Runtuhnya Kesultanan Banten

Timeline sejarah Kesultanan Banten dari didirikan hingga keruntuhan.

Oleh: Risa Herdahita Putri | 18 Des 2024
Runtuhnya Kesultanan Banten
Reruntuhan Keraton Kaibon di Banten Lama. (Nugroho Sejati/Historia.ID).

932 Banten masih berupa kadipaten di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Pusat kadipaten Banten berada di Banten Girang, 13 km di selatan Banten Lama sekarang.

1524 Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati datang ke Banten untuk menyebarkan agama Islam.

1525 Dengan bantuan pasukan dari Kerajaan Demak, Syarif Hidayatullah menyerang dan menaklukkan Banten.

Advertising
Advertising

1526 Kesultanan Banten berdiri sebagai protektorat yang dikontrol Kerajaan Demak, dengan Maulana Hasanuddin, putra Syarif Hidayatullah, sebagai penguasanya.

1527 Pusat pemerintahan Kesultanan Banten pindah ke delta Sungai Cibanten.

1552 Banten berdiri sendiri dan bebas dari pengaruh Kerajaan Demak, yang mulai melemah. Sultan membangun Keraton Surosowan dan Masjid Pacinan Tinggi.

1566 Masjid Agung Banten mulai dibangun.

Baca juga: 

Taktik Banten Taklukkan Pakuan Pajajaran

1570 Maulana Yusuf berkuasa. Pada masanya dilakukan pembangunan benteng, merampungkan Masjid Agung, mendirikan Masjid Kasunyataan, membangun pertanian, kompleks sumber air yang disebut Tasikardi, dan irigasi.

1580 Maulana Muhammad Kanjeng Ratu Banten Surosowan menjadi sultan. Karena masih terlalu muda, pemerintahan dijalankan wali. Pada masa jabatannya, Masjid Agung Banten diperindah; melapisi tembok masjid dengan porselen dan tiangnya dibuat dengan kayu cendana, serta menambahkan tempat salat untuk perempuan, yang disebut pawestren atau pawadonan.

1596 Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir naik takhta. Namun, selama belum dewasa, pemerintahan dijalankan wali. Terjadi konflik internal kesultanan.

1596 Belanda berlabuh di pelabuhan Banten di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.

1602 VOC mendirikan kantor dagang di Banten.

Baca juga: 

Wabah Penyakit Mematikan di Banten dan Jawa Tengah

1651 Sultan Abulfath Abdulfattah, yang terkenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa, memerintah. Pada masa kekuasannya, Banten mengalami kejayaan. Penolakannya bekerjasama dengan VOC membawa Banten ke dalam peperangan.

1680 Sultan Ageng Tirtayasa pindah ke keraton Tirtayasa. Sultan Abu Nasr Abdul Kahar atau Sultan Haji, putranya yang diserahi menangani Keraton Surosowan, mengklaim takhta kesultanan.

1682 Sultan Ageng Tirtayasa menyerang dan menguasai Surosowan.

1683 Sultan Ageng Tirtayasa kalah dalam perang melawan Belanda yang bersekutu dengan Sultan Haji. Sultan Haji berkuasa.

1683 Pembangunan Benteng Speelwijk, dengan arsitek Hendrik Lucaszoon Cardeel, yang menandai kekuasaan VOC atas Banten.

1864 Perjanjian ditandatangani Sultan Haji dan VOC. Banten mengalami kemunduran. VOC menentukan sultan-sultan Banten berikutnya.

Baca juga: 

Ratu Banten Ditahan di Pulau Edam

1808 Keraton Surosowan dirusak Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels karena Sultan Abul Mafakih Muhammad Aliyuddin atau Sultan Aliyuddin II menolak mengerahkan rakyat Banten untuk kerja rodi membangun jalan pertahanan di Ujung Kulon dan memindahkan keraton ke Anyer.

1813 Ketika Sultan Muhammad Syaifuddin berkuasa, dia dipaksa turun takhta dan kesultanan Banten dihapuskan oleh Inggris, yang menggantikan Belanda di Banten, di bawah kekuasaan Thomas Stamford Raffles. Keraton Surosowan yang rusak ditinggalkan penghuninya.

1815 Keraton Kaibon dibangun bagi Ratu Aisyah yang menjadi wali sultan yang masih kecil, Sultan Muhammad Rafiuddin.

1832 Kehancuran total Keraton Surosowan dan Keraton Kaibon oleh pemerintah Hindia Belanda.

Majalah Historia No. III 2016

TAG

banten kesultanan banten

ARTIKEL TERKAIT

Kerbau dan Orang Indonesia Situs Cagar Budaya di Banten Lama Kisah Sabidin Bangsawan Palsu Jejak Ali Moertopo dalam Kerusuhan Lapangan Banteng Sabotase Kampanye Golkar Asal-usul Meriam Ki Amuk, Kembaran Meriam Si Jagur Lampung Tanam Lada Gegara Banten Jualan Kisah Bupati Sepuh Menjegal Multatuli Yang Tersisa dari Saksi Bisu Romusha di Bayah