Ketika tentara Jepang datang di Aceh, orang-orang Ambon tentara KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) melarikan diri dan berbaur dengan masyarakat. Setelah Jepang kalah, mereka keluar dari persembunyiannya. Mereka yang ditawan Jepang dibebaskan. Mereka berharap Belanda akan kembali dan menerima mereka lagi menjadi serdadu KNIL.
Menurut A. Hasjmy dalam Semangat Merdeka, jumlah mereka cukup banyak di seluruh Aceh. Kalau mereka merindukan kembalinya Belanda akan melemahkan Republik di Aceh.
Melihat kenyataan demikian, anggota IPI (Ikatan Pemuda Indonesia) antara lain Azhar Azis, Ghazali Yunus, Teuku Alibasyah Talsya, dan seorang pemuda PTT, membuat “kawat palsu” yang seakan-akan datang dari Gubernur Maluku, Mr. Johannes Latuharhary (menjabat 1950-1955).
Kawat palsu tersebut berbunyi:
Kepada
Seluruh serdadu-serdadu KNIL yang berada di Aceh
Masyarakat suku Ambon, Manado, Jawa, dan lain-lain bekas KNIL bersatulah dengan rakyat Aceh berhubung Indonesia telah merdeka.
Latuharhary, Gubernur Maluku
Baca juga: Narkim Menerkam Pejuang Aceh
“Kawat palsu ini kami perbanyak lewat Suratkabar Dinding atau surat selebaran, dan disebarluaskan ke seluruh Aceh,” kata Hasjmy.
Di Banda Aceh, pimpinan IPI mengadakan pertemuan dengan orang-orang Ambon dan membacakan “kawat palsu” itu. Para pimpinan IPI di seluruh Aceh diinstruksikan agar melakukan hal yang sama seperti di Banda Aceh. Hasilnya baik sekali. Orang-orang Ambon bersama rakyat Aceh berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Marsose dari Eropa sampai Perang Aceh
“Mengenai ‘kawat palsu’ terjadi suatu keajaiban sejarah. Dalam bulan Oktober 1945, Gubernur Maluku, Latuharhary, mengeluarkan sebuah seruan ‘sungguhan’ yang ditujukan kepada suku Ambon dan inti ‘surat seruan’ itu sama dengan ‘kawat palsu’ isapan jempol Azhar Azis dan kawan-kawan,” kata Hasjmy.
Koran Semangat Merdeka, 27 Oktober 1945, yang dipimpin oleh Hasjmy, menyiarkan dengan lengkap “seruan sungguhan” dari Gubernur Maluku, Latuharhary, yang berbunyi:
Saudara-saudara dari Ambon!
Saat sekarang ini adalah saat yang terpenting dalam sejarah Bangsa Indonesia umumnya dan Kaum Ambon khususnya. Kita sekarang sedang berada di tengah-tengah suatu peristiwa yang akan menentukan nasib kita semuanya, yakni hidup sebagai manusia yang merdeka atau sebagai bangsa yang hina.
Oleh sebab itu, maka saya minta kepada saudara-saudara semuanya, berdirilah serentak di belakang Republik Indonesia.
Berjuanglah bersendel bahu bersama-sama Bangsa Indonesia yang lainnya untuk mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia.
“Cerita yang saya ungkapkan ini, betul-betul suatu ‘main-main menjadi sungguhan’,” kata Hasjmy.