SUDAH jadi “protapnya” bahwa seorang kiper tugasnya ya menghalau bola di bawah mistar gawang. Namun seiring perjalanan waktu, banyak kiper hobi keluar dari sarangnya untuk mengamankan bola. Evolusi terus berkembang, kiper ikut bantu bikin gol seperti yang diupayakan kiper Jerman Manuel Neuer kala menghadapi Korea Selatan (Korsel) di Kazan Arena, Rabu (27/6/2018).
Namun dewi fortuna tak menaungi kiper cum kapten tim Die Mannschaft itu. Di pengujung laga saat masih tertinggal 0-1, Neuer keluar areanya untuk membantu rekan-rekannya berharap menyamakan skor. Saat mengolah bola di bidang lapangan lawan, bolanya direbut Ju Se-jong yang kemudian mengirim umpan panjang ke arah gawang Jerman. Son Heung-min yang bebas tanpa pengawalan langsung menyambut umpan itu dan dengan mudah melesakkan bola ke gawang kosong.
Sontak, Jerman keok 0-2 di matchday terakhir Grup F Piala Dunia 2018 itu. Sang juara bertahan gagal di fase awal, mengulang catatan pahit delapan dasawarsa silam di Piala Dunia 1938 di Prancis. Selain mengacungi jempol buat kegigihan para “Pendekar Taeguk” (julukan Korea), mata publik tertuju pada blunder keblinger Neuer.
Banyak orang nyinyir, mengkritik, hinga mencela Neuer. Pelatih Joachim Löw bahkan tak hanya menyalahkan Neuer, tapi seluruh skuadnya. “Gagal lolos menjadi kekecewaan besar. Kami tak pantas memenangkan Piala Dunia lagi. Kami tak layak maju ke babak 16 besar,” ujarnya, dimuat laman FIFA, Kamis (28/6/2018).
Namun, menurut eks pelatih cum pengamat sepakbola berdarah Jerman Timo Scheunemann, Neuer tak pantas dikambinghitamkan. “Itu no problem ya. Karena memang sikon (situasi dan kondisi) mengharuskan (Neuer ikut) maju,” ujarnya kepada Historia via pesan singkat.
Toh, aksi kiper out-of-the-box dan gagal Neuer bukan yang pertama. Kegagalan Neuer mengingatkan kejadian serupa di Piala Dunia Italia 1990.
Memori Getir Higuita
Dari sekian banyak kiper yang getol keluar sarang, kiper Kolombia René Higuita mungkin paling ikonik. Kiper nyentrik bak rocker ini menjadi kiper pertama di Piala Dunia yang bikin blunder serupa Neuer. Blunder Higuita terjadi kala Kolombia menjalani laga 16 besar menghadapi Kamerun di Stadion San Paolo, Napoli.
Kedua tim mengalami deadlock, 0-0, hingga 90 menit waktu normal. Tapi di babak tambahan, Kolombia tertinggal lewat gol Kamerun di menit 106. “Tertinggal 1-0, kami harus mengambil risiko. Saat itu kami juga belum berpengalaman,” kenang Higuita, dilansir laman FIFA, 24 April 2018.
Pada menit 108, setelah menerima umpan backpass rekannya, Higuita mencoba menggocek bola menghindari hadangan striker Kamerun Roger Milla. Nahas, Milla mencuri bola itu. Sekuat tenaga Higuita menguber Milla. Lantaran tak terkejar, dia mengerahkan upaya terakhir dengan coba menekel dari belakang. Tapi Milla sudah keburu mendorong bola datar ke gawang yang kosong.
Kolombia sempat memperkecil kedudukan lewat gol Bernardo Redín di menit 115. Namun itu tak cukup menyelamatkan Kolombia. “Masalahnya Redín membuat gol untuk menjadikan skor 2-1. Maka media-media di negara kami menyatakan: ‘Jika Higuita tak mengacau, kita (Kolombia) bisa imbang’. Jika kami kalah 2-0, 3-0, atau 4-0 mungkin (blunder itu) takkan dipermasalahkan,” sambung Higuita.
Meski publik Kolombia marah, sang pelatih Francisco Maturana tak ikut-ikutan mengkambinghitamkan Higuita. Dia menganggap Higuita masih sangat muda dan tak adil untuk “dibunuh” kariernya hanya gara-gara satu blunder.
“Semua orang menyalahkannya. Situasinya masuk akal karena kami sedang tertinggal. Setelah laga, saya ingat kata-kata Pedro Zape, mantan kiper legendaris Kolombia. Dia bilang: ‘Pemuda ini putus asa dalam tangis namun lihatlah dia- masih 23 tahun usianya dan apakah dia harus selalu sempurna?’,” ujar Maturana dalam The Blizzard: The Football Quarterly.
Baca juga:
Bola-Bola Piala Dunia (Bagian I)
Intisari Rivalitas Sepakbola Sejagat
Raja Diraja Pengawal Mistar Dunia
Skandal Memalukan Chile demi Piala Dunia