Masuk Daftar
My Getplus

Selamat Jalan Emon, Si Anak Manja

Dunianya seni peran, dari pantomim, film, sampai sinetron. Peran sebagai Emon melambungkan namanya.

Oleh: Hendri F. Isnaeni | 15 Mei 2015
Didi Petet memerankan Emon di film Catatan Si Boy. (Ilustrasi: Micha Rainer Pali/Historia).

“Mas Boy…,” teriak Emon dengan gerak-gerik kemayu dalam film Catatan Si Boy (1987) . Nama Didi Petet melambung setelah memerankan Emon, yang oleh banyak orang disebut sebagai peran bencong. Padahal, Didi berulang kali menyatakan bahwa peran Emon bukanlah banci.

“Didi Petet memerankan tokoh Emon, si anak manja (bukan bencong seperti dugaan sementara orang) sangat berhasil,” tulis majalah Pertiwi, 1989.

Selain Didi, aktor yang juga memainkan peran sebagai gay adalah Ucok Hasyim Batubara (Cok Simbara) dalam Terang Bulan di Tengah Hari (1987) dan Mathias Muchus dalam Istana Kecantikan (1988). Namun, Mathias memerankan Nicko yang digambarkan sebagai lelaki tulen, tidak klemar-klemer seperti bencong. Film ini dianggap sebagai film Indonesia pertama yang bertema homoseksualitas. Berkat perannya ini, Mathias terpilih sebagai aktor terbaik dalam Piala Citra Festival Film Indonesia 1988, sedangkan Didi terpilih sebagai pemeran pembantu pria terbaik lewat film Cinta Anak Zaman.

Advertising
Advertising

Menurut Salim Said dalam Pantulan Layar Putih, peran gay yang dimainkan Didi Petet dan Cok Simbara jauh di bawah yang dimainkan Muchus. “Gay-nya Muchus tampil secara utuh dan dari dalam, dua yang lain masih terasa pisikal,” tulis Salim Said.

Namun, sampai sekarang justru Emon-lah yang menjadi representasi gay di layar kaca atau lebar. Perannya sebagai penghibur untuk ditertawakan. Seperti halnya Muchus, Didi pun diganjar penghargaan sebagai Aktor Terpuji Festival Film Bandung (FFB) 1988 karena perannya sebagai Emon. Didi kembali meraih penghargaan serupa pada FFB 1989 dan 1994 melalui film Gema Anak Kampus 66 dan Si Kabayan Cari Jodoh. Sejak itu, dia berulang kali masuk nominasi sebagai aktor utama atau pembantu dalam ajang Piala Citra dan Indonesian Movie Award.

Didi Petet bernama asli Didi Widiatmoko, lahir di Surabaya pada 12 Juli 1956. Dia meninggal dunia pada Jumat, 15 Mei 2015, karena sakit asam lambungnya naik akibat kelelahan. Nama “Petet” adalah julukannya sejak masa sekolah dasar sampai menengah di Bandung. Banyaknya nama Didi membuat teman-temannya memanggil dengan tambahan “Petet” lantaran matanya agak sipit.

Didi melanjutkan pendidikan ke Jurusan Teater Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan lulus pada 1983. Di sini dia menemukan tempat yang tepat untuk mengembangkan bakatnya dalam seni peran. Pada 1987, Didi bersama Sena A. Utoyo mendirikan grup pantomim: Sena Didi Mime. Anggotanya kurang lebih 50 orang dan yang aktif sekira 30-an. Sekretariatnya di kampus IKJ karena sebagian besar anggotanya mahasiswa IKJ dan Sena adalah salah satu staf pengajar di IKJ.

“Keduanya dwi-tunggal perpantomiman Indonesia, khususnya Jakarta. Berkat keduanya penampilan grup selalu menghibur dan humor. Tema yang disajikan selalu dekat dan intim dengan lingkungan masyarakat,” tulis Nur Iswantara dalam Wajah Pantomim Indonesia.

Setelah Sena meninggal, Didi melanjutkan Sena Didi Mime bersama Yayu Aw. Unru dan yang lainnya. Selain pantomim, dia juga merambah dunia film dan sinetron. Di luar itu, dia pernah menjadi pengajar di Jurusan Teater IKJ dan menjabat dekan Fakultas Seni Pertunjukan IKJ.  

Didi membintangi film layar lebar pertamanya Semua Karena Ginah pada 1985. Selama karirnya, dia main di lebih dari 50 film, yang terakhir Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015). Selain sebagai Emon, Didi juga terkenal sebagai Kabayan dalam empat film tentang si Kabayan (1989, 1991, 1992, 1994). Didi juga main di 12 sinetron, terakhir dan sedang tayang adalah Preman Pensiun (2015).

TAG

Obituari

ARTIKEL TERKAIT

Memori Manis Johan Neeskens Yang Dikenang tentang Sven-Göran Eriksson Hamzah Haz, Wakil Presiden Pilihan MPR Epilog Tragis Sang Pengusung Bendera Palestina di Olimpiade Salim Said Bicara Tentang Tiga Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia Johny Pardede dari Sepakbola hingga Agama Jhonny Iskandar dan Orkes Moral Riwayat Pedangdut Nyentrik Jhonny Iskandar Kanvas Kehidupan Fathi Ghaben