Masuk Daftar
My Getplus

Dendang Kasidah Modern

Kendati pernah digugat, kasidah modern malah merentang zaman.

Oleh: Fandy Hutari | 01 Jun 2018
Nasida Ria merupakan kelompok yang mempopulerkan kasidah modern. Foto: Hai edisi 26 April-2 Mei 1988 .

Iklan sebuah perusahaan ritel ternama karya sutradara Dimas Djay beberapa waktu lalu membuat heboh warganet. Iklan kocak itu menampilkan aksi delapan ibu-ibu kelompok kasidah Nurul Syifa. Sebuah iklan perusahaan transportasi daring juga menampilkan kasidah sebagai pengiring jualannya di layar kaca. Kasidah memang laku kala Ramadan.

Menurut Japi Tambajong dalam Ensiklopedi Musik, kasidah merupakan bentuk puisi Arab pra-Islam. Kemudian ia menjadi media mewujudkan pemahaman iman secara Islam, dan alat dakwah. Japi menulis, di Indonesia definisi kasidah bukan dilihat sebagai sastra, tapi sebagai musik.

Virus Kasidah Modern

Advertising
Advertising

Dalam khazanah musik Indonesia, kasidah menjadi semacam pelengkap orkes gambus. Moeflich Hasbullah dalam Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara menulis, penyanyi orkes gambus kasidah pertama di Jawa yang menyanyikan lagu-lagu Arab dan Indonesia adalah Rofiqoh Dharto Wahab, yang meniti karier sebagai seorang qariah.

Dia muncul kali pertama sebagai penyanyi kasidah di sebuah acara keagamaan di Pekalongan pada 1964.

“Suaranya mulai dikenal melalui rekaman pita kaset dan ketika pertama kalinya ia masuk ke RRI dan TVRI. Piringan hitamnya meledak di pasaran,” tulis Moeflich. Rofiqoh bernyanyi diiringi orkes gambus Al-Fata.

Setelah itu, muncul istilah kasidah modern. Pengamat musik Denny Sakrie dalam 100 Tahun Musik Indonesia menyebut bahwa pemusik Agus Sunaryo yang memimpin kelompok Bintang-Bintang Ilahi merupakan orang yang memperkenalkan kasidah modern ini.

Agus memasukkan unsur-unsur modern dalam musik yang mengiringi kasidah. Instrumen macam keyboard, gitar elektrik, dan bass elektrik dilibatkan di dalamnya. Bintang-Bintang Ilahi pimpinan Agus Sunaryo ini pun mengajak Rofiqoh Dharto Wahab dalam rekaman piringan hitamnya. Album bertajuk Qasidah Modern dirilis awal 1970-an di bawah label Remaco.

Demam kasidah modern tiba-tiba menggejala pada 1970-an. Sejumlah musisi pop dan rock mengeluarkan lagu-lagu religi bernuansa kasidah modern, seperti Koes Plus, AKA, dan Fenty Effendy.

Denny Sakrie menyebut, pada 1974 Koes Plus menyanyikan syair religi dengan bahasa Jawa dalam lagu “Zaman wis Akhir.” Bimbo mengadopsi musik flamenco asal Spanyol dalam nuansa kasidah. Bimbo pun melepaskan diri dari pakem kasidah yang menggunakan bahasa Arab.

Di luar itu, muncul kelompok musik kasidah modern terkenal, Nasida Ria. Kelompok kasidah modern yang dibentuk pada 1975 ini berasal dari Semarang.

Nasida Ria mencuat usai gelaran MTQ di Bandarlampung pada 1975. Lagu-lagu mereka, seperti “Perdamaian”, “Dunia Dalam Berita”, dan “Tahun 2000” yang diciptakan KH Ahmad Buchori Masruri, masih sering diputar hingga kini.

Kasidah Digugat

Kasidah modern bukan tanpa kritik. Kemunculannya, sebagai genre musik yang digadang-gadang penyebar dakwah Islam, mendapat cibiran dari musisi dan budayawan tanah air.

Denny Sakrie menyebut, sebuah kritik disampaikan salah seorang ahli musik kasidah yang pernah menjadi pentolan orkes gambus Al Wardah, Mochtar Luthfy El Anshary. Mochtar mengatakan, apa yang dilakukan Agus Sunaryo dengan embel-embel kasidah modern sebenarnya tak bermuatan modernisasi kasidah sama sekali.

“Pantun-pantun bahasa Arab itu diletakkan dalam irama yang tidak tepat,” kata Mochtar.

Majalah Hai edisi 26 April-2 Mei 1988 menulis, senasib dengan sejumlah genre musik, kasidah modern ternyata kurang diminati penggemar musik di Indonesia, terutama remaja. Musik padang pasir ini kalah bersaing dengan genre pop atau rock. Karena itu, seiring waktu, kasidah modern mencari bentuk lain.

Salah satunya, upaya Nasida Ria memasukkan unsur dangdut dalam komposisi lagunya. Lantunan musiknya pun tak melulu mengangkat pesan-pesan agama.

Kasidah modern digugat lantaran dianggap sudah keluar dari definisi musik Islam. Urusan musik dan dakwah sampai-sampai menjadi bahan perbincangan hangat dalam seminar sehari bertajuk “Musik sebagai Media Dakwah” di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, pada 16 April 1988.

Musisi Debby Nasution menyoroti unsur dangdut dalam kasidah modern. “Itu dia yang membuat saya nggak suka sama kasidah. Mendingan saya matiin pas disiarin di tivi,” kata Debby Nasution dalam seminar itu.

Musisi yang ikut membidani lahirnya album Badai Pasti Berlalu (1977) itu mengatakan, kelompok musik kasidah yang mengklaim diri sebagai pengusung kasidah modern itu tak pantas disimak.

“Penampil ceweknya kurang Islami!” kata Debby.

Budayawan Emha Ainun Nadjib tak kalah pedas. Menurutnya, kasidah modern melenceng dari nilai-nilai yang dikandung Islam.

“Wawasan Islam yang mencakup unsur sosial budayanya masih kurang. Masak urusan KB, transmigrasi yang didengung-dengungkan,” kata Emha dalam seminar yang sama.

Cak Nun, sapaan Emha, juga menyentil penampilan penyanyi kasidah yang menggoyangkan tubuh, mirip pelantun lagu dangdut.

“Mereka bisa maksiatnya sedikit. Tapi justru itu yang bikin celaka. Akhirnya bukan puji-pujian yang disampaikan. Tapi pengkhianatan,” katanya.

Musisi Ebiet G Ade memberikan masukan soal kasidah modern ini. Menurutnya, dalam menciptakan musik yang bernapaskan Islam tak cukup hanya menyelipkan kalimat-kalimat yang dipetik dari Alquran dan hadits. Menurut dia, lebih baik musisi menggunakan bahasa yang dipahami dan menuangkannya dalam lagu.

“Jangan membuat pendengar seolah berada di Padang Arafah, sementara orang di Arab pun malah nggak ngerti musik yang kita mainkan,” kata Ebiet.

Meski begitu, kasidah modern terus bertahan. Nasida Ria memberi pengaruh kepada grup-grup kasidah modern setelah generasi mereka. Termasuk Haddad Alwi dan Sulis yang tenar pada 1990-an. Terbukti, kasidah modern pun hidup hingga kini.

TAG

Kasidah Musik Dakwah

ARTIKEL TERKAIT

Eric Carmen dan "All By Myself" Komponis dari Betawi God Bless di Mata Roy Jeconiah Ray "The Doors" Prajurit Rock n’Roll Aretha Franklin dan Hegemoni Maskulinitas Musik Rock Pendiri Pink Floyd Peduli Palestina Alkisah Bing Slamet Koes Plus dan Mantan Perwira AURI Orba Benci Musik Cengeng Anak Presiden Main Band