Masuk Daftar
My Getplus

PlayStation dan Nostalgia Mainan Anak-anak 1990-an

PlayStation pertama kali diluncurkan di Jepang. Masuk ke Indonesia mendorong munculnya bisnis rental PS.

Oleh: Amanda Rachmadita | 22 Jul 2024
Sony PlayStation yang dirilis pertama kali di Jepang pada 1994 merupakan konsol permainan berbasis CD-ROM yang menjadi pintu masuk pertama Sony ke industri konsol permainan. (Evan-Amos/Encyclopedia of Video Games: The Culture, Technology, and Art of Gaming).

PLAYSTATION yang dirilis pertama kali di Jepang pada 1994 sukses mencuri perhatian anak-anak hingga orang dewasa. Setahun berselang, konsol permainan grafis dari era 32-bit yang juga dikenal dengan nama PSOne, itu diluncurkan di Amerika Serikat. Berbeda dengan game arcade yang populer tahun 1970 dan 1980-an, di mana pemain harus memasukan koin untuk dapat memainkannya, video game PlayStation menggunakan cakram padat atau CD, yang menandai peralihan industri video game dari kartrid.

Seperti apa awal mula kemunculan PlayStation yang menjadi penanda kebangkitan Sony di dunia video game?

Menurut Bryan Mitchell Young dalam Encyclopedia of Video Games: The Culture, Technology, and Art of Gaming, upaya mengembangkan permainan ini sudah dilakukan sejak tahun 1988, ketika perangkat ini mulanya dirancang sebagai perangkat tambahan untuk konsol Super Nintendo Entertainment System (SNES) milik Nintendo.

Advertising
Advertising

“Dikenal sebagai ‘Play Station’ (dua kata), perangkat ini memungkinkan Nintendo untuk membuat game berbasis CD-ROM. PlayStation baru dipahami sebagai sebuah perangkat permainan yang berdiri sendiri pada 1991, ketika, setelah hubungan antara Sony dan Nintendo memburuk, Nintendo mengumumkan bahwa Philips akan membuat perangkat tambahan CD-ROM untuk Nintendo,” tulis Young.

Baca juga: 

Dari Video Game hingga Game Online

Sementara itu, menurut Reiji Asakura dalam Revolutionaries at Sony, PlayStation merupakan nama proyek bersama pertama Sony dan Nintendo. Nama PlayStation muncul setelah Ken Kutaragi, mantan CEO Sony yang juga dikenal sebagai sosok di balik kemunculan PlayStation, mengatakan, “Jika komputer untuk bekerja adalah workstation, maka komputer untuk bermain adalah playstation.”

Ketika Sony memasuki pasar video game, industri tersebut didominasi oleh Nintendo dan SEGA, sehingga peluang untuk sukses di industri ini tidak pasti. Tak sedikit pula orang-orang di dalam Sony yang skeptis dan berpikir bahwa Sony seharusnya tetap berpegang teguh pada produk yang lebih “serius” dan tidak memasuki pasar video game. Namun, keraguan itu mulai sirna ketika PlayStation diperkenalkan kepada publik.

“Pada 3 Desember 1994, 100.000 unit pertama PlayStation ludes terjual. Tanggal ini kemudian menjadi titik penting dalam industri video game,” tulis Asakura.

Di Akihabara, Tokyo, ratusan orang mengantre di luar toko yang menjual PlayStation saat toko dibuka. Tak sedikit di antara mereka datang lebih awal –bahkan berkemah di sekitar toko– agar tak kehabisan PlayStation. Sementara di daerah Shinjuku, toko-toko yang menjual PlayStation telah terjual habis tak lama setelah toko dibuka. Banjir pesanan mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksi PlayStation. “Banyak karyawan Sony yang mencoba menggunakan kontak untuk mendapatkan satu PlayStation,” tambah Asakura.

Setelah sukses di Jepang, Sony meluncurkan PlayStation di Amerika Serikat pada 9 September 1995. Seperti halnya di Negeri Sakura, PlayStation juga disambut positif oleh publik Amerika. Kesuksesan PlayStation salah satunya didorong oleh waktu rilis yang tepat.

Setelah mencapai puncak kesuksesan di tahun 1980-an, game arcade yang di Indonesia dikenal dengan sebutan dingdong, mulai menghadapi tantangan pada 1990-an. SEGA menjadi yang pertama mencoba menandingi PlayStation dengan merilis Saturn pada 11 Mei 1995.

Baca juga: 

Tat-Tit-Tut, Ding-Dong…

Bill Loguidice dan Matt Barton menulis dalam Vintage Game Consoles: The Greatest Gaming Platforms of All Time, SEGA bergegas memproduksi video game terbarunya jauh lebih cepat dari jadwal, dan merilisnya kepada publik. Sayangnya, proses produksi yang dipangkas demi mempercepat waktu peluncuran membuat konsol permainan ini tak memiliki banyak pilihan game yang bisa dimainkan.

“Peluncuran konsol permainan ini semakin menjadi bencana ketika SEGA menjual Saturn dengan harga eceran $399, sementara harga yang dibanderol Sony untuk PlayStation adalah $299,” tulis Loguidice dan Barton.

Persaingan semakin ketat setelah Nintendo merilis Nintendo 64 yang berbasis kartrid di Amerika Serikat pada 29 September 1996. Berbanding terbalik dengan SEGA yang dengan mudah dihajar oleh Sony, Nintendo 64 menjadi pesaing sengit untuk PlayStation. Kendati demikian, keputusan Sony untuk menggunakan cakram optik membuat mereka mampu mempertahankan popularitasnya di kalangan pengembang.

Majalah Eksekutif edisi 223–228, 1998 melaporkan, medan pertempuran bisnis mainan elektronik ini bukan hanya menyangkut piranti keras, tetapi juga piranti lunak (game). Dalam strateginya, Sony adalah perusahan yang paling meyakini keunggulan produk karena jumlah piranti lunaknya yang banyak.

“Piranti lunak PlayStation tersedia lebih banyak di pasar ketimbang para pesaingnya. Nintendo, misalnya, hanya punya 17 permainan. Bandingkan dengan PlayStation yang memiliki 150 jenis permainan. Seacara teoritis, semakin banyak jenis permainannya semakin tinggi pula penjualan piranti kerasnya,” tulis majalah Eksekutif. Jumlah permainan yang terbatas ini pula yang memengaruhi penjualan Nintendo 64, yang di awal kemunculannya melonjak, tetapi beberapa bulan kemudian stagnan.

Baca juga: 

Dakocan dari Boneka ke Lagu Anak-anak

Di sisi lain, Sony memanfaatkan semaksimal mungkin popularitas PlayStation. Ukuran PlayStation yang kecil mendorong munculnya berbagai perangkat tambahan, seperti analog joystick, PlayStation mouse, tas jinjing, hingga adaptor. Selain itu, perusahaan ini juga mengembangkan dan memasarkan layar LCD yang dilengkapi dengan sebuah alat tambahan diagonal 5 inci yang mulus yang ditawarkan dalam satu paket dengan PlayStation.

Selain Sony, Namco juga merilis dua pengontrol setir khusus: neGcon dan Jogcon. Aksesoris yang tak kalah penting adalah kartu memori yang memungkinkan para pemain menyimpan permainan mereka ketika PlayStation tak digunakan, dan ketika hendak memainkan permainan tersebut, mereka cukup mengakses kartu memori untuk melanjutkan permainan.

Demam PlayStation di berbagai negara juga dirasakan di Indonesia. Tak lama setelah PlayStation diluncurkan di Jepang dan Amerika Serikat pada 1990-an, PlayStation mulai masuk ke Indonesia. Namun, karena mainan impor, harga PlayStation mahal sehingga belum banyak anak-anak yang dapat menikmati permainan ini. Baru pada 2000-an, PlayStation dapat dimainkan oleh siapa saja berkat munculnya rental PS.*

TAG

playstation video game

ARTIKEL TERKAIT

Ramalan-ramalan Tjokrokario Sebelum Ahmad Albar Sukses di Indonesia Di Balik Lagu “Nuansa Bening” Awal Mula Deodoran Raja Bali yang Digosipkan Punya Harem Alain Delon Ikut Perang di Vietnam Perploncoan dalam Pendidikan Kedokteran Zaman Belanda Perburuan Harimau Berhadiah, Dikira Harimau Ternyata Batu B.M. Diah Ditangkap Jepang Sebelum Pernikahan Goresan Tinta Seniman Australia Merekam Revolusi Kemerdekaan