Penipuan Menggunakan Bank Perempuan

Di tengah upaya mewujudkan kesetaraan perempuan di berbagai bidang, seorang perempuan mendirikan bank khusus perempuan di Amerika Serikat. Ternyata bank ini melakukan penipuan.

Oleh: Amanda Rachmadita | 12 Mar 2025
Penipuan Menggunakan Bank Perempuan
Ilustrasi aktivitas perbankan di masa lalu. Di dalam gambar, sejumlah perempuan tengah beraktivitas di Fifth Avenue Bank, New York, sekitar tahun 1900. (Wikimedia Commons).

GERAKAN perempuan berkembang di berbagai negara, khususnya di Amerika Serikat, pada abad ke-19. Selain mendorong perempuan mendapat hak pilih, gerakan perempuan juga menyoroti beragam isu sosial dan ekonomi. Dalam hal ekonomi, perempuan hanya memiliki sebagian kecil dari kemandirian finansial yang dinikmati pria.

“Bahkan wanita terkaya sekalipun, secara hukum, seringkali tidak kaya. Mereka adalah istri dan anak perempuan dari suami dan ayah yang kaya, dan itu berarti ketergantungan yang besar pada pria dalam hidup mereka dan bahaya selalu ada bahwa semua yang mereka miliki dapat diambil kapan saja,” tulis Ian Rose dalam “A Bank of Her Own” di JSTOR Daily, 11 Januari 2023.

Di tengah upaya mewujudkan persamaan hak bagi perempuan, seorang wanita bernama Sarah Howe membuka bank perempuan pertama di Boston, Amerika pada 1879. Namun, Howe dan bank yang didirikannya, Ladies’ Deposit Company, justru melakukan penipuan. Empat puluh tahun sebelum istilah skema Ponzi tercipta sebagai hasil dari kasus penipuan yang dilakukan Charles Ponzi, Howe lebih dahulu memangsa para investor wanita, merayu mereka dengan iming-iming keuntungan yang besar.

Advertising
Advertising

Informasi kehidupan awal Howe sebagian besar masih misteri. Tidak ada foto atau sketsa sehingga sulit mengetahui seperti apa penampilannya. Mitchell Zuckoff mencatat dalam Ponzis Scheme: The True Story of a Financial Legend, Howe, seorang mantan peramal yang hampir buta huruf, memiliki catatan panjang dalam kejahatan kecil dan pernah ditahan di Rumah Sakit Jiwa Negara Bagian di Taunton. Di antara beberapa kejahatan, Howe pernah ditangkap karena melakukan penipuan sebelum mendirikan Ladies’ Deposit Company.

Baca juga: 

Umrah Bodong Ala Ponzi

Menurut Daniele D’Alvia dalam The Speculator of Financial Markets, abad ke-19 dipandang sebagai masa kejayaan dengan berbagai terobosan dan penemuan di Amerika Serikat. Negara ini sedang membangun kembali setelah Perang Saudara, perkembangan industri lebih pesat, serta imigrasi dan urbanisasi terus meningkat. Uang mengalir dengan bebas (untuk orang kulit putih), dan banyak orang menaruh uang tersebut di bank-bank yang sedang berkembang. Di antara inovasi-inovasi tersebut, Sarah Howe membuka Ladies’ Deposit Company, sebuah bank yang dijalankan oleh perempuan untuk perempuan. Misi perusahaan ini sederhana, yakni membantu wanita kulit putih mendapatkan akses ke dunia perbankan yang sedang berkembang pesat.

Bank yang didirikan Howe hanya menerima setoran dari nasabah “perempuan tidak terlindungi”, yaitu perempuan yang tidak memiliki suami atau wali yang menangani uang mereka. Para perempuan ini sebagian besar diabaikan oleh bank yang melihat mereka –dan uang mereka yang lebih kecil– sebagai pemborosan. Sebagai imbalan atas investasi mereka, Howe menjanjikan keuntungan besar, yakni bunga delapan persen. Bila menyetor dana $100, Howe menjanjikan keuntungan $96 pada akhir tahun.

“Dan untuk mempermanis kesepakatan, para penyetor baru mendapatkan bunga tiga bulan pertama di muka. Ketika para skeptis menyatakan keraguannya bahwa Howe benar-benar dapat menjamin keuntungan setinggi itu, perempuan tersebut menawarkan penjelasan: Ladies’ Deposit Company bukanlah bank biasa, melainkan sebuah badan amal untuk wanita, yang didanai oleh para filantropis Quaker,” tulis D’Alvia.

Berita tentang bank Howe menyebar dengan cepat di kalangan perempuan lajang –pembantu rumah tangga, guru sekolah hingga janda. Howe membujuk para perempuan untuk bergabung dengan banknya. Ia juga mendorong para wanita untuk menyebarkan berita tentang banknya kepada teman dan keluarga mereka. Strategi pemasaran dari mulut ke mulut ini berhasil. Tanpa memasang iklan di surat kabar, bank Howe berhasil mengumpulkan investasi dari seluruh penjuru negeri. Uang masuk dari Buffalo, Chicago, Baltimore, Pittsburgh, dan Washington. Bahkan, ia membuka cabang di New Bedford, Massachusetts, dan berencana menambah kantor di Philadelphia dan New York. Banyak nasabah perempuan menginvestasikan kembali keuntungannya di bank tersebut, mereka mempercayakan tabungan seumur hidup di bank Howe.

Ian Rose berpandangan bahwa pengesahan Homestead Act pada 1862, yang menandakan kemajuan terpenting dalam hak-hak ekonomi perempuan di Amerika, membuka peluang lebih besar bagi Howe untuk mendapatkan lebih banyak uang dari para perempuan. Sekitar 1.200 dari mereka mendepositokan dana di bank Howe hingga mencapai $500.000, setara hampir $15 juta yang disesuaikan dengan inflasi. Mereka dijanjikan imbal hasil sebesar delapan persen per bulan, dan untuk sementara waktu, para nasabah mendapatkannya.

Baca juga: 

Cara William Thompson Menipu Orang Kaya

Meski proses pendaftaran dan penyetoran dana mudah, bank Howe tetap memiliki sejumlah persyaratan. Selain para nasabah harus perempuan lajang dan memiliki uang kurang dari $1.500, mereka harus menyetor dana tidak kurang dari $200 dan tidak lebih dari $1.000. Setiap penyetor baru harus diperkenalkan oleh beberapa penyetor sebelumnya.

Terlepas dari respons positif, ada beberapa hal yang mencurigakan dari bank Howe. Tidak ada kesan adanya bank, tidak ada papan nama, tidak ada perlengkapan kantor, tidak ada brankas, uang setoran milik nasabah hanya diletakkan di laci biro; tidak ada buku yang disimpan, tidak ada catatan yang dibuat kecuali dalam buku kecil yang diberikan kepada para nasabah. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul mengenai kondisi keuangan bank, seringkali dijawab dengan penolakan sederhana, disertai dengan pengingat bahwa “Anda tidak perlu menyetor kecuali jika Anda menginginkannya; kami tidak meminta”.

Ketenaran Ladies' Deposit Company menarik perhatian berbagai surat kabar di Amerika. Mulanya mereka membahas tentang “seorang wanita yang melanggar batas ruang gerak pria, dan bukan hanya seorang wanita, tetapi seorang wanita lajang yang pernah menjadi peramal”. Banyak jurnalis yang hendak meliput bank Howe gagal bahkan ditolak di depan pintu bank karena mereka adalah laki-laki. Seorang jurnalis pemberani kemudian menyamar dengan mengenakan pakaian wanita untuk mendapatkan akses masuk dan informasi lebih lanjut. Kasus penipuan yang dilakukan Howe pun terbongkar.

Pada 25 September 1880, Boston Daily Advertiser memulai serangkaian cerita yang mengekspos penipuan bank Howe. Keuntungan delapan persen yang ditawarkannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Howe menjalankan apa yang kini dikenal sebagai skema Ponzi. Ketika nasabah baru datang menyetorkan dana, Howe menggunakan uang mereka untuk membayar nasabah lama, sehingga skema ini membutuhkan nasabah baru secara konstan untuk membayar orang-orang yang lebih dahulu menyetorkan uangnya di bank Howe. Seperti penipu dengan skema Ponzi lainnya, pada akhirnya bank Howe akan kehabisan uang baru.

“Berita-berita yang dimuat di Boston Daily Advertiser memicu rasa takut yang cukup besar kepada para nasabah bank Howe sehingga mereka mulai menarik uang mereka, dan akhirnya terjadi krisis di Ladies’ Deposit Company. Butuh waktu dua minggu dan lima hari dari cerita pertama yang diterbitkan di Advertiser untuk mengungkap penipuan Howe sebelum ia ditangkap,” tulis D’Alvia.

Baca juga: 

Kasus Penipuan Buku Harian Adolf Hiltler

Kendati terbongkarnya penipuan Howe menarik perhatian publik, namun beberapa nasabahnya justru membelanya. Disebutkan dalam The School Herald Volume 1 tahun 1882, fakta bahwa sebagian besar nasabah bank Howe adalah perempuan yang memiliki kecerdasan tinggi, banyak di antaranya adalah guru di sekolah umum, tentu saja menuai pro dan kontra, dan kritik tersebut membangkitkan kemarahan para pendukung hak pilih perempuan. Gail Hamilton, salah satu nasabah, menjawab serangan Advertiser kepada Howe bahwa wanita itu adalah korban ketidakadilan pria terhadap kaum hawa, dan menarik simpati publik atas hal tersebut.

“Dalam persidangan, sejumlah saksi maju ke depan untuk bersumpah bahwa mereka tidak pernah menerima pengakuan palsu, yakni cerita tentang dana Quaker sebesar $150.000.000 –mereka hanya mempercayai kemampuan bisnis Nyonya Howe. Akan tetapi, bukti ini dikesampingkan karena keempat korban yang disebutkan dalam surat dakwaan memberikan kesaksian bahwa tindakan mereka dipengaruhi oleh informasi tentang dana Quaker. Terhadap hal ini, pengacara terdakwa menjawab bahwa jika mereka tertipu, itu adalah kesalahan mereka sendiri, karena mereka dapat mengetahui bahwa tidak ada dana seperti itu dengan mengajukan permohonan ke bank manapun,” tulis The School Herald.

Howe diadili di Boston dan dijatuhi hukuman pada 1882. Hukumannya bukan karena penipuan, tetapi meminta uang dengan alasan palsu karena mengklaim sebuah badan amal Quaker mendukung usahanya. Howe dipenjara tiga tahun, dan setelah menghirup udara bebas, ia kembali menjadi penipu.

Howe membuka bank perempuan baru di West Concord Street di Boston. Ia menjalankan skema penipuan hingga tahun 1886, menawarkan bunga tujuh persen dan mengumpulkan dana $50.000. The New York Times, 9 Desember 1888, melaporkan sebuah aduan kasus penipuan yang menyeret nama Howe. Ia diperkirakan telah menipu orang-orang sebesar $200.000 dengan modus yang tampak menguntungkan, salah satunya investasi di Woman’s Bank. Howe ditangkap setelah salah satu korban melaporkannya ke petugas berwajib.

Baca juga: 

Gold dan Kisah Penipuan Tambang Emas di Kalimantan

“Ny. Howe memiliki catatan panjang dalam hal penipuan… Pada 1882 ia dihukum dan dijatuhi hukuman tiga tahun di Lembaga Pemasyarakatan. Setelah dibebaskan, ia mulai lagi beraksi di West Concord-street, namun koran-koran memberitakan tentang dirinya dan ia melarikan diri dari kota itu sebelum korbannya menuntutnya. Karena uang yang diperolehnya saat itu, ia ditangkap hari ini,” lapor The New York Times.

Setelah melakukan berbagai aksi penipuan, Howe memutuskan berhenti dan kembali menjadi peramal, membaca astrologi dengan bayaran 25 sen. Ia meninggal pada 1892 di usia 65 tahun. Obituarinya di The New York Times, sebagaimana dikutip D’Alvia, berbunyi, “selama tiga bulan ia tinggal di sebuah rumah kos dan penginapan, dengan hati-hati menjaga agar orang-orang yang ditemuinya tidak mengetahui bahwa ia adalah Nyonya Howe yang terkenal dalam ingatan Woman’s Bank.”*

TAG

penipuan

ARTIKEL TERKAIT

Kisah Tukang Daging yang Menipu Bangsawan Inggris Kisah Penipu Ulung yang Mencoba Menjual Menara Eiffel Bandara Manggar yang Hilang Cerita di Balik Logo Kerang Shell Karena Papua, Sukarno "Kemplang" Utang KMB Orang-orang Indonesia di Puncak Freeport Jiwasraya Warisan Kolonial Teknologi Gula dari Tiongkok Antara Temasek, 1MDB, dan Danantara Efisiensi Mahathir Potong Gaji Menteri