Masuk Daftar
My Getplus

Ketika Rahib Katolik Bertamu ke Majapahit

Kisah seorang rahib Katolik berkelana hingga ke Nusantara. Mengalami culture shock dengan adat setempat hingga terkesima kejayaan Majapahit.

Oleh: Randy Wirayudha | 02 Sep 2024
Rahib Odorico da Pordenone dalam lukisan dinding di Gereja San Francesco, Udine (archeocartafvg.it)

BAPA Suci umat Katolik, Paus Fransiskus, dijadwalkan melawat ke Indonesia awal September ini. Paus Fransiskus menjadikan Indonesia, negara dengan penduduk mayoritas muslim, sebagai destinasi pertama dalam perjalanan apostoliknya ke kawasan Asia Pasifik. Selain Indonesia, pemimpin Takhta Suci Vatikan itu juga akan ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. 

Paus Fransiskus dijadwalkan bertandang ke Jakarta kurun 3-6 September dengan aneka agenda, mulai dari bersua presiden beserta para pejabatnya dan para tokoh masyarakat lintas agama di Istana Negara, hingga pertemuan dengan para agamawan Katolik di Gereja Katedral Jakarta. Tak ketinggalan, Paus juga akan memimpin misa akbar terbuka di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Indonesia sendiri sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Takhta Suci Vatikan sejak 1950. Pun sudah pernah dua kali kedatangan sang pemimpin Katolik. Pertama, kunjungan Paus Paulus VI pada Desember 1970. Kedua, Paus Yohanes Paulus II yang melawat pada Oktober 1989. Keduanya sama-sama disambut Presiden Soeharto.

Advertising
Advertising

Namun, Paus Paulus VI bukan pemimpin Katolik pertama yang mengunjungi tanah Jawa. Jauh sebelum itu, di zaman Majapahit pun sudah pernah ada seorang rahib Ordo Fransiskan yang bertandang.

Baca juga: The Two Popes, Dua Paus dalam Sejarah Kelam

Ilustrasi perjalanan Rahib Odorico dari Venezia menuju India dan Nusantara (Repro: Genghis Khan et l’Empire Mongol)

Lawatan Rahib Katolik ke Nusantara 

Kabar penjelajahan Marco Polo asal Venezia dan Misionaris Giovanni da Montecorvino di abad ke-13 yang mencapai negeri China membuat banyak pihak penasaran dengan Timur Jauh. Rahib Odorico Mattiussi dari Pordenone tak terkecuali. 

Rahib Odorico tercatat sebagai orang Eropa kedua yang menyebutkan “Sumatera” dalam catatan perjalanannya setelah Marco Polo. Kelebihannya, rute yang ditempuh Rahib Odorico mampu melampaui Marco Polo.

Maka, Rahib Odorico pun berangkat dari Venezia dengan tujuan negeri China medio 1318. Dia ditemani koleganya dari Irlandia, Rahib James. Bedanya, perjalanan Rahib Odorico bukan dalam rangka utusan diplomatik atau sebagai misionaris yang menyebarkan agama. Jadi ia berangkat tidak seperti Misionaris Montecorvino yang berangkat pada 1294 sebagai utusan Paus Nikolaus IV ke China dan menjadi uskup di Peking. Rahib Odorico berlayar atas misi pribadi yang penasaran dengan keadaan di Timur Jauh.

“Sesuai keinginan saya, kami berlayar mengarungi lautan dan mengunjungi negeri-negeri di mana orang-orangnya belum percaya Tuhan untuk memenangkan penuaian jiwa,” tulis Odorico dalam preambul catatan hariannya, dikutip Paolo Chiesa dalam The Travels of Friar Odoric: A 14th-Century Journal of the Blessed Odoric of Pordenone.

Baca juga: Nusantara dalam Catatan Penjelajah Dunia

Perjalanan Rahib Odorico via laut melewati rute Konstantinopel (kini Istanbul) hingga Trebizond. Lantas dilanjutkan via jalur darat dengan kereta kuda ke Persia (kini Iran dan Irak). Dari Baghdad, ia dan Rahib James kembali berlayar via Teluk Persia menuju Tana di India pada 1322. Dari India, ia memilih rute ke Asia Tenggara menuju ke Sumatera ketimbang ke negeri China dengan kapal jung.

“Kapal jung adalah kapal kargo yang digunakan Marco Polo dan Odorico dari Pordenone. Kapal besar ini memang dikhususkan untuk mengarungi perairan Asia Tenggara,” tulis Sean McGrail dalam Boats of the World: From the Stone Age to Medieval Times.

Ilustrasi Rahib Odorico di Sumatera (Bibliothèque nationale de France)

Kendati begitu, masih ada perdebatan di mana ia mendarat ketika mencapai Sumatera. Dalam disertasinya berjudul “Eyewitness Accounts of ‘the Indies’ in the Later Medieval West: Reading, Reception, and Re-use (c. 1300-1500)”, akademisi University of Leeds Marianne O’Doherty pada 2006 menyebut Rahib Odorico menjejakkan kakinya di Lamori, Aceh. Wilayah tersebut saat itu masih dikuasai Kesultanan Samudera Pasai. Adapun sejarawan Inggris Philip Bowring dalam Empire of the Winds: The Global Role of Asia’s Great Archipelago pada 2020 (terj. Nusantaria: Sejarah Asia Tenggara Maritim, 2022) menyebut, Rahib Odorico mendarat di Barus, pesisir barat Sumatra.

Terlepas dari perdebatan itu, kedua pendapat sama-sama menggarisbawahi bahwa di Sumatera inilah Odorico mengaku –dalam catatan perjalanannya– mengalami gegar budaya.

“Kemungkinan Biarawan Odorico mengunjungi Barus. Dia tidak menyebutkan Muslim tapi melaporkan banyak pedagang datang ke sana karena berlimpahnya hasil bumi. Dia mengatakan telah ditertawakan oleh orang-orang yang telanjang karena dia mengenakan pakaian, menyatakan adanya kanibal dan semua perempuan adalah milik bersama,” tulis Bowring mengutip catatan perjalanan Odorico. Bowring menyatakan itu hanya desas-desus yang diperoleh Odorico dan tak sepenuhnya bisa dipercaya.

Baca juga: Masuknya Kristen di Indonesia

Setelahnya, Rahib Odorico berlayar lagi ke selatan dan mendarat di Pulau Jawa.  

Namun, masih samar di mana tepatnya ia mendarat. Hanya bisa dipastikan Rahib Odorico menjejakkan kaki di wilayah Pulau Jawa yang masih dikuasai Kerajaan Majapahit yang diperintah Raja Jayanagara (1309-1328). 

Ilustrasi Jayanagara sang penguasa Majapahit yang memiliki tujuh raja bawahan (The British Library)

Kendati Majapahit masih dalam tahap awal kejayaannya, Rahib Odorico sudah kadung terkesima dengan istana megah Raja Jayanagara yang ia sebutkan lantai dan tangganya terbuat dari perak dan emas. Perdagangan rempah yang punya nilai begitu tinggi di negeri asalnya juga disinggung Rahib Odorico.

“Raja Jawa (Jayanagara) ini punya bawahan tujuh raja. Istananya sungguh luar biasa. Khan Agung dari China seringkali terlibat peperangan dengan raja ini tetapi sang raja selalu mampu mengalahkan mereka dan pada akhirnya hubungan mereka (Majapahit-Mongol) membaik,” tulis Rahib Odorico, dikutip Kenneth R. Hall dalam Ritual Networks and Royal Power in Majapahit Java.

Dari Jawa, Rahib Odorico baru beranjak menuju negeri China via Kalimantan. Masih  cukup gelap di mana ia singgah dalam perjalanan itu. Sir Henry Yule yang menerjemahkan catatan hariannya memperkirakan ia mampir sejenak di “Thalamasyn” yang diyakini merujuk pada Banjarmasin.

“Odorico dari Pordenone mengunjungi pesisir Kalimantan dan melaporkan beberapa hal menarik yang lantas jadi perhatian di Eropa. Dalam catatannya, salah satunya menyebutkan sebuah tepung yang disebut tepung sagu yang bisa diolah menjadi ‘pasta terbaik sedunia’,” ungkap Donald F. Lach dan Edwin J. Van Kley dalam Asia in the Making of Europe, Volume I: The Century of Discovery. 

Baca juga: Akar Sejarah Pohon Natal

TAG

majapahit katolik

ARTIKEL TERKAIT

Di Balik Lawatan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia (Bagian II) Paus Yohanes Paulus II Terpukau Pancasila Di Balik Lawatan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia (Bagian I) Pertemuan Presiden Sukarno dan Paus Yohanes XXIII di Vatikan Secuplik Jejak Paus Paulus VI di Jakarta Bung Karno dan Takhta Suci Vatikan Jejak Kejayaan Raja-raja Jawa Semerbak Aroma Sejarah Pencegah Bau Ketiak Raja-Raja Jawa dalam Lintasan Masa Prasasti Damalung Wajib Dipulangkan, Begini Kata Arkeolog