Masuk Daftar
My Getplus

Menemukan Kembali Peradaban yang Hilang dengan Lidar

Peran LIDAR dalam upaya menemukan struktur bangunan kuno di kawasan Kompleks Percandian Muarajambi.

Oleh: Fernando Randy | 31 Agt 2022
Kompleks Percandian Muarajambi di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. (Dok. Historia.ID).

Selama puluhan tahun, orang mengenal situs Kompleks Percandian Muarajambi sebagai tempat wisata yang bertema religi. Banyak catatan sejarah menunjukan bahwa kompleks ini berperan penting dalam penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara.

Muarajambi memiliki beberapa candi. Beberapa di antaranya merupakan temuan seorang Perwira Angkatan Laut bernama S.C Crooke pada 1820. Penasaran dengan candi-candi tersebut, Crooke mencoba menelitinya. Kemudian arkeolog R. Soekmono melanjutkan penelitian tentang situs Muarajambi pada 1954. Arkeolog yang juga meneliti candi Borobudur ini mengunjungi Candi Gumpung, Candi Tinggi, dan Astano yang masih berbentuk gundukan tanah.

Salah satu candi di kawasan Kompleks Percandian Muarajambi. (Dok. Historia.ID).
Tampak beberapa candi di kawasan Kompleks Percandian Muarajambi. (Dok. Historia.ID).

Untuk kepentingan penelitian lebih lanjut, kawasan Muarajambi baru dibersihkan dan dipugar pada 1976. Dari sini mulai banyak penelitian arkeologi tentang situs ini dan menguak sejumlah hal. Tapi lebih banyak lagi belum terungkap dari situs ini. Sebab masih banyak pepohonan yang tumbuh di sekitarnya. Pepohonan itu tak bisa dibersihkan sembarangan. Karena diduga ada struktur bangunan di antara rimbunan pohon itu. Akarnya bisa jadi sudah terikat dengan struktur bangunan itu.

Advertising
Advertising
Suasana di kawasan Kompleks Percandian Muarajambi. (Dok. Historia.ID).
Kompleks Percandian Muarajambi terkenal karena menjadi tempat belajar para biksu. (Dok. Historia.ID).
Seorang penjaga candi membersihkan candi di Kompleks Percandian Muarajambi. (Dok. Historia.ID).
Gundukan berisi reruntuhan bata di situs Candi Koto Mahligai. Situs ini termasuk dalam gugusan Kompleks Percandian Muarajambi. (Dok. Historia.ID).

Setelah puluhan tahun, kini penelitian di wilayah yang pernah didatangi biksu asal Tiongkok I-Tsing pada abad ke-7, kembali menggeliat. Djarum Foundation bekerja sama dengan Historia.ID melakukan terobosan baru untuk menemukan kembali peradaban di kawasan Kompleks Percandian Muarajambi. Menggunakan teknologi Light Distance And Ranging (LIDAR), penelitian ini diharapkan akan mengungkap lebih jauh kawasan Muarajambi.

Tim Waindo saat mempersiapkan LIDAR di Tangerang. (Fernando Randy/Historia.ID).
Anggota tim Waindo mempersiapakan peralatan LIDAR di bandara Tangerang. (Fernando Randy/Historia.ID).
Petugas dari Waindo mengecek peralatan LIDAR sesaat sebelum berangkat. (Fernando Randy/Historia.ID).
Tampilan hasil LIDAR dari kompleks Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu dan Kolam Kolam Telagorajo. Tampak pula jejak kanal-kanal kuno yang saling terhubung. (Dok. Waindo Specterra Indonesia).

LIDAR adalah teknologi peraba jarak jauh optik yang mengukur properti cahaya yang tersebar untuk menemukan jarak dan informasi lain dari target yang jauh. Selain itu, LIDAR juga menggunakan metode pulsa laser untuk menentukan jarak ke objek atau permukaan tanah. Teknologi ini kali pertama digunakan pada 1960-an untuk penerbangan. Baru pada dekade 1980-an, LIDAR mulai digunakan untuk sistem pemetaan.

Dengan demikian, LIDAR mampu menembus apa yang berada di balik rimbunan pepohonan tanpa perlu membersihkan pepohonannya. Karena itu, LIDAR diterapkan sebagai alat foto udara untuk menemukan peradaban baru di kawasan Kompleks Percandian Muarajambi.

Petugas dalam pesawat sedang memindai dengan LIDAR kawasan Kompleks Percandian Muarajambi. (Dok. Historia.ID).

Selama empat hari, tim gabungan yang terdiri dari teknisi LIDAR, jurnalis, dan arkeolog bekerja keras menyingkap sisa-sisa peradaban lama di Muarajambi. Kehadiran teknologi LIDAR dalam membantu dunia arkeologi Indonesia menjadi angin segar dalam upaya menemukan bukti-bukti peradaban masa lalu di Nusantara.

Tim gabungan menggunakan LIDAR untuk menemukan situs sejarah di kawasan Kompleks Percandian Muarajambi. (Dok. Historia.ID).
Petugas dalam pesawat sedang memindai dengan LIDAR kawasan Kompleks Percandian Muarajambi. (Dok. Historia.ID).
Pesawat yang membawa LIDAR mulai memindai kawasan Kompleks Percandian Muarajambi. (Dok. Historia.ID).

TAG

candi muarajambi

ARTIKEL TERKAIT

Cerita di Balik Repatriasi Arca Brahma Jalan Panjang Arca Bhairawa dan Arca Nandi Pulang ke Indonesia Anusapati dan Candi Kidal Pengawal Raja Charles Masuk KNIL Di Balik Arca Prajnaparamita, Nandi dan Bhairawa Puncak Seni Arca dari Candi Singhasari Pesan Toleransi dari Muarajambi Menggali Peradaban Muarajambi Empat Arca Warisan Singhasari Akhirnya Tiba di Tanah Air Candi Singhasari dalam Catatan Thomas Stamford Raffles