SETELAH sembilan tahun tanpa hasil, perburuan pelarian pria bernama Nawi tercium pada 1927. Aparat reserse pun segera menuju lokasi tempat keberadaan sang buron kasus pembunuhan terhadap Syech Oembarak bin Said Alwi, orang Arab yang jadi tuan tanah Kampung Melayu Kecil, Meester Cornelis (kini Jatinegara).
Di zaman kolonial Belanda, beberapa orang Arab (yang umumnya pedagang) menjadi tuan tanah di beberapa titik di Batavia, termasuk kawasan Menteng. Tanah yang dikuasai Syech Oembarak di Kampung Melayu Kecil tidaklah seluas tanah milik tuan tanah Arab lain. Menurut Regering Almanak Nederlandsch Indie 1867, tanah partikelir Kampung Melayu Kecil sebelumnya dimiliki Abdul Latip dan tanah ini adalah penghasil kelapa.
Dalam praktiknya, konflik kerap terjadi antara tuan tanah Arab dengan orang-orang bumiputera entah yang menjadi pekerja di lahan mereka ataupun orang luar. Pada 1908, tuan tanah di Menteng Said Ali bin Sjahab dan anaknya, Said Abdul Mutalib, sampai dijatuhi hukuman oleh Landraad akibat menganiaya gelandangan di tanahnya.
Baca juga:
Kurang lebih seperti itulah yang menyebabkan Nawi masuk penjara lalu kabur. Nawi kabur pada awal November 1918 dari sebuah penjara di Meester Cornelis. Cara dia kabur terbilang “apik”. Pagi sebelum melarikan diri, dia mengeluh sakit sehingga dia dilarikan ke dokter di luar penjara. Dala perjalanan menuju klinik, Nawi melepaskan borgolnya dan kemudian melarikan dari dari aparat keamanan kolonial.
De Nieuwe Vorstenlanden tanggal 29 Maret 1927 menyebut bahwa Nawi dijatuhi hukuman 12 tahun penjara oleh Landraad (pengadilan negeri) Meester Cornelis atas pembunuhan pada Oktober 1918 yang menewaskan tuan tanah Syech Oembarak. Motif pembunuhan itu adalah balas dendam.
Pencarian terhadap Nawi alias Pendek dilakukan tanpa hasil selama delapan tahun. Namun sekitar 1927, jejak Nawi tercium. Rupanya keberadaannya tidak jauh. Nawi menjadi tukang cukur di Batavia. Seperti kebanyakan tukang cukur pada masa itu, dia biasa mencukur rambut orang di bawah pohon asam yang banyak tumbuh di pinggir jalan. Tukang cukur di bawah pohon asam biasanya mematok tarif murah untuk orang kebanyakan.
Baca juga:
Bagian Reserse polisi lalu berhasil mengidentifikasi Nawi alias Pendek sang tukang cukur itu adalah pembunuh Syech Oembarak pada 1918. Dari situ diketahui Nawi setidaknya telah menjadi tukang cukur di Batavia selama setahun. Tak jelas ke mana Nawi bersembunyi sebelum menjadi tukang cukur. Bersamaan dengan itu, Kapten Agerbeek, perwira KNIL veteran Perang Aceh yang menjadi komandan pasukan Marsose di Kebayoran, mengetahui posisi Nawi.
Begitu Nawi yang dianggap sebagai penjahat berbahaya itu ditangkap, aparat kolonial tak mau ambil risiko dengan menahannya di daerah kota macam Meester Cornelis atau Batavia. Nawi akhirnya dibuang sangat jauh dari Batavia, yakni ke Merauke di Papua. Dengan begitu, Nawi akan sulit kabur mengingat akan sulit baginya mencari sekutu dari kalangan orang setempat dan alam Papua sendiri belum tentu bersahabat dengannya.*