Masuk Daftar
My Getplus

Fatmawati Suka Memasak

Fatmawati suka memasak sejak muda. Ia memasak untuk keluarga, pejuang di medan perang, dan tamu Bung Karno.

Oleh: Amanda Rachmadita | 07 Feb 2023
Fatmawati sedang memasak. (Repro Kadjat Adra'i, Suka Duka Fatmawati Sukarno).

Di suatu siang, wangi harum makanan tercium ke seantero ruangan di kediaman Fatmawati di Cilandak V No. 10, Jakarta Selatan. Ibu negara pertama itu tampak sibuk menyiapkan berbagai makanan. Orang-orang terdekat mengenal Fatmawati suka memasak. Siapa yang telah mencicipi masakannya tak ragu untuk memuji kelezatannya.

Fatmawati senang memasak sejak muda. Memasak menjadi pelajaran tambahan yang didapatnya di sekolah HIS Muhammadiyah di Bukit Kecil, Palembang. “Di sekolah itu pula untuk pertama kali aku mendapat pelajaran membuat kroket, sup, bistik, ketupat, dan hutspot,” kata Fatmawati dalam Catatan Kecil Bersama Bung Karno.

Wanita kelahiran Bengkulu, 5 Februari 1923 itu juga mendapatkan pengetahuan memasak dari ibu dan tetangganya. Saat melihat seseorang tengah memasak atau menyiapkan hidangan, Fatmawati kecil dengan serius memperhatikan cara-caranya, mulai dari bahan-bahan yang disiapkan hingga cara memasak makanan tersebut. Dengan demikian, semakin bertambahlah pengetahuannya dalam masak-memasak.

Advertising
Advertising

Baca juga: Seabad First Lady Fatmawati

Ketika remaja, Fatmawati menaruh kepedulian terhadap masyarakat. Adiknya, Hildawati Maulana Singedekane Hasan Din mengatakan, Fatmawati aktif dalam berbagai kegiatan sosial. “Salah satu perjuangannya yaitu membuka dapur umum untuk anak-anak dan pejuang-pejuang kita di Bengkulu,” kata Hildawati dalam acara “Fatmawati Ibu Negara Pejuang dan Sang Penjahit Merah Putih” yang digelar oleh PDI Perjuangan dalam rangka memperingati seratus tahun kelahiran Fatmawati pada 5 Februari 2023.

Selain membuka dapur umum, Fatmawati juga sempat memberi kursus memasak dan menjahit kepada murid-murid sekolah di Bengkulu pada 1943. Kegiatan itu tak berlangsung lama karena Fatmawati menikah dengan Sukarno dan berangkat ke Jakarta. Ia mendampingi suaminya dalam persiapan Proklamasi kemerdekaan. Ia tercatat dalam sejarah sebagai penjahit Bendera Pusaka Merah Putih ketika mengandung anak pertama, Guntur. Setelah Indonesia merdeka, Sukarno menjadi presiden dan Fatmawati sebagai first lady atau ibu negara pertama.

Baca juga: Bung Karno Pecinta Sambal Pecel

Kesibukan sebagai ibu negara tak membuat Fatmawati melupakan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu untuk putra-putrinya. “Saya ingat Ibu Fatmawati sebagai first lady pertama tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Beliau masih tetap memasak untuk Bung Karno dan anak-anak,” kata Megawati Soekarnoputri, putri Fatmawati dan presiden kelima Republik Indonesia.

Bung Karno kerap meminta Fatmawati memasak makanan yang menjadi kesukaannya, seperti lodeh rebung, rendang, balado ikan, pecel, tempe goreng, ikan teri goreng, sambal lele, ikan kuning, hingga pepes daun singkong. Fatmawati juga tak lupa menghidangkan makanan khas Bengkulu di meja makan keluarganya.

“Dan terutama tidak lupa Ibu Fat menyediakan masakan Bengkulu. Selalu ada. Ia masak sendiri, ia datangkan sendiri bahan-bahannya dari Bengkulu, seperti gulai sayur pakis, ada namanya pendap yang seperti pepes, kabau, terus ada juga bagar hiu,” kata Hildawati.

Baca juga: Makanan Sederhana Presiden Pertama

Tak hanya memasak untuk keluarga, Fatmawati juga turut membantu perjuangan di masa revolusi. Bersama ibu-ibu lainnya, Fatmawati memasak makanan untuk para pejuang di garis depan pertempuran. “Aku berniat untuk memasak rendang, karena rendang bisa tahan lama,” kata Fatmawati. Demi mendapatkan daging yang hendak diolah menjadi rendang, Fatmawati berangkat sendiri ke pasar dalam kondisi tengah mengandung anak keduanya, Megawati.

“Di hari-hari itu, saya tidak terbayang seorang first lady masih membuka dapur umum, lalu belanja sendiri ke pasar memakai andong,” kata Megawati.

Selain menyiapkan makanan untuk para pejuang di garis depan, Fatmawati juga memasak untuk istri-istri polisi atau militer yang kehabisan persediaan makanan karena ditinggal suaminya bergerilya. “Hanya inilah sumbangan kecil daripadaku yang kusampaikan bagi saudara-saudaraku yang menderita di saat-saat itu dengan penuh kecintaan dan keikhlasan,” kata Fatmawati.

Sukarno sering menerima tamu mulai dari menteri hingga tokoh-tokoh internasional, terlebih setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada akhir tahun 1949. Fatmawati pun terlibat dalam menyiapkan makanan untuk jamuan resepsi kenegaraan di istana. Misalnya, sewaktu Eleanor Roosevelt berkunjung ke Jakarta, Sukarno meminta Fatmawati memasak sate ayam. Janda Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt itu sangat suka sate ayam buatan Fatmawati.

Baca juga: Makanan Hatta dan Sjahrir di Pengasingan

Halida Hatta, putri Mohammad Hatta, mengenang kegemaran Fatmawati memasak. Saat berkunjung ke rumah, kata Halida, Fatmawati kerap membawa gulai pakis, makanan kesukaan Bung Hatta. Bagi Halida, Fatmawati merupakan sosok yang holistik dan serba bisa. “Ibu Fatmawati menjadi inspirasi bagi perempuan dalam perannya sebagai ibu negara di tengah Indonesia dan sebagai ibu di tengah keluarga,” kata Halida.

Setelah Fatmawati tak lagi tinggal di Istana Merdeka, memasak masih menjadi kegemarannya. Ketika putra-putrinya berkunjung ke kediamannya, ia selalu menyiapkan beragam makanan yang disukai oleh anak-anaknya. Menurut Kadjat Adra’i dalam Suka Duka Fatmawati Sukarno setelah tinggal di Jalan Sriwijaya atau di luar Istana, Fatmawati masih sering datang ke Istana untuk menemui anak-anaknya. Kegiatan itu biasa dilakukannya pada akhir pekan, baik Sabtu sore maupun Minggu siang.

Bahkan, Fatmawati masih memasak untuk Sukarno ketika presiden pertama Republik Indonesia itu ditahan oleh rezim Orde Baru di Wisma Yaso. Fatmawati mengirim makanan kesukaan Bung Karno seperti daun singkong rebus dan sayur lodeh.*

TAG

kuliner fatmawati

ARTIKEL TERKAIT

Cerita di Balik Keriuk Keripik Kentang Dari Manggulai hingga Marandang Ranah Rantau Rumah Makan Padang Peristiwa PRRI Membuat Rumah Makan Padang Ada di Mana-mana Diaspora Resep Naga Wisata Kuliner di Tengah Perang Pilih Cabai atau Lada? Aroma Pemberontakan di Balik Hidangan Pasta Maqluba Tak Sekadar Hidangan Khas Palestina Terites, dari Kotoran Hewan yang Pahit jadi Penganan Nikmat