SUDAH lima hari Wapres Moh. Hatta berada di Bukittinggi. Kunjungan safari politik pada pertengahan 1947 itu merupakan kunjungan pertamanya ke kota kelahirannya setelah Indonesia merdeka. Kunjungan itu dilakukan Hatta untuk memberi penjelasan kondisi negara kepada rakyat atas permintaan beberapa anggota KNIP Daerah Sumatra.
Pada hari kelima, Hatta kedatangan tamu seorang India bernama Biju Patnaik. Ia merupakan pengusaha penerbangan sekaligus sahabat PM India Pandit Jawaharlal Nehru. Ia datang ke ibukota Indonesia, Yogyakarta, untuk membawakan bantuan obat-obatan dari PM Nehru sebagai bentuk dukungan terhadap revolusi Indonesia dan balas budi India atas tawaran bantuan beras dari Indonesia.
Baca juga: Jasa Patnaik untuk Republik
Sebelum kembali ke India, Patnaik mendapat pesan dari Presiden Sukarno agar menemui Wapres Hatta di Bukittinggi terlebih dulu. Berbekal surat dari Sukarno, Patnaik lalu menemui Hatta. “Bung Karno menerangkan kepadanya untuk membawa aku kepada Nehru, membicarakan dengan Nehru, apakah dapat India membantu Republik Indonesia sebab Belanda sedang bersiap-siap untuk menyerbu ke daerah Republik dengan mengadakan interpretasi lain terhadap Persetujuan Linggarjati,” kata Hatta dalam otobiografinya, Untuk Negeriku, Sebuah Otobiografi.
Selain menyodorkan surat Sukarno, Patnaik juga memberikan pakaian co-pilot kepada Hatta yang sengaja dia buatkan saat di Yogya. “Dibawakannya pula paspor untukku atas nama Abdullah,” sambung Hatta. Pemalsuan nama Hatta itu dilakukan Patnaik untuk keamanan penerbangan mengingat Belanda dengan ketat memblokade Indonesia saat itu.
Baca juga: Kecelakaan Pesawat Garuda di Mumbai India
Mendengar keterangan Patnaik, Hatta langsung merasa senang. “Tentu saja aku bersedia untuk pergi menemui sahabat lamaku Jawaharlal Nehru, teman seperjuangan dulu di Brussels, tahun 1927, dalam organisasi Liga Menentang Penjajahan dan untuk Kemerdekaan Nasional.”
Sambil menuggu esok tiba, Hatta menjamu tamu negara itu. Setelah makan malam, Hatta mengajak Patnaik menyaksikan pertunjukan kesenian di Padang Panjang. Tunanetra bernama Arsjad dengan permainan biolanya dalam pertunjukan itu memukau Patnaik. Di tempat tinggal Hatta usai pertunjukan, Patnaik setelah bertemu Arsjad meminta Hatta agar Pemerintah Republik Indonesia menyekolahkan Arsjad ke sebuah akademi musik di Brussels dengan biaya yang semua ditanggung Patnaik.
Tiga hari kemudian, setelah menempuh perjalanan panjang dan transit di beberapa kota, Hatta tiba di New Delhi. Keesokan paginya, Hatta bertandang ke kediaman Nehri dengan diantar Patnaik. Hatta menunggu ketika Patnaik masuk untuk memberitahu Nehru bahwa ada tamu.
Nehru sama sekali tidak mengetahui keberadaan Hatta di India. Maka begitu Patnaik menemuinya dan mengatakan bahwa ada tamu dari Indonesia bernama Abdullah yang hendak bertemu untuk menyampaikan pesan penting, Nehru bersiap-siap sebagaimana biasa dia menerima tamu yang tak kenal secara pribadi. Begitu persiapan selesai, Nehru langsung menemui tamunya.
Nehru kaget bukan kepalang ketika ternyata tamunya bukan orang asing baginya. “Mohammad Hatta yang ada di sini, mengapa kau katakan bahwa seorang Abdullah yang tidak terkenal yang datang?” kata Nehru memarahi Patnaik sebagaimana dikutip Hatta.