Masuk Daftar
My Getplus

Sebelas Pesepakbola yang Meninggal di Lapangan

Cedera serius dan serangan jantung menjadi penyebab sebelas pesepakbola ini meninggal dunia.

Oleh: Randy Wirayudha | 17 Okt 2017
Atas-bawah searah jarum jam: David "Di" Jones, Joe Powell, Renato Curi, Eri Irianto, Abdoulaye Sekou Camara, Jumadi Abdi, Akli Fairuz, Thomas Blackstock, Bob Benson, Jose Antonio Gallardo, dan Pavao.

SEPAKBOLA, olahraga keras. Cedera dapat membuat pemain meninggalkan lapangan dan absen dalam waktu cukup lama. Bahkan, tak jarang pemain yang meninggal di rumput hijau karena serangan jantung atau benturan keras. Seperti yang dialami kiper senior Persela Lamongan, Choirul Huda, kala melawan Semen Padang di Liga Indonesia, Minggu (15/10/2017).

Choirul Huda bukan satu-satunya pesepakbola Indonesia yang meninggal di lapangan. Berikut ini sebelas pesepakbola yang tutup usia di lapangan: empat pesepakbola Liga Indonesia dan tujuh pesepakbola yang bermain di klub elite Eropa.

Eri Irianto

Advertising
Advertising

Sepakbola nasional berduka untuk kematian Eri Irianto pada 3 April 2000. Gelandang Persebaya Surabaya dan mantan pilar timnas Indonesia itu tutup usia gara-gara penyakit jantung di usia 26 tahun.

Pemain yang terkenal dengan tendangan geledeknya itu sebelumnya terlibat kontak fisik cukup hebat dengan pemain lawan, Samson Kinga dari PSIM Yogyakarta. Eri yang dalam keadaan pingsan segera dilarikan ke Rumah Sakit dr. Soetomo, namun dinyatakan meninggal karena serangan jantung.

Jumadi Abdi

Jumadi Abdi mengawali karier profesionalnya bersama Persiba Balikpapan pada 2001. Delapan tahun setelah debut, dia kembali ke Kalimantan memperkuat PKT Bontang. Dia tutup usia setelah insiden dengan pemain lawan, pada 7 Maret 2009.

Menurut Desi Saraswati dan Jho Juanda dalam 365++ Fakta Sepakbola, pemain gelandang berusia 26 tahun itu kena tendangan pemain Persela Lamongan, Denny Tarkas di bagian perut. Denny didamprat wasit dengan kartu kuning, sementara Jumadi digotong keluar lapangan.

ESPN, 15 Maret 2009, melaporkan setelah insiden itu Jumadi tak bisa mencerna makanan selama dua hari. Dokter mendiagnosis terdapat luka dan infeksi organ dalam. Di tengah-tengah operasi, dia koma dan meninggal pada 15 Maret 2009, sebulan sebelum pernikahannya pada 5 April 2009.

Sekou Camara

Abdoulaye Sekou Camara yang dijuluki “McCarthy” menambah daftar pesepakbola Liga Indonesia yang tinggal nama di lapangan. Bedanya dengan Eri Irianto atau Jumadi Abdi, bomber berpaspor Mali itu tutup usia setelah latihan dengan rekan-rekan setimnya di Pelita Bandung Raya (PBR) pada 27 Juli 2013.

Sekou Camara tiba-tiba tumbang. Ofisial PBR segera melarikannya ke rumah sakit terdekat. Nahas, nyawanya tak tertolong dan mengembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan ke rumah sakit karena serangan jantung. Usianya saat itu baru menginjak 27 tahun.

Akli Fairuz

Kemelut berbuah maut. Gara-gara terjadi scrimmage di mulut gawang lawan, Akli Fairuz, pemain Persiraja Banda Aceh, dihantam kaki kiper PSAP Sigli. Sama halnya dengan Jumadi Abdi, Akli Fairuz lantas meninggal karena luka organ dalam.

Tragedi ini sampai-sampai disoroti beberapa media asing. Salah satunya The Mirror yang menurunkan tulisan berjudul “Indonesian Premier League Footballer Dies Days After Suffering Horror Tackle” pada 19 Mei 2014.

Media asal Inggris itu mengungkapkan kronologisnya, di mana saat terjadi kemelut di depan gawang PSAP Sigli, Fairuz melompat untuk merebut bola. Di saat bersamaan, kiper PSAP, Agus Rahman juga menerkam dan kakinya menghantam perut Fairuz. Meski sudah dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi, Fairuz meninggal karena pendarahan organ dalam.

Joe Powell

Dalam sejarah Arsenal, yang di abad ke-19 masih bernama Woolwich Arsenal, Joseph “Joe” Powell salah satu kapten termuda berusia 23 tahun. Namun, apesnya pada 1896 tidak hanya karier yang berakhir, hidup mantan tentara Inggris dari South Staffordshire Regiment itu juga tamat ketika baru menginjak usia 26 tahun.

Dalam Woolwich Arsenal FC 1893-1915: The Club That Changed Football karya Tony Atwood, Andy Kelly dan Mark Andrews, disebutkan pada 23 November 1896 Joe Powell terjatuh dalam suatu insiden dan mengalami cedera patah tulang lengan dalam laga United League kontra Kettering Town. Cederanya menyebabkan tetanus dan keracunan darah. Lengannya sempat diamputasi, namun kondisinya tetap menurun hingga meninggal dalam perawatan pada 29 November 1896.

David “Di” Jones

Pesepakbola Liga Inggris lainnya yang juga harus tutup usia setelah bermain adalah David “Di” Jones. Dia bermain sebagai bek sayap Manchester City berusia 35 tahun yang juga pemain timnas Wales. Infeksi tetanus juga menjadi penyebab kematiannya pada 27 Agustus 1902.

Gary James dalam Manchester: A Football History menulis bahwa Di Jones terjatuh dan mengenai sebuah kaca dalam pertandingan pramusim pada 17 Agustus 1902. Lukanya menimbulkan infeksi dan tetanus hingga keracunan darah. Sepuluh hari setelah perawatan, Di Jones menghembuskan napas terakhirnya.

Thomas Blackstock

Kejadian aneh nan tragis dialami Thomas Blackstock, bek Manchester United pada 8 April 1907. Blackstock kolaps dan tersungkur tidak bergerak setelah menyundul bola dalam laga pramusim melawan St. Helens Recs. Tim medis segera menggotongnya ke ruang ganti.

Tetapi alangkah terkejutnya para pilar Manchester United ketika masuk ruang ganti setelah laga dan mengetahui Blackstock sudah dibawa ke rumah mayat Mill Street. Mark Metcalf dalam Manchester United: 1907-1911menguraikan, Blackstock dinyatakan meninggal secara alami. Pernyataan itu membuat keluarganya tak mendapat kompensasi apapun dari manaemen The Red Devils.

Bob Benson

Saat Perang Dunia I masih berkecamuk, Robert William “Bob” Benson sebenarnya memilih keluar dari dunia sepakbola untuk menjadi buruh di sebuah gudang peluru. Tapi pada 19 Februari 1916, pemain bek sayap itu tampil secara sukarela demi menggantikan sahabatnya, Joe Shaw yang tak bisa bermain untuk Woolwich Arsenal (kini Arsenal FC) melawan Reading dalam laga London Combination.

Akibatnya fatal. Pasalnya hampir setahun Benson tak bersentuhan dengan bola dan fisiknya belum kembali terbiasa. Di babak kedua, Benson kolaps di lapangan dan kemudian tutup usia di ruang ganti dalam pelukan pelatih George Hardy. Dalam Arsenal Who’s Who, Jeff Harris dan Tony Hogg menyebut Benson dinyatakan meninggal karena pecah pembuluh darah. Benson dimakamkan dengan seragam The Gunners dan tiga bulan berselang diadakan laga Arsenal vs Rest of London XI untuk menghormati Benson.

Pavao

Angka keramat 13 memicu tragedi untuk gelandang FC Porto, Fernando Pascoal Neves atau biasa disapa Pavao. Pesepakbola kelahiran Chaves, Portugal itu meninggal karena serangan jantung di usia 26 tahun.

Donn Risolo dalam Soccer Stories: Anecdotes, Oddities, Lore and Amazing Feats menyebut bahwa Pavao kena serangan jantung hingga tumbang di lapangan pada menit ke-13 dan pertandingan ke-13 di Liga Portugal musim 1973-1974. Ketika itu, Porto tengah melawan Setubal di Stadion Estadio das Antas pada 16 Desember 1973.

Renato Curi

Setelah meniti karier bersama Giulianova dan Como, Renato Curi mengalami masa jayanya bersama Perugia yang lantas jadi klub terakhirnya. Pasalnya ketika kariernya sedang di puncak pada usia 24 tahun, gelandang kelahiran Montefiore dell’Aso itu meninggal karena serangan jantung, ketika melakoni laga melawan Juventus pada 30 Oktober 1977.

Curi terkena serangan jantung dan tumbang di lapangan ketika pertandingan babak kedua baru berjalan lima menit. “Stadion (milik Perugia) kemudian menggunakan namanya (Renato Curi) demi mengenang jasanya,” tulis Adam Digby dalam Juventus: A History in Black and White.

Jose Antonio Gallardo

Portero (kiper) Malaga yang mentas di Liga Spanyol itu sudah tutup usia di umur 25 tahun. Gallardo meninggal dalam perawatan setelah bertabrakan dengan ariete (penyerang) Celta Vigo, Baltazar Maria de Morais Junior, 21 Desember 1986. Surat kabar El Pais, 16 Januari 1987, mengabarkan Gallardo sempat pingsan hingga dibawa ke rumah sakit terdekat.

Tiga jam kemudian siuman dan pulih dari kondisi kritis. Meskipun demikian dia tetap mengalami luka cukup serius di wajah dan menderita hilang ingatan. Setelah ditransfer ke Rumah Sakit Carlos Haya di Kota Malaga, Gallardo justru mengalami koma dan tidak lama kemudian mengalami pendarahan otak. Nyawanya tak tertolong dan dokter menyatakan kematiannya pada 15 Januari 1987.

TAG

ARTIKEL TERKAIT

Azab Raja Cabul di Tanah Bugis Sentot Alibasah Prawirodirjo, Putera, Hansip Sebelum Telepon Jadi Pintar Empat Hal Tentang Sepakbola Andi Azis, Tambora, dan Hutan Nasib Pelukis Kesayangan Sukarno Setelah 1965 Meneer Belanda Pengawal Mistar Indonesia Riwayat Jackson Record Spion Wanita Nazi Dijatuhi Hukuman Mati Akhir Kisah Raja Lalim