RENCANA Pertemuan Paris 1960 antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet menjadi langkah maju usaha perdamaian di tengah konstelasi Perang Dingin. Namun, Presiden AS Dwight D. Eisenhower ingin menghadiri pertemuan itu dengan kaki selangkah di depan dalam kemajuan teknologi, yaitu dengan kapal selam USS Triton mengelilingi dunia.
“Triton akan mengelilingi dunia melalui bawah laut mengikuti rute Magellan melewati Tanjung Horn (Cili) dan Tanjung Harapan (Afrika Selatan), dan ia akan melakukannya tanpa diketahui baik kawan maupun lawan,” tulis Clive Tully dalam Confronting Poseidon: Around the World Against the Odds.
Triton termasuk kapal selam bertenaga nuklir generasi pertama yang dimiliki AS. Ia dibangun pada 1959 dengan panjang 136 meter, berat 7.898 ton ketika menyelam, dan memakan biaya US$109 juta. Fungsi utamanya sebagai pendeteksi radar yang beroperasi dengan kecepatan tinggi, baik di atas maupun bawah permukaan laut.
Operasi rahasia Triton berkode “Operasi Sandblast” dengan nakhoda Kapten Edward L. Beach. Kalangan sipil ikut sebagai awak kapal seperti wartawan, psikolog, hingga oseanografer.
Kepulauan Saint Peter dan Saint Paul di garis ekuator Samudra Atlantik menjadi garis awal perjalanan Triton, yang memulai perjalanannya pada 24 Februari 1960. Ia memasuki laut Pasifik pada 7 Maret setelah mengarungi Tanjung Horn di selatan benua Amerika. Pada 31 Maret, ia memasuki laut Filipina.
Pada 3 April, Triton memasuki perairan Indonesia melalui Selat Makassar, sambil berlayar terus ke arah selatan untuk memasuki Samudra Hindia melalui Selat Lombok. Di perairan Makassar mereka memotret sebuah kapal pinisi yang lewat, juga sempat mengamati permukaan pantai Bali dan Gunung Rinjani di Lombok.
Kapten Beach menuturkan pengalaman dramatisnya ketika memasuki Samudra Hindia dalam bukunya, Around the World Submerged: The Voyage of the Triton (1962). Perbedaan tekanan dan kepadatan air laut sempat membuat Triton tiba-tiba menyelam tanpa kendali.
“Saat kami merasakan adanya perubahan tekanan di kedalaman laut, kelihatannya adalah sebuah arus laut yang datang. Kemungkinan adalah arus bawah laut yang terjadi ketika Selat Lombok bertemu dengan Samudra Hindia,” tuturnya. “Saya sudah pernah mengalami perubahan kepadatan air laut berkali-kali, tapi tidak pernah yang sebesar ini.”
Triton sampai di Tanjung Harapan pada 17 April, dan mulai memasuki Samudra Atlantik kembali. Dan pada 25 April, ia mencapai titik awal di Kepulauan Saint Peter dan Saint Paul.
“Selama 84 hari di tahun 1960, kapal selam USS Triton selesai mengelilingi dunia melalui jalur di bawah permukaan laut, layaknya proyek rahasia seperti peluncuran misil atau satelit, dan hanya dipublikasikan secara luas ketika misi itu selesai terlaksana,” tulis Joyce E. Chaplin dalam Round About the Earth: Circumnavigation from Magellan to Orbit.
Keberhasilan Triton urung dirayakan besar-besaran karena wajah AS tercoreng di mata dunia. Pesawat mata-matanya, U-2, ditembak jatuh di wilayah Soviet pada 1 Mei, tepat ketika Triton dalam perjalanan pulang ke AS. Insiden itu membuat Pertemuan Paris dibatalkan.
Di tengah krisis politik tersebut, publik AS tetap mengapresiasi pencapaian Triton. Media massa mengenang keberhasilan Triton sebagai salah satu pencapaian penting dalam sejarah eksplorasi. Semua awak kapalnya mendapat medali penghargaan dari pemerintah AS.
[pages]