Masuk Daftar
My Getplus

Memenuhi Panggilan Suci

Setiap muslim berharap dapat menyempurnakan keislamannya dengan naik haji ke Makkah. Ini sejarah muslim Indonesia pergi ke Tanah Suci.

Oleh: Historia | 08 Jun 2023
Jemaah haji berusaha mencapai Ka'bah. (Wikimedia Commons).

ALLAH telah menitahkan bahwa tempat suci Makkah akan dikunjungi gelombang manusia yang tak akan pernah surut. Di sana, ada Ka’bah yang menjadi kiblat salat umat Islam. Karena itu, setiap muslim mendambakan dapat menunaikan rukun Islam kelima (berhaji) ke Makkah. Tak terkecuali umat Islam Indonesia.

Praktik berhaji muslim Nusantara telah tercatat sejak abad ke-16. Semangat berhaji terus meningkat pada masa kolonial Belanda, sekalipun dibatasi berbagai peraturan. Semangat menggebu membuat mereka melakukan apa saja: ada yang menabung bertahun-tahun, menggadaikan harta benda, sampai bekerja di Singapura untuk membayar utang demi bisa memenuhi panggilan Ilahi.

Pengorbanan mereka tak sampai di situ. Perjalanan ke Makkah menggunakan kapal memakan waktu lama, di mana ganasnya gelombang dapat saja mengkaramkan kapal. Saat beralih ke pesawat, kecelakaan pun pernah terjadi. Namun, semua itu adalah ujian dan kematian di jalan Allah adalah tujuan. Maka, jangan heran jika banyak jemaah haji dari Indonesia yang tua renta: menutup hidup dengan berhaji.*

Advertising
Advertising

Berikut ini laporan khusus sejarah haji muslim Indonesia.

Mula Haji Nusantara

Resolusi Membatasi Haji

Agen dan Calo Haji

Haji Kiblik vs Haji NICA

Jatuh Bangun Kelola Haji

Tenggelamnya Arafat

Bukan Sekadar Perjalanan Rohani

Haji dan Akomodasi Politik

Telantar di Makkah

Berakhir di Perawan Tujuh

Tragedi yang Terulang

Kudeta Berdarah di Makkah

TAG

premium haji

ARTIKEL TERKAIT

Gonjang-ganjing Nasionalisasi Perusahaan Asing Tentang Tiga Tokoh Pemberontakan Kapal De Zeven Provincien De Zeven Provincien Kapal Hukuman Bandit-bandit Revolusioner Ziarahi Raja Ali Haji Partai Nasional Indonesia dan Ahli Warisnya Orang Arab di Nusantara Pelaksanaan Haji di Nusantara Ongkos Haji Zaman Dulu Haji Misbach, Kongres Pemuda, dan Chairil Anwar