Maryono menjadi Direktur BTN sejak 2013. Dengan kemampuan Maryono menyehatkan bank bermasalah, BTN memperbaiki kualitas yang memburuk karena terdampak subprime mortgage Amerika Serikat pada 2008. BTN akhirnya keluar dari masalah itu pada akhir 2016. Ini mengakhiri status BTN yang sebelumnya masuk dalam daftar kontrol Bank Indonesia. Pada masa kepemimpinannya, BTN bergerak lebih dinamis dan cepat beradaptasi sesuai perubahan bisnis. BTN pun menjadi The Leading Housing Bank in Indonesia with World Class Service, dengan aset lebih dari Rp 750 triliun dan rata-rata penyaluran KPR mencapai 600.000 uni per tahun pada 2022. Maryono juga berhasil mendongkrak aset BTN dari Rp 112 triliun pada 2012 menjadi Rp 232 triliun pada 2017.