Masuk Daftar
My Getplus

Jalur Kelapa Menuju Selayar*

Pulau Selayar mengingatkan kita pada lagu "Rayuan Pulau Kelapa". Kelapa adalah tanaman penting pulau ini sejak berabad silam.

Oleh: Petrik Matanasi | 01 Des 2023
Para petani kelapa di Selayar sedang memanjat pohon kelapa. Dalam sejarah, kelapa menjadi bagian penting kehidupan penduduk Selayar. (Petrik Matanasi/Historia.ID).

KEPULAUAN Selayar sedang sering-seringnya hujan pada minggu-minggu ini. Sebelum hujan pada 28 November 2023 pagi, jajaran pemerintahan di Kepulauan Selayar menyambut rombongan Muhibah Jalur Rempah yang terdiri dari Laskar Rempah dan para peneliti serta influenser. Kelompok parade Laskar Tobarani para lelaki dan tarian penjemputan oleh perempuan.

“Selamat datang di ‘Bumi Tanadoang’,” kata Wakil Bupati Kepulauan Selayar Saiful Arif menyambut rombongan yang tiba menggunakan kapal AL KRI Dewaruci.

Tanadoang berarti tanah udang. Julukan itu bertolak dari bentuk Pulau Selayar yang selain mirip layar atau pisau, mirip juga seperti udang. Asal kata Selayar sendiri ada yang menyebut berasal dari kata salah layar atau satu layar.

Advertising
Advertising

Selayar merupakan nama pulau yang menjadi nama sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan, Kabupaten Kepulauan Selayar. Kabupaten yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan dan membentang sepanjang 100 km dari utara ke selatan ini juga punya reputasi sebagai negeri kelapa.

“Kelapa menjadi bagian dalam kehidupan manusia,” kata Saiful Arif.

Seperti di kebanyakan tepi pulau lain di Indonesia, kelapa (Cocos nucifera) amat mudah ditemukan di Selayar. Kelapa termasuk tanaman tua di Indonesia, setidaknya sudah ada di Nusantara ketika sebagian daerah di Nusantara sudah dihuni. Kendati berasal dari daerah subtropis, kelapa kemudian merajalela di daerah tropis.

“Khatulistiwa menjadi pusat persebaran dari berbagai jenis varietes kelapa di dunia,” terang Taqiyudin dari Universitas Indonesia yang ikut Muhibah Jalur Rempah di Selayar.

Baca juga: Berlayar Bersama Dewaruci*

Menurut Taqiyudin, ada ratusan jenis kelapa. Hampir tiap pulau di Indonesia berjejer pohon kelapa di tepiannya. Kelapa jatuh yang mengapung ke laut rupanya mampu hidup berhari-hari hingga terdampar di pulau baru. Di situ kelapa kemudian tumbuh layaknya pohon dan beranak pinak.

Secara umum dalam waktu yang lama kelapa menyebar dari arah utara ke selatan hingga mencapai daerah khatulistiwa. Menurut Taqihudin, dari daerah Minadanau di Filipina Selatan, kelapa menyebar ke Sangihe, kemudian ke Salibuga, lalu turun ke Bunaken sebelum akhirnya tiba di daerah pesisir Manado. Dari pesisir Manado, kelapa menyebar ke sisi selatan, melewati sekitar Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan daratan Sulawesi Selatan. Setelahnya, kelapa menyeberang ke Selayar.

Di Selayar, kelapa telah menjadi komoditas penting ratusan tahun hingga hari ini setelah era perdagangan rempah-rempah makin sepi di Nusantara. Di masa rempah-rempah berjaya, Selayar pernah menjadi daerah persinggahan beberapa jenis rempah, seperti pala dan lada.

Selain faktor alami pertumbuhannya, kelapa kemungkinan besar terus bertumbuh di Selayar karena daya gunanya tinggi.

“Kalau kelapa itu bisa diolah,” aku Mutaminah, pegiat ekonomi di Desa Kaburu, Kabupaten Selayar.

Baca juga: Peran Pelaut Jerman dalam Angkatan Laut Republik Indonesia

Selain airnya bisa diminum, daun kelapa bisa dibuat sapu lidi atau ketupat. Kulitnya yang menghasilkan serabut yang bisa dijadikan keset. Batoknya bisa dijadikan arang. Buahnya tidak hanya bisa dimakan tapi dijadikan kopra. Begitulah beragam kegunaan kelapa.

Sebagai bagian dari kehidupan, kelapa menjadi satu komoditas yang ikut menghidupi orang-orang Selayar. Itu sudah berlangsung sejak lama, jauh sebelum pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan kebijakan untuk mendorong penanaman kelapa di daerah-daerah Sulawesi Selatan.

“Dalam laporan pertanian disebutkan bahwa sampai tahun 1860, tanaman kelapa di Sulawesi Selatan masih sangat langka, kecuali di daerah Selayar. Ketika itu, hampir 70 persen tanaman kelapa di Sulawesi Selatan ditemukan di Selayar,” tulis Abdul Rasyid Asba dalam Kopra Makassar, Perebutan Pusat dan Daerah: Kajian Sejarah Ekonomi Politik Regional di Indonesia.

Nilai ekonomis tinggi kelapa mendorong pemerintah kolonial memberi perhatian lebih pada kelapa. Pada gilirannya, kelapa dimasukkan ke dalam industri dan dikeluarkan kebijakan untuk mendukungnya.  

“Tanaman kelapa untuk kopra mulai mendapat perhatian serius pada tahun 1880-an, saat penguasa Hindia Belanda menetapkan kopra sebagai salah satu komoditi ekspor yang utama dari Makassar,” tulis Abdul Rasyid Asba.

Baca juga: Berebut Rempah di Maluku

Dengan kebijakan itu, klapper ondernemingen dibuka di berbagai wilayah Sulsel. Selayar menjadi salah satu tempat utama penyedia bibitnya. Bibit kelapa di Selayar banyak dibawa saudagar-saudagar daerah lain yang berkesempatan mengunjungi pulau tersebut untuk kemudian dibudidayakan di daerah mereka masing-masing. 

“Itulah sebabnya sehingga sejak tahun 1855, Selayar menjadi pemasok bibit kelapa untuk daerah lain. Pada tahun 1855, Gubernur Makassar memerintahkan agar semua kelapa yang tua dan kering dari daerah Selayar agar dikembangkan di daerah sekitarnya. Bahkan sebanyak 7.000 biji kelapa dikirim ke Sulawesi Utara pada tahun 1861 untuk ditanam,” sambung Abdul Rasyid Asba.

Dengan dorongan intensif pemerintah kolonial, kelapa menyebar ke wilayah-wilayah di luar Selayar. Bila pada tahun 1872 jumlah pohon kelapa di Sulawesi dan sekitarnya masih berkisar 8 juta batang, pada tahun 1940 jumlah pohon kelapa di sana nyaris 10 kali lipat, yakni 60 juta batang. Alhasil, produksi kelapa terus meningkat.

Baca juga: Jaringan Intelektual dan Spiritual dalam Jalur Rempah

Dengan latar belakang historis kelapa bagi penduduk Selayar tersebut, itu sebabnya jika dalam hari jadinya yang ke 418, Pemerintah Kabupaten Selayar bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengadakan acara minum kelapa massal dalam rangka Festival Budaya Maritim: Kelapaku Budayaku, Lautku Kehidupanku”. Event yang masuk dalam program Jalur Rempah 2023 itu akan menghabiskan 4.180 biji kelapa.

Kini, harga kelapa Rp1500 tiap biji. Setelah dipetik, kelapa dikupas dan buahnya kemudian dipanggang menjadi kopra. Kalau sudah jadi kopra, harganya Rp700.000 per 100 kg.

Namun meski kelapa komoditas penting, penghasilan petani kelapa di Selayar kurang menggembirakan. Mereka sulit menabung karena pemasukan mereka terkuras oleh pengeluaran. Apalagi makanan pokok mereka sulit tumbuh di Selayar.

“Kalau dulu itu makanan aslinya jagung,” kata Abdul Rauf, warga Desa Kaburu.

Baca juga: Zhagung dan Tikus versi Pram versus Karmawibhangga

Jagung tak ditanam lagi karena hujan tidak datang setelah panen. Akhirnya, jagung menghilang. Jagung berbeda dari kelapa. Meski lama hujan tak turun, kelapa akan tetap hidup. Sementara, sumber makanan lain orang Selayar adalah ubi-ubian. Namun, ubi tak menjadi makanan pokok, hanya sebagai pendamping saja.

Realitas industri kelapa di Selayar menjadi cerminan dari industri kelapa tanah air. Meski Indonesia sebagai penghasil kelapa terbesar di dunia, dengan rata-rata hasil 18 juta ton kelapa/tahun, ia belum bisa mensejahterakan penduduknya, terutama petani kelapa. Untuk itulah, Presiden Joko Widodo menawarkan solusi untuk mengurai “benang kusut” itu dengan hilirisasi.

“Indonesia ini penghasil terbesar kelapa di dunia. Kita menghasilkan 16,8 juta ton. Kalau ini dijadikan ada hilirisasinya barang setengah jadi atau jadi, misalnya nata de coco, bisa 3,6 kali nilai tambahnya; kelapa parut 6 kali nilai tambahnya, arang batok digarap bisa 4,5 kali nilai tambah, dan VCO (Virgin Coconut Oil) bisa 11 kali. Apindo harus mulai berpikir ke sana, semua produk yang dikirim mentahan. Bank juga harus berpikir membiayai hilirisasi di bidang-bidang yang tadi saya sebutkan,” kata presiden, dikutip cnbcindonesia.com, 31 Juli 2023.

Tulisan kedua serial Muhibah Jalur Rempah 2023

TAG

sulawesi selatan rempah

ARTIKEL TERKAIT

Menelusuri Jalur Rempah dari Nusantara Menuju Dunia Nekara Selayar dan Pelayaran Nusantara* Ammana Gappa Mengatur Pelayaran Pinisi Tak Asli Negeri Ini Tapi Banyak Jasa Buat Indonesia* Cerita di Balik Jangkar Raksasa* Berlayar Bersama Dewaruci* Obat Batuk Tradisional ala Jawa Jejak Rempah di Bali Jaringan Intelektual dan Spiritual dalam Jalur Rempah Superfood Ala Nusantara