kepadanya sebagai 'Bung Tomo dari Cicadas'," ungkap Midomiharna seperti dikutip dalam Mohammad Rivai: Tanpa Pamrih Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 karya Suwardi Suwardjo dkk.

Usai mengikuti kongres di Yogyakarta, delegasi Jawa Barat lantas berangkat ke front Surabaya. Ketika berada di studio Radio Pemberontak Surabaya pada 13 November 1945, "Bung Tomo dari Cicadas" itu meminta kesempatan untuk bicara di depan mikrofon. Bung Tomo asli yang saat itu berada di studio tentu saja menyilakan.

"Soetomo itu saya benarkan berbicara di depan Radio Pemberontak kami…Saya memang tidak menanyakan siapa sebenarnya dia, karena jelas dia datang ke front Surabaya bersama rombongan Jawa Barat," tutur Bung Tomo saat diwawancarai oleh Suwardi Soewardjo dkk pada 18 Agustus 1979.

Begitu sampai di Bandung, Madomiharna langsung diserbu pertanyaan-pertanyaan oleh para pemuda Bandung. Salah satunya: mengapa Bung Tomo berani-berani menuduh para pemuda Bandung sebagai bermental peuyeumbol? Dia lantas menjelaskan bahwa yang berpidato itu bukanlah "Bung Tomo dari Surabaya", melainkan "Bung Tomo dari Cicadas".

Maka beramai-ramailah para pemuda Bandung mendatangi KNI Cicadas guna meminta pertanggungjawaban dari Soetomo. Namun bukannya Soetomo yang didapat, melainkan penjelasan mengejutkan dari pihak KNI Cicadas: Soetomo yang bernama asli Soebrata, bukanlah anggota KNI Cicadas. Dia hanya seorang bekas tahanan Jepang di Penjara Sukamiskin yang kerap terlibat praktek penipuan.

"Karena berkawan akrab dengan beberapa anggota KNI Cicadas, dia berhasil mencuri stempel KNI Cicadas dan membuat sendiri surat-surat supaya dia bisa ikut berangkat bersama delegasi Jawa Barat ke Kongres Pemuda di Yogyakarta," tulis Suwardi.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat Mengenal Batik dari Kota Batik (Bagian I) Peran Radius Prawiro dalam Reformasi Pajak Presiden Korea Selatan Park Chung Hee Ditembak Kepala Intelnya Sendiri Pengungsi Basque yang Memetik Bintang di Negeri Tirai Besi Warisan Budaya Terkini Diresmikan Menteri Kebudayaan Aksi Spionase Jepang Sebelum Menyerang Pearl Harbor Radius Prawiro Mengampu Ekonomi Masyarakat Desa Tuan Tanah Menteng Diadili Mimpi Pilkada Langsung Jurus Devaluasi dan Deregulasi Radius Prawiro