Majapahit menancapkan hagemoninya tak melulu lewat kekerasan. Meski letaknya di pedalaman Jawa, ia mampu menjadi besar karena menguasai lautan dan daratannya.
Kakawin Nagarakrtagama menyebut wilayah-wilayah yang terpengaruh Majapahit, seperti Pahang, Melayu, Gurun, Bakulapura, Sunda, dan Mandura. Prasasti-prasasti juga menyebut luasnya pengaruh Majapahit. Terutama Prasasti Tuhanaru (1245 Saka/1323 M) menyebut wilayah yang menjadi pumpunan dan angsana. Pumpunan adalah daerah di sekitar keraton dan angsana merupakan wilayah luas di luarnya. Sedangkan mitra satata atau rekan yang setara adalah negara-negara di Asia Tenggara.
“Kebesaran Majapait tercatat di prasasti dan naskah yang dikeluarkan raja-rajanya, bahkan sampai masa Demak dan Mataram juga menceritakan kebesarannya," kata Ninie Susanti, arkeolog Universitas Indonesia.
Baca juga: Majapahit dalam Catatan Ma Huan dan Sejarah Dinasti Ming
Sebagai penerus Kerajaan Singhasari, Majapahit mewarisi cita-cita raja terakhirnya, Kertanagara, yaitu cakrawala mandala atau perluasan wilayah ke seluruh Dwipantara.
Majapahit juga mewarisi pelabuhan-pelabuhan besar di pantai utara Jawa, tempat persinggahan kapal-kapal dagang asing akibat jalur rempah yang terbentuk pada masa sebelumnya. Jalur-jalur pelayaran itu dari emporium Malaka menuju Maluku dan sebaliknya.
Dari segi kekayaan alam, wilayah Majapahit menghasilkan rempah, beras, dan garam yang berasal dari pantai utara Jawa dan Madura.
“Hal itu merupakan awal proses perkembangan kesadaran bagi Majapahit untuk menjadi kerajaan maritim pada masanya,” kata Ninie. Hal itu juga yang dijadikan modal bagi Majapahit menancapkan hagemoninya.
Baca juga: Meninjau Kembali Wilayah Kekuasaan Majapahit
Dari sisi politik, Majapahit memperkuat wilayahnya dengan memegang kedaulatan atas negara-negara daerah. Ia menjaga cita-cita cakrawala mandala. Ia juga bersahabat dengan mitra satata, yaitu Semenanjung Malaya, Temasik, Ceylon, Siam, Burma, Campa, Kamboja, India, Annam, dan Cina.
Secara ekonomi, Majapahit menghidupkan pelabuhan penting di sepanjang pantai utara Jawa sebagai pelabuhan transit, seperti di Gresik, Tuban, Jepara, Lasem, Bali, Surabaya, dan Jaratan.
“Ini untuk mengambil alih fungsi pelabuhan transit setelah runtuhnya Sriwijaya,” kata Ninie.
Majapahit juga memaksimalkan hasil alamnya. Seperti beras, rempah dan garam sebagai komoditas dagang yang dibutuhkan dunia. Mereka membuat regulasi perdagangan, perpajakan, dan mengoptimalkan pelabuhan-pelabuhan di dua sungai Brantas dan Solo.
“Sungai besar sebagai penghubung hasil bumi di pedalaman ke perdagangan maritim di pantai-pantai,” ujar Ninie.
Untuk mengelola daerah-daerah, ditempatkan seorang penguasa lokal atau Bhattara. Mereka diberi hak membuat regulasi pajak masing-masing.
Baca juga: Majapahit dalam Kisah Panji
Majapahit juga menyebarkan pengaruhnya lewat kebudayaan. Hingga kini dikenal berbagai cerita Panji di berbagai daerah di Indonesia maupun Asia Tenggara. Di Indonesia, cerita Panji dikenal di Palembang, Jambi, Sunda, dan lainnya yang alur ceritanya disesuaikan dengan adat setempat. Cerita Panji juga dikenal dan diadopsi oleh negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan Kamboja, dengan digubah sesuai adat setempat.
“Majapahit menjalankan hegemoninya tidak hanya dengan kekerasan," kata Ninie. "Ia menyebarkan pengaruh untuk mengukuhkannya menjadi negara bercorak maritim yang disegani oleh dunia pada masanya.”