Masuk Daftar
My Getplus

Pemakaman Khusus bagi Korban Pandemi

Tak peduli kaya atau miskin, di kota atau desa. Korban meninggal akibat pandemi penyakit mematikan dikubur bersama.

Oleh: Jafar Suryomenggolo | 27 Jul 2020
Penggalian arkeologis makam korban pandemi Wabah Hitam pada Juli 2017. (Dok. C. Lancien).

SEPERTI di negara lain, area pemakaman khusus bagi korban pandemi Covid-19 disediakan sejumlah pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini guna mencegah penularan lebih lanjut dan menjamin kesehatan masyarakat. Praktik ini tidaklah aneh. Sejarah mencatat adanya kuburan khusus bagi korban berbagai macam pandemi di seluruh dunia. 

Wabah Hitam (peste noire atau black death) adalah pandemi pertama yang tercatat dalam sejarah manusia yang tak tertanggulangi dan menelan banyak korban. Wabah ini melanda Eropa setidaknya selama lima tahun (1347-1351) dan menyebabkan kematian 30-50% penduduk Eropa.

Baca juga: Invasi Mongol dan Penyebaran Wabah Pes

Advertising
Advertising

Wabah Hitam diyakini disebabkan infeksi bakteri Yersinia pestis melalui tikus. Pada kerangka manusia yang ditemukan, dilakukan analisis kedokteran berdasarkan deteksi antigen Y. pestis.  Penelitian atas pemakaman ini melibatkan kerjasama lintas-ilmu: penggalian arkeologis, analisis medis, penelitian sejarah sosial, dan studi kesehatan masyarakat.

Di Prancis, ada sejumlah pemakaman yang digunakan khusus bagi korban Wabah Hitam. Di sini, akan diulas dua contoh pemakaman: di kota dan di desa.

Foto 1. Gambar penguburan korban pandemi Wabah Hitam (Manuskrip Martainville 164, Bibliothèque municipale de Rouen).

Aître St. Maclou di Kota Rouen (Prancis Utara)

Penggalian arkeologis dan analisis kedokteran selama tiga tahun (2017-2020) memastikan bahwa Aitre St. Maclou adalah kuburan khusus bagi korban Wabah Hitam. Aître ini didirikan tahun 1348 karena pemakaman umum tidak cukup lagi menampung.

Kata “Aître” berasal dari “atrium” dalam bahasa Latin yang artinya taman bagian dalam sebuah rumah.  Kata ini kerap digunakan untuk kuburan di dekat atau di depan gereja. Dalam bahasa Inggris disebut ossuary.

Baca juga: Biang Kerok di Balik Wabah Pes

Roeun adalah salah satu kota penting pada Abad Pertengahan. Sejarah mencatat hampir 75% penduduk kota ini meninggal karena Wabah Hitam. Saking banyak korban, ritual keagamaan pemakaman tidak bisa diselenggarakan seperti biasanya. Juga tidak ada lagi pembedaan kelas sosial sehingga mayat orang kaya dan miskin dikuburkan berdampingan begitu saja.

Menariknya, karena tidak cukup lahan, sejumlah mayat korban Wabah Hitam “dirumahkan”. Mereka ditaruh dalam bangunan yang didirikan di sekeliling kuburan (lihat Foto 2). Tiang-tiang rumah dengan ukiran tengkorak dan kerangka manusia menjadi saksi bisu selama pandemi tersebut (lihat Foto 3).

Foto 2. Gambar Aître St. Maclou dari manuskrip Anatole Laquerrière 1909.
Foto 3. Ukiran tengkorak dan kerangka manusia pada tiang, masih terjaga hingga kini (2020).

Pemakaman di Prancis Selatan

Terletak di Desa Saint-Laurent-de-la-Cabrerisse, pemakaman ini berada di dekat sebuah gereja. Pemakaman ini telah lama dipergunakan sejak abad ke-8 Masehi sebagai pemakaman umum.

Namun, penggalian pada 2007 menemukan di dalam satu lahan kubur terdapat beberapa mayat sekaligus. Hal ini tidak lazim dalam pemakaman umum. Analisis kedokteran atas sembilan kerangka manusia membuktikan bahwa mereka adalah korban Wabah Hitam. Diperkirakan mereka terkena Wabah Hitam antara Februari-Maret 1348.

Foto 4. Gambar tarian kerangka (La danse macabre) dari manuskrip Guyot Marchant 1490 yang menggambarkan meluasnya Wabah Hitam.

Wabah Hitam melanda Prancis Selatan dari kota pelabuhan di laut Mediterania (Marseille dan Genova). Wabah menyebar ke daerah pedesaan dalam waktu singkat dan juga memakan korban anak-anak. Tingkat kematian di desa cukup tinggi seperti di kota. Terlebih, lebih dari 80% penduduk Prancis pada masa itu tinggal di pedesaan.

Baca juga: Mencegah Pes Mewabah

Dua contoh pemakaman khusus bagi korban Wabah Hitam di Prancis menggambarkan bagaimana penduduk kota dan desa mengatasi kesulitan menguburkan korban pandemi. Keterbasan lahan di kota mengakibatkan penguburan dilakukan seadanya tanpa ritual keagamaan dan memedulikan kelas sosial. Di desa, lahan kuburan digunakan untuk menampung mayat korban sekaligus. Meski begitu, penelitian menemukan bahwa penguburan di desa tetap memperhatikan ritual keagamaan dan adat kebiasaan setempat.

TAG

penyakit wabah pes prancis

ARTIKEL TERKAIT

Daeng Mangalle dan Konspirasi Melawan Raja Thailand Pangeran Makassar Membela Raja Louis-Prancis Akhir Tragis Sahabat Marie Antoinette Marie Antoinette, Let Them Eat Cake, dan Revolusi Prancis Marie Antoinette, Ratu Prancis yang Mati Tragis Pencemaran Sungai Seine yang Mengkhawatirkan Satu Abad Olimpiade Paris Saat Sungai Seine Berwarna Merah Kasus Crossdressing yang Menghebohkan Eropa Marie Antoinette dan Skandal Kalung Berlian yang Menyulut Revolusi Prancis (Bagian II)