Masuk Daftar
My Getplus

Lebih Nyaman Berpijak dengan Alas Kaki

Alas kaki bukan sekadar pelindung kaki, tetapi juga penanda status sosial. Dulu alas kaki bisa dipakai lama, tetapi kini selalu ada alasan untuk membeli yang baru.

Oleh: Annisa Mardiani | 21 Mei 2024
Beragam sepatu dipajang di Museum Nordik, termasuk model dari tahun 1700 hingga 1960-an. (Birgit Brånvall/Wikimedia Commons).

MENURUT para ilmuwan, homo sapiens di Eurasia yang hidup 30.000–40.000 tahun lalu sudah menggunakan alas kaki. Namun, pernyataan ini hanyalah asumsi karena tak ada bukti penggunaannnya. Bukti pertama pemakaian alas kaki tersua dalam gambar di sebuah gua di Spanyol yang berusia 15.000 tahun. Gambar itu memperlihatkan manusia menggunakan kulit binatang atau bulu yang terikat di kaki sebagai alas kaki. 

Manusia kini menggunakan alas seperti sandal dan sepatu. Lebih dari sekadar melindungi kaki, alas kaki juga menjadi penanda identitas individu, afiliasi kelompok, dan posisi sosial. Sebelum Revolusi Industri, alas kaki, terutama sepatu, jadi barang mahal. Orang bisa bertahun-tahun memakai tanpa menggantinya, bahkan kerap mewariskan kepada keturunannya. Namun, kini selalu saja ada alasan untuk membeli alas kaki yang baru. 

Sandal

Mulanya adalah sandal. Sandal tertua ditemukan di Gua Fort Rock di negara bagian Oregon, Amerika Serikat, yang berasal dari sekira 7.000 atau 8.000 SM. Peradaban Mesir Kuno menggunakan sandal yang terbuat dari daun palem dan papirus sebagai alas kaki. Alas kaki ini kemudian berkembang tak hanya terbuat dari daun, tetapi juga dari kayu, kulit, jerami, dan lain-lain. 

Advertising
Advertising

Pada abad ke-19, ketika teknologi pengolahan karet ditemukan, terciptalah sandal berbahan karet. Ia kemudian dikenal dengan nama flip-flop, karena ketika Anda berjalan dengan menggunakan sandal ini, muncul suara flip-flop-flip-flop. Di Indonesia, flip-flop lebih dikenal dengan nama sandal jepit. 

Baca juga: Melacak Sejarah Sandal

High Heels

Lukisan dinding di Mesir pada 3500 SM sudah menunjukkan bahwa warga kelas atas memakai sepatu serupa sepatu berhak tinggi (high heels) untuk tujuan seremonial. Sepatu ini meraih popularitas setelah bangsawan Catherine de Medici dari Italia mengenakannya dalam acara pernikahannya dengan Raja Henry II dari Prancis.  

Sejak itu mode sepatu hak tinggi menyebar luas di kalangan bangsawan Prancis. Hak tinggi tak eksklusif milik perempuan. Raja Louis XIV juga kerap mengenakannya. Kini, kita mengenalnya dengan nama stiletto, dengan hak kurus dan super tinggi, yang dirancang desainer Roger Vivier untuk rumah mode Christian Dior pada 1950-an. 

Baca juga: Langkah Sejarah Stiletto

Moccasin 

Moccasin kali pertama digunakan oleh orang-orang asli Amerika Utara ribuan tahun silam. Mulanya terbuat dari kulit rusa yang dijahit. Ketika musim dingin tiba, jerami atau lumut dimasukkan ke dalam sepatu sebagai penghangat. Model sepatu moccasin masih bertahan dengan jahitan khas di bagian muka sepatu. Penggunaan kulitnya lebih variatif, bahkan ada yang menggantinya dengan kanvas atau bahan lain. 

Baca juga: Perjalanan Sepatu dari Zaman Batu

Clogs 

Para petani di pedesaan Eropa tak mampu membeli alas kaki yang harganya mahal dan hanya dikenakan para bangsawan. Maka, mereka membuat sandal maupun sepatu dari kayu. Di berbagai belahan dunia terdapat alas kaki kayu dengan nama masing-masing. Di Indonesia, kita mengenal bakiak. Asal sepatu kayu di Eropa tak diketahui pasti. Tet de Boer-Olij dalam European Wooden Shoes mengacu pada sepatu bersol tebal dan tinggi dari aktor drama Yunani dan sepatu yang dikenakan tentara Romawi.  

Memasuki abad ke-19, sandal atau sepatu kayu mulai dibuat dengan mesin yang membuat produksi meningkat. Kini, clogs dari kayu lebih dikenal sebagai sandal tradisional. Ada pula clogs “modern” yang terbuat dari croslite khusus antiair dan mudah dibersihkan sehinga banyak diminati. 

Baca juga: Tendangan dari Siong Vo

Boots 

Semula merupakan bagian terpisah, sekitar tahun 1000 SM, sepatu dan legging (bagian yang menutup kaki hingga lutut) menjadi kesatuan yang disebut boot. Ia sudah dikenakan orang-orang nomaden di Asia Timur. Di daerah dengan iklim dingin seperti Alaska, penduduknya membuat boot tradisional dari kulit kerbau atau anjing laut. Karena punya daya pelidung ekstra, boot terus bertahan.  

Pada abad ke-17, masuk pengaruh dunia militer yang dikenal dengan sol tebalnya. Para tentara, terutama tentara berkuda, menggunakan boot ketika bertempur –kerap disebut combat boot dan tanker boot. Di Amerika Serikat boot yang digunakan tentara semasa Perang Revolusi mempengaruhi perkembangan boot cowboy. Boot tak identik dengan pria karena kini dikenal pula boot yang dibuat khusus untuk perempuan. 

Baca juga: Bata Selain Pabrik Sepatu

Ballet Flat

Sejak abad ke-16 jenis sepatu flat layaknya sepatu balet digunakan pria maupun perempuan. Namun, pada abad-abad berikutnya ia kalah pamor dari sepatu yang memiliki heels. Penggunaan ballet flat kembali menjadi tren setelah aktris Audrey Hepburn mengenakannya, dipadu pakaian kasual pada 1950-an. Kini, sepatu balet kembali diminati dengan inovasi modelnya yang disertai tali ataupun pita. 

Baca juga: 12 Sepatu Bola yang Hilang

Sepatu Olahraga

Pada abad ke-18, sepatu untuk berlari diperkenalkan di Inggris. Sepatu ini tak hanya ringan, tetapi juga memberi efek mencengkeram tanah. Sepatu lari kala itu masih belum beralas antiair hingga pada abad ke-19 mulai diproduksi sepatu bersol karet. Karena kemajuan teknologi, kini hampir seluruh cabang olahraga memiliki sepatu khusus, dari basket hingga sepakbola.  

Sepatu olahraga atletik yang dirancang lebih kasual kerap digunakan untuk bepergian dengan dipadukan pakaian yang juga kasual. Pada akhir abad ke-19, sepatu atletik kasual ini sering disebut sneakers yang identik dengan bahan canvas serta sol karetnya lebih halus dan tak menimbulkan suara decitan. 

Baca juga: Docmart, Sepatu Dr. Martens

Sepatu Formal

Istilah court shoes dipakai untuk beragam sepatu formal. Pembuat sepatu formal pria telah berdiri sejak akhir abad ke-19. Sejak kemunculannya hingga kini, sepatu pria tak mengalami banyak perubahan. Terbuat dari kulit atau alternatif bahan lain dan bahan baku sol karet. Model-modelnya abadi dan dapat kita temui hingga kini, seperti jenis oxford, derby, dan monk-straps yang memiliki tali atau kancing serta slip-on atau sepatu tanpa tali dan kancing.  

Pumps dikenal sebagai istilah sepatu formal bagi perempuan. Bahannya lebih bervariasi dibandingkan sepatu pria dengan model-model lebih beragam. Biasanya pumps adalah jenis sepatu slip-on tanpa tali dan kancing. Dapat ditemui dengan atau tanpa heels.* 

TAG

asal usul sepatu

ARTIKEL TERKAIT

Bata Selain Pabrik Sepatu Adidas dan Kemenangan Jerman Barat di Piala Dunia 1954 Docmart, Sepatu Dr. Martens Historia Raih LINE Indonesia Awards DNA dan Keragaman Manusia Mencintai Indonesia dalam Suka dan Duka Becak, Benci Tapi Rindu Fosil dan Lokasi Temuan Leluhur Manusia Indonesia Mengurai Nenek Moyang Ayu Utami Via DNA Mengenal Najwa Lewat Tes DNA