Masuk Daftar
My Getplus

Kantor CC PKI Riwayatmu Kini

Pernah menjadi simbol kejayaan kaum merah, kini bekas Kantor CC PKI terancam musnah.

Oleh: Hendi Jo | 01 Okt 2017
Bekas Kantor CC PKI di Jalan Kramat Raya Jakarta. (Hendi Jo/Historia).

TERLETAK di pinggir Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, gedung tinggi bercat putih itu terpuruk seperti orang sakit. Halamannya penuh dengan puing-puing dan rerumputan liar. Hampir sebagian besar jendelanya sudah tak berkaca lagi dan dijadikan rumah yang nyaman bagi sekelompok laba-laba.

Saat ini, gedung bernomor 81 itu tak bisa sembarang disambangi orang. Untuk memasukinya, minimal kita harus mengurusi izin dulu kepada sang empunya. Maklum, sejak ditinggalkan Dinas Parawisata, gedung yang tadinya milik sebuah partai anti kapitalisme itu sekarang kepemilikannya sudah diambilalih oleh sebuah hotel berbintang yang terletak persis di sampingnya.

"Katanya sih mau dibikin restoran mewah, tapi ada yang bilang mau dibuat hotel lagi..." kata Jumali (55), salah seorang tukang jahit yang biasa mangkal di sekitar tempat tersebut.

Advertising
Advertising

Usai pindah dari Yogyakarta pada awal 1950-an, awalnya PKI menyewa sebuah rumah sederhana yang terletak di Gang Lontar (sekarang Jalan Kramat Lontar) untuk kantor komite sentralnya (CC). Kala itu, keberadaan Kantor CC masih menyatu Kantor CDB (Committee Daerah Besar) Jakarta. Merasa harus terpisah, maka CC PKI berinsiatif membuat patungan nasional di antara anggotanya. Hasil patungan anggota PKI se-Indonesia itu ternyata bisa membeli sebidang tanah di pinggir Jalan Kramat Raya dan sekaligus dapat membangun sebuah gedung di atasnya pada 1954.

Menurut Achmad (84), sebelum dibeli CC PKI, sejatinya area tersebut merupakan kawasan pertokoan yang ditempati oleh seorang pedagang Tionghoa dan seorang pedagang Arab. Mereka masing-masing menjual barang-barang kelontongan dan tempat tidur. Tak ada masalah dalam proses jula beli itu.

“Kayaknya tanah itu dibeli secara wajar dan baik-baik oleh orang-orang PKI,” ungkap salah seorang penduduk asli di kawasan Kramat Lontar tersebut.

Aslinya, CC PKI memiliki luas tanah lebih dari 3 hektar. Tanah seluas itu membentang dari Gang Sentiong (sekarang Jalan Kramat Sentiong) hingga Gang Lontar dan memiliki batas memanjang ke belakang hingga rel kereta api. Di kawasan itulah ada rencana selain kantor pusatnya, PKI akan membangun juga lapangan olahraga dan perumahan untuk karyawan CC. Isu yang beredar, pembangunan tersebut melibatkan arsitek-arsitek dari Uni Sovyet. Namun soal ini dibantah oleh Martin Aleida, eks wartawan Harian Rakjat, surat kabar yang berafiliasi dengan PKI.

“Sepengetahuan saya, arsiteknya adalah Ir. Sakirman, tokoh PKI yang juga merupakan adik dari Mayor Jenderal Siswondo Parman,” ujar Martin. Proyek raksasa pembangunan infrastruktur kaum komunis itu sendiri, baru berjalan pada 1962.Dimulai dengan renovasi Gedung CC PKI dari satu lantai menjadi enam lantai.

Sebagai orang yang pernah menghuni gedung itu, Siswoyo memiliki kesan tersendiri. Menurut mantan anggota Sekretariat CC PKI tersebut, selain letaknya sangat strategis, Gedung CC PKI bernilai artistik karena di seputar ruang tamu dihiasi dengan berbagai relief dan patung karya para seniman komunis dari Yogyakarta. Dan yang tak banyak orang luar PKI tahu, di dinding ruang tamu Gedung CC PKI juga dipasang tiga foto: tokoh TNI Jenderal Soedirman, tokoh nasionalis kiri, Ir. Anwari serta tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantoro.

“Pak Dirman dan Ki Hajar Dewantoro itu adalah orang-orang Indonesia yang hebat. Sebagai penghormatan terhadap sikap konsisten dan prestasi perjuangan para tokoh di luar golongan kami, PKI memasang gambar mereka di Kantor CC PKI,” ujar Siswoyo dalam memoarnya, Pusaran Arus Sejarah Kiri karya Joko Waskito.

Namun tak banyak orang saat itu mengira pembangunan Kantor CC PKI ternyata hanya akan sampai lantai empat saja. Lima hari usai kejadian Gestok 1965, gedung tersebut diserbu dan dibakar oleh ribuan massa anti komunis.Berbagai aset partai pun musnah, termasuk dokumen-dokumen penting. Seiring dibubarkannya PKI, Gedung CC-pun menjadi “fosil” dengan sendirinya.

Kini bekas Gedung CC PKI sama sekali sudah kehilangan corak politisnya dan terkesan sangat kumuh. Sebelum jatuh ke tangan pengusaha, gedung itu sempat dipakai sebagai asrama tentara, kantor Departemen Maritim dan saat puncak-puncaknya kekuasaan Orde Baru, Menteri Pariwisata Joop Ave sempat menjadikannya sebagai kantor. Namun, Joop hanya beberapa bulan saja berkantor di sana. Alasannya: ia takut dicekik hantu PKI. Entah ia serius atau sekadar bercanda.

TAG

PKI G30S/PKI Martin-Aleida Jenderal-Sudirman Ki-Hajar-Dewantara

ARTIKEL TERKAIT

Eks Pemilih PKI Pilih Golkar Sudharmono Bukan PKI D.N. Aidit, Petinggi PKI yang Tertutup Suami-Istri Cerai Gara-gara Beda Partai Abdoel Kaffar Ingin Papua dan Timor Masuk Indonesia Ketika Nama PKI Diprotes Mohamad Gaos Sangat Keras Moesirin, Serdadu KNIL yang Digoelis Digoelis Makassar Itu Bernama Paiso Tiga Peristiwa yang Terjadi September 1965