Masuk Daftar
My Getplus

Jagoan Dua Lintasan

Lewis Hamilton ngebet jajal MotoGP. Akankah beralih trek dan mengikuti jejak legenda John Surtees?

Oleh: Randy Wirayudha | 28 Mar 2019
John Surtees dan Yoshio Nakamura di Dutch Grand Prix tahun 1968. Surtees adalah pembalap yang menjadi juara dunia MotoGP dan F1. (Nationaal Archief).

DIA seolah tak pernah kenyang memacu adrenalin di lintasan balap. Lima kali juara dunia Formula One (F1) tak membuatnya puas. Pembalap tim Mercedes itu masih penasaran dengan ajang lain, balap motor MotoGP.

“Apakah MotoGP siap menyambut saya? Saya menjalani hari yang luar biasa di lintasan bersama @calcrutchlow @thejonnyhynes,” kicaunya di akun Twitter resmi, @LewisHamilton, kala menjajal motor Kawasaki ZX-10R di Chuckwalla Valley Raceway, Amerika Serikat, 21 Februari 2018.

Hamilton punya passion nge-gas pol lintas balapan sejak kecil. Sebelum terjun ke balap mobil, sosok flamboyan kelahiran Stevenage, Inggris 7 Januari 1985 itu lebih dulu mengenal dirt-bike. Tak heran setiap punya waktu luang Hamilton acap menyaksikan ajang MotoGP entah lewat siaran TV maupun menonton langsung.

Advertising
Advertising

Hamilton pernah menjajal motor Yamaha YZF-R1 di ajang test-race Superbike di Sirkuit Jerez, Spanyol, Desember lalu. Bahkan, ia sampai terjatuh. Tapi, tetap saja penasaran Hamilton terhadap MotoGP, di mana idolanya Valentino Rossi turut berkiprah, belum terbayarkan.

Lewis Carl Davidson Hamilton (kanan) juara dunia F1 penasaran menjajal MotoGP seperti sang idola, Valentino Rossi. (motogp.com).

Baca juga: Konflik Valentino Rossi, Dulu dan Kini

“Selalu jadi kehormatan bisa bersama legenda yang satu ini. Lebih dari 20 tahun di ajang dunia. Saya terinspirasi olehnya dan attitude-nya yang rendah hati terhadap profesinya, timnya serta passion-nya,” kicaunya lagi saat mengunjungi garasi Rossi sebelum race MotoGP Qatar, 10 Maret 2019.

Dari situlah obsesi Hamilton untuk menggeber motor MotoGP bertambah. “Saya ingin menunggangi motor MotoGP. Itu jadi mimpi yang ingin saya wujudkan,” sambungnya, sebagaimana disitat Autoweek (23/3/2019).

Namun apakah Hamilton bakal benar-benar beralih lintasan? “Saya akan memikirkannya dulu, walau sepertinya takkan mudah. Saya sudah balapan go-kart sejak umur delapan. Sementara para pembalap MotoGP sudah berlatih di atas motor di usia itu. Entah apakah saya terlalu tua untuk beralih, tapi yang pasti saya sangat menikmati balapan motor,” tandasnya.

Lewis Hamilton (tengah) saat hendak menjajak motor Yamaha Superbike Desember 2018 (Foto: motogp.com)

Jejak John Surtees

Jika benar beralih lintasan, Hamilton tetap bukan yang pertama. Racer MotoGP dari tim Repsol Honda Marc Márquez sudah pernah menjajal mobil F1 Toro Rosso di Austria pada 5 Juni 2018. Jauh sebelumnya, Valentino Rossi juga pernah mencicipi mobil F1 Ferrari di Valencia, Spanyol, 1 Februari 2006.

Dari dalam negeri pun ada Tommy Manoch. Dia tercatat beralih dari balap motor ke balap mobil di era 1969-1970. “Saya coba balap mobil diajak Hengky Iriawan, ipar saya. Saya coba mobil dan go-kart sampai ke Makau. Di Makau saya balapan dengan Mini Cooper,” ujarnya kepada Historia, 9 Januari 2018.

Baca juga: Mengusung Ulah Adigung

Sampai hari ini, jika pun ada pembalap yang beralih lintasan, rekornya tentu belum bisa melampaui atau setidaknya menyamai John Surtees. Dia mengukir nama besarnya sebagai jagoan di ajang roda dua dan empat. Dennis Noyes dan Michael Scott dalam Motocourse: 50 Years of Moto Grand Prix mencatat, Surtees masing-masing mengoleksi tujuh gelar dunia di Kejuaraan Dunia FIM (kini MotoGP) dan satu lainnya di F1.

John Surtees di ajang MotoGP yang dahulu masih bernama Kejuaraan Dunia FIM (Foto: motogp.com)

Pria kelahiran Surrey, Inggris, 11 Februari 1934 itu lebih dulu mengenal balap motor lantaran ayahnya, Jack Surtees, pemilik dealer motor di London Selatan. DNA pembalap lintas trek juga mengalir karena ayahnya juga pernah berkiprah di ajang grasstrack South Eastern Centre Sidecar 1948.

Surtees pertamakali terjun di balap motor di kelas 500cc Kejuaraan Dunia FIM dan menjalani debutnya di Sirkuit Clady, GP Ulster 16 Agustus 1952 bersama tim Norton. Di musim-musim berikutnya Surtees tidak hanya tampil di satu kelas, melainkan dua sampai tiga kelas.

Di tahun 1953, dia bahkan ikut tiga kelas: 135cc, 350cc, dan 500cc. Namun race pertama yang dimenanginya baru terjadi di musim 1955. Pada 13 Agustus, Surtees dari tim NSU menjuarai lomba kelas 250cc di Sirkuit Dundrod, GP Ulster. Sejak itu kariernya makin moncer. Pada 1956, setelah pindah ke tim MV Agusta, dia merengkuh gelar dunia pertamanya di kelas 500cc. Pada 1958, 1959, dan 1960 Surtees bahkan memetik double gelar dunia di kelas 350cc dan 500cc.

Di sela-sela kariernya di balap motor di musim 1959, sesekali Surtees menjajal mobil Aston Martin DBR1 untuk sekadar test-drive. Dari situlah Surtees mendapatkan “puber” keduanya. Setelah musim balap motor 1960 berakhir, Surtees memutuskan pensiun dari balap motor dan langsung beralih ke F1.

Baca juga: Enam Nomor yang Dipensiunkan di Lintasan

John Surtees di tim Ferrari pada ajang F1 (Foto: formula1.com)

Surtees melakoni musim perdananya di F1 bersama Tim Lotus. Prospeknya tetap cerah meski hasilnya tak memuaskan. Di musim pertamanya, Surtees sekali menginjak podium kedua di GP Inggris, 16 Juli 1960. Talentanya makin terdongkrak di dua musim berikutnya bersama tim Bowmaker-Yeoman. Pada 1962, Surtees menempati posisi empat di klasemen akhir musim. Musim selanjutnya, Surtees tergoda tawaran tim Scuderia Ferrari.

“Setelah dipikir masak-masak, Surtees memutuskan menerima tawaran gabung tim Ferrari sebagai pembalap utama setelah tim lamanya, Bowmaker-Yeoman, menarik diri dari keikutsertaan musim 1963. Ia dipasangkan dengan pembalap kedua Willy Mairesse,” tulis Anthony Pritchard dalam Grand Prix Ferrari: The Years of Enzo Ferrari’s Power, 1948-1980.

Baca juga: Seteru Sengit di Sirkuit

Namun, baru pada musim 1964 nan sengit Surtees mengentaskan rasa penasarannya pada gelar juara F1. Di musim itu, dia dua kali menang di GP Jerman dan Italia, podium kedua di GP Belanda, Meksiko Amerika Serikat, serta podium tiga di GP Inggris. Surtees hanya unggul satu poin (40) dari kompatriotnya, Graham Hill (39) di klasemen akhir musim.

Tapi itu hanya jadi satu-satunya gelar dunia Surtees di F1 hingga pensiun pasca-musim 1972 berakhir. Namanya masuk International Motorsports Hall of Fame pada 1996 dan dilabeli “Grand Prix Legend” oleh FIM pada 2003. Surtees menghembuskan nafas terakhirnya di usia 83 tahun pada 10 Maret 2017 akibat penyakit pernapasan. 

TAG

balap motogp formula one

ARTIKEL TERKAIT

Alkisah Niki Lauda Juara F1 Bermodal Setengah Poin Berjudi di Pacuan Anjing Ayrton Senna dalam Kenangan 130 Tahun Mercedes-Benz di Arena Pacu Lima Sirkuit Paling Menantang di MotoGP Lika-liku Pembalap Perempuan di Gelanggang F1 Cerita Lama Pawang Hujan Kisah Pembalap Prancis di Garis Finis Siklus Valentino Rossi Angkernya Sirkuit Nürburgring