Akun The Kyiv Independent (@KyivIndependent, 8/3) memposting foto sukarelawan asing pertama yang bergabung dalam Legiun Internasional. Mereka bertempur melawan tentara Rusia di luar Kyiv. Menurut Angkatan Darat Ukraina, para sukarelawan tersebut berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Swedia, Lithuania, Meksiko, dan India.
Sukarelawan asing selalu hadir dalam sejarah peperangan di dunia. Begitu pula dalam perang kemerdekaan Indonesia. Orang-orang asing yang bergabung dengan Indonesia melawan Belanda umumnya desersi atau membelot, seperti mantan tentara Jepang termasuk yang berasal dari Korea, beberapa tentara Belanda, dan serdadu India muslim bagian dari pasukan Inggris (Sekutu).
Mereka bergabung dengan kesatuan laskar perjuangan, tentara Indonesia, atau membentuk kesatuan sendiri, seperti mantan tentara Jepang membentuk Pasukan Gerilya Istimewa dan serdadu India muslim bergabung dalam International Volunteers Brigade.
Baca juga: Tujuh Pejuang Asing dalam Perang Kemerdekaan Indonesia
Baca juga: Sesama Islam Dilarang Berperang
P.R.S. Mani, wartawan India yang meliput perang kemerdekaan Indonesia, dalam Jejak Revolusi 1945 menyebut sekitar 600 tentara India muslim membelot. Sedangkan menurut Richard McMillan dalam The British Occupation of Indonesia 1945–1946, secara keseluruhan tentara India yang membelot berjumlah 746 orang atau 1,7 persen dari total 45.000 tentara Inggris. Sekitar 60 persen pembelot adalah tentara India muslim. Di Jawa, di mana sebagian besar desersi terjadi, pembelot muslim dua kali lebih banyak dari pembelot Hindu.
Menurut Mani, pada awalnya mereka beroperasi sendiri-sendiri bersama kesatuan-kesatuan gerilya Indonesia. Mereka bersemangat dalam membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia dan dinilai baik oleh para perwira Indonesia. Bahwasanya ada beberapa orang yang membantu karena terpikat keuntungan materi, tidaklah diragukan lagi. Tetapi ada juga meskipun tidak banyak yang telah memberikan jiwanya demi Indonesia.
Baca juga: Cerita Para Pembelot India
“Sungguh menarik bagi saya melihat tentara Indonesia tidak memobilisasi mereka sebagai satu kesatuan; sebabnya jelas, karena mereka tidak ingin membangkitkan amarah orang-orang Inggris. Dan ketika komando Inggris mengundurkan diri, secara bertahap para pembelot ini dipulangkan ke India,” kata Mani.
Namun, A.H. Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: Perang Gerilya Semesta, mencatat sebuah pasukan sukarela bernama Volunteer Indian Troops (VIT) di bawah pimpinan Sultan Akhmad telah turut dalam pertempuran melawan Belanda.
Dalam suatu pertempuran di daerah Mojokerto, Mohd. Hussain, seorang anggota VIT, menderita luka berat hingga kemudian meninggal di rumah sakit Jombang.
Baca juga: Seruan Membelot ke Indonesia
Berkenaan dengan itu, pada 2 Oktober 1947 Sultan Akhmad menyampaikan pesan kepada anggota VIT yang tersebar di berbagai medan pertempuran sebagai berikut:
“Jangan kecil hati. Tiap makhluk pada suatu waktu harus mati. Kenangkanlah dan hargailah apa yang dilakukan oleh Saudara Hussain itu. Ia telah menghubungkan Pakistan/India dan Republik Indonesia, dengan jiwa dan darahnya. Ambillah itu sebagai contoh dan berjuang terus hingga mati untuk kemerdekaan Indonesia. Berjuang terus hingga hubungan antara Pakistan/India dan Indonesia menjadi sangat kuat tidak dapat dipatahkan lagi.”
“Pasukan Sukarela India [VIT] yang dibentuk pada 21 Februari 1946 ini tidak termasuk dalam Brigade [Sukarelawan] Internasional. Walaupun jumlah mereka tak banyak, tetapi arti politisnya besar,” tulis Nasution.
Baca juga: Alasan Pembelotan Tentara India
Brigade Sukarelawan Internasional atau International Volunteers Brigade dibentuk pada 30 Agustus 1947 dengan komandan Abdul Matin dan Ghulam Ali sebagai wakilnya.
Album Perjuangan Kemerdekaan 1945–1950 menyebut bahwa putra-putra India bergabung dalam pasukan International Volunteers Brigade bersama pejuang-pejuang warga negara Tionghoa, Filipina, Malaya, dan lain-lain. Pasukan sukarelawan asing ini turut aktif dalam berbagai pertempuran dan tidak sedikit yang tewas membela kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca juga: Gerilyawan Korea di Pihak Indonesia
“Ingin pula kita mencatat beberapa tokoh pasukan International Volunteers Brigade ini seperti Abdul Madjid Khan (India), Dr. Estrada (Filipina), Tony Wen (Tionghoa), dan Adnan (Malaya),” catat buku terbitan Badan Pimpinan Harian Pusat Korps Cacad Veteran Republik Indonesia pada 1975 itu.
Abdul Matin membagi-bagi pasukan International Volunteers Brigade dan menugaskannya ke berbagai front di Jawa. Mereka bertempur di garis depan selama agresi militer Belanda kedua.
“Pasukan sukarelawan muslim India-Pakistan bertempur di hutan-hutan, bergerilya, dan mengacau kota-kota yang diduduki Belanda. Banyak yang gugur, tertangkap Belanda, dan ditahan di Jakarta, Blitar, Kediri, Malang, dan Surabaya,” kata Ghulam Ali dikutip Firdaus Syam.
Baca juga: Mengirim Peti Mati Sukarelawan Filipina
Mereka yang tertangkap dibebaskan setelah perang berakhir. Mereka kemudian memilih menetap di Indonesia atau pulang ke negaranya. Sebagaimana diberitakan harian Pelita Rakjat, 13 Desember 1948, bahwa 22 orang India yang bergabung dalam International Volunteer Brigade pulang ke tanah airnya yang sudah merdeka.
Album Perjuangan Kemerdekaan 1945–1950 juga memuat gambar sebagian anggota pasukan sukarelawan India yang tergabung dalam International Volunteers Brigade telah mengakhiri masa tugasnya di Indonesia. Anggota pasukan ini selama agresi militer Belanda telah ikut bertempur dengan TNI di berbagai front. Beberapa di antara mereka gugur dan cedera (cacad) dalam pertempuran. Wakil masyarakat India di Yogyakarta, Moh. Junus, mengucapkan selamat jalan kepada para prajurit India yang akan pulang ke negaranya.