Masuk Daftar
My Getplus

Jalan Panjang Arca Bhairawa dan Arca Nandi Pulang ke Indonesia

Arca Bhairawa dan Nandi adalah hasil kecerdasan lokal nenek moyang bangsa Indonesia. Tidak semestinya berada di Belanda.

Oleh: Randy Wirayudha | 23 Sep 2024
Arca Bhairawa turut masuk dalam daftar repatriasi 288 benda bersejarah dari Belanda (Wereldmuseum)

UNTUK kedua kalinya, kesepakatan kerjasama kebudayaan RI-Belanda sejak 2017 menghasilkan repatriasi 288 benda cagar budaya Nusantara. Dua di antaranya adalah Arca Bhairawa dan Arca Nandi yang merupakan warisan kecerdasan nenek moyang bangsa Indonesia.

Sebelumnya pada 10 Juli 2023, sebanyak 472 benda repatriasi resmi diserahterimakan pasca-melalui provenance research (penelitian asal-usul) secara kolaboratif antara tim ahli Indonesia di bawah Komite Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda yang diketuai I Gusti Agung Wesaka Puja dan para pakar Belanda di bawah Commissie Koloniale Collecties pimpinan Lilian Gonçalves-Ho Kang You. Ke-472 benda itu meliputi sebilah Keris Klungkung, empat arca dari Candi Singhasari, 132 benda seni koleksi Pita Maha, dan 335 harta jarahan Ekspedisi Lombok 1894.  

Lalu pada Jumat (20/9/2024), giliran 288 benda bersejarah lain yang resmi dikembalikan Belanda. Penandatanganan serah terimanya dilakoni Direktur Jenderal Kebudayaan RI Hilmar Farid dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Eppo Egbert Willem Bruins di Wereldmuseum, Amsterdam. Ke-288 benda tersebut meliputi satu Arca Ganesha dan Arca Brahma, 284 benda koleksi Puputan Badung, dan dua arca lain dari Candi Singhasari, yakni Arca Bhairawa dan Arca Nandi.

Advertising
Advertising

Arca Bhairawa dan Arca Nandi yang berasal dari abad ke-13 itu melengkapi empat koleksi Singhasari yang sudah dipulangkan ke tanah air pada 2023. Keempat arca itu adalah Arca Ganesha, Mahakala, Durga, dan Nandiswara. Keenam arca itu diangkut dari Candi Singhasari pada masa kolonial Belanda dan selama lebih dari dua abad berada di negeri Belanda.

“Selama periode kolonial, seringkali terjadi pencurian dan berbagai bentuk pengambilan benda-benda budaya (Indonesia). Mengembalikan benda-benda ini adalah persoalan restitusi hukum. Benda-benda itu tidak semestinya berada di Belanda,” kata Menteri Bruins, disitat RTL Nieuws, Jumat (20/9/2024).

Baca juga: Belanda Kembalikan 288 Benda Warisan Nusantara ke Indonesia

Perjalanan Arca Bhairawa dan Nandi 

Arca Bhairawa dan Nandi adalah warisan Nusantara antara abad ke-13 dan ke-14. Kedua arca itu merupakan bagian dari kompleks Candi Singhasari di Jawa Timur.

Menurut Teguh Purwantari dalam Seri Bangunan Bersejarah: Candi, Candi Singhasari diperkirakan dibangun pada tahun 1300 Masehi di masa Kerajaan Majapahit (1293-1527). Kompleks candinya dibangun untuk menghormati pendahulu Majapahit, yakni Raja Kertanagara sang penguasa terakhir Kerajaan Singhasari (1222-1292) yang tutup usia pada 1292.

Candi Singhasari bercorak Hindu dan Buddha karena disebutkan bahwa Raja Kertanagara menganut Siwa-Buddha. Kitab Pararaton (1613) menyebut Raja Kertanagara sebagai Bhatara Siwa Buddha karena mengenalkan penyatuan Hindu Siwa dengan Buddha Tantrayana.

Candi Singhasari, menurut arkeolog Prof. Dr. Edi Sedyawati, dkk. dalam Candi Indonesia: Seri Jawa, punya keistimewaan dalam hal struktur dan pahatannya. Bebatuan andesit yang menopang Candi Singhasari dan arca-arcanya dipahat dengan sangat halus, sebagaimana Candi Sarwentar di Blitar.

“Arca pada masa Singhasari ini dibuat sangat halus dan jelas arca ini besar-besar. Kemudian dipahat dengan sangat halus dan sesuai dengan kaidah ikonografi, seni arca, dan saya pikir punya ciri sendiri,” terang pakar epigraf Universitas Indonesia Dr. Ninie Susanti Tedjowasono kepada Historia. 

Baca juga: Puncak Seni Arca dari Candi Singhasari

Oleh karenanya, arca-arcanya yang berada di Belanda jadi benda-benda prioritas untuk dipulangkan ke Indonesia. Termasuk Arca Bhairawa dan Arca Nandi yang masuk dalam daftar repatriasi tahun ini.

“Ini adalah satu puncak seni arca yang ada di Indonesia. Baik sebelum maupun sesudahnya sepertinya tidak seindah ini. Kalau ini dipandang secara umum, saya pikir layak memang itu kembali kepada kita sebagai masyarakat pendukungnya. Saya menganggap itu suatu kecerdasan lokal yang dimiliki oleh nenek moyang kita pada waktu itu,” imbuh Ninie yang juga anggota ahli di Komite Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda.

Arca Bhairawa menggambarkan sesosok raksasa dalam bentuk Siwa, dewa dalam agama Hindu yang dipandang sebagai dewa perusak alam semesta. Selain jadi sosok simbol kehancuran, Siwa juga jadi simbol pembebasan spiritual bagi umat Hindu karena menilik artinya dalam bahasa Sanskerta adalah “pembebas rasa takut”. 

Baca juga: Di Balik Arca Prajnaparamita

Bagi umat Buddha Tantrayana, Bhairawa juga dihormati sebagai salah satu dewa yang perkasa. Merupakakan sesosok dharma pala atau pelindung bagi umat Buddha Tantrayana.

Sosok Bhairawa dalam arca itu digambarkan berdiri di atas sekumpulan tengkorak manusia dengan mulut terbuka yang menampakkan gigi-gigi dan taring. Bhairawa digambarkan mengenakan mahkota, anting, dan rantai di pinggangnya yang juga dari tengkorak-tengkorak manusia. 

Sedangkan Arca Nandi menggambarkan seekor lembu jantan dalam posisi duduk di atas kelopak bunga teratai. Sebagai tunggangan Dewa Siwa, Nandi berhias kalung mutiara, untaian bunga, dan kalung dengan loncengnya plus pelana bermotif daun di atas punggungnya.

Dalam bahasa Sanskerta, Nandi memiliki arti “kebahagiaan” atau “kepuasan”. Bagi umat Hindu, Nandi bukan sekadar lembu yang jadi tunggangan Dewa Siwa tapi juga sebagai dvarapala atau penjaga Kailasa, suatu gunung yang jadi tempat tinggal Dewa Siwa.

Arca Nandi yang juga dipulangkan dari Belanda (Wereldmuseum)

Arca Bhairawa dan Nandi merupakan dua dari enam arca yang ditemukan dan dipindahkan pejabat kolonial, Nicolaus Engelhard, di Kompleks Candi Singhasari pada 1803. Menurut peneliti KITLV (Institut Kerajaan Belanda bidang Studi Asia Tenggara dan Karibia) Natasha Reichle dalam Violence and Serenity: Late Buddhist Sculpture from Indonesia, Engelhard memindahkannya ke kediamannya di Semarang dengan alasan untuk “melindungi” arca-arca itu.

“Lagi pula orang Jawa sudah tak lagi menjadikannya berhala yang disembah, oleh karenanya harus dilindungi,” ungkap Engelhard, dikutip Reichle. 

Setelah itu, sebagaimana diungkapkan laporan penelitian repatriasi, “Vier beelden uit het tempelcomplex Singasari”, Arca Bhairawa dan Nandi diboyong ke Batavia (kini Jakarta) pada 1819 sebelum akhirnya diangkut ke Belanda dan tiba di sana medio 1820. Keduanya disimpan di Institut Kerajaan Belanda di Amsterdam. Pada 1841, Arca Bhairawa dan Nandi dipindahkan lagi ke Rijksmuseum dan pada 1904 berpindah tangan ke Rijks Etnhographisch Museum (kini Museum Volkenkunde) di Leiden.

Ketika pada 2022 upaya repatriasinya berhasil memulangkan empat arca lain dan tiba di tanah air pada 2023, Arca Bhairawa dan Nandi masih tertinggal di Belanda. Baru sekarang kedua arca itu akan kembali dipersatukan karena masuk dalam daftar 288 benda pada agenda repatriasi kedua. Rencananya, kedua arca bakal tiba di Indonesia pada awal Oktober 2024. 

Baca juga: Tiga Arca Selundupan Dikembalikan ke Indonesia

TAG

repatriasi arca singhasari candi singhasari

ARTIKEL TERKAIT

Seputar Prasasti Pucangan Menyibak Warisan Pangeran Diponegoro di Pameran Repatriasi Koleksi-koleksi Repatriasi Benda Bersejarah Mengenal Kelompok Seni Pita Maha Menyongsong Wajah Baru Museum Nasional Indonesia dan Pameran Repatriasi Sejarah Perkembangan Repatriasi dari Belanda ke Indonesia Menteri Nadiem: Masih Banyak Benda Bersejarah Indonesia yang Belum Dikembalikan Cerita di Balik Repatriasi Arca Brahma Pulangnya Arca Ganesha dari Lereng Semeru Pembantaian dan Penjarahan di Bali Selatan