Masuk Daftar
My Getplus

God Bless di Mata Roy Jeconiah

Sebagai pelopor musik rock di Indonesia, God Bless menjadi inspirasi dan referensi. Setidaknya bagi Roy Jeconiah, eks vokalis Boomerang.

Oleh: Petrik Matanasi | 22 Feb 2024
God Bless dan para gitaris muda sepanggung dalam "Penghargaan 48 Tahun God Bless Berkarya" (Tangkapan layar Youtube God Bless Official)

Roy Jeconiah, eks vokalis Boomerang, tak pernah lupa sebuah kejadian kendati kejadian itu sudah 30 tahun. Pasalnya, kejadian itu merupakan salah satu tonggak penting baginya dalam bermusik. Saat itu, tahun 1993, Roy dan band rocknya yang bernama Lost Angels menjadi band pembuka bagi supergrup rock Indonesia God Bless. Itu artinya, Roy mendapat kehormatan bisa sepanggung dengan band idolanya. 

“Kalau God Bless, masa kecil saya sudah mendengar lagu-lagu God Bless. Sampai SMP dan mulai main band, lagunya termasuk yang dimainkan di band saya,” aku Roy di hadapan Ian Antono, Ahmad Albar serta para pengunjung “Pameran Retrospektif God Bless 50 tahun” pada 19 Februari 2024.

Penikmat musik rock Indonesia era 1990-an tentu mengenal Boomerang. Band ini sezaman dengan Zamrud dari Cimahi. Tak hanya orang dewasa zaman itu, bocah SD pun tahu band asal Surabaya ini. Hit terkenal Boomerang antara lain “Bawalah Aku”, “Kisah”, “Pelangi”, dan “Bungaku”.

Dulu Boomerang digawangi Farid Badjeber pada drum, mendiang Hubert Henry Limahelu pada bass, John Paul Ivan pada gitar, dan Roy Jeconiah Wurangian pada vokal. Roy dan kawan-kawan itu, berdasarkan tahun kelahiran, tergolong Generasi X atau Gen Bust. Mereka mengalami masa kecil di awal dekade 1980-an. Pertengahan 1980-an mereka mengalami masa remaja, saat di mana mereka mulai belajar bermusik.

Advertising
Advertising

Pada era 1980-an itu, panggung musik rock Indonesia sedang “dikuasai” God Bless. bisa dibilang God Bless band rock raksasa tanah air. Anggotanya adalah musisi-musisi berpengalaman dari beberapa band era sebelum 1974. God Bless sering bongkar pasang personil, namun personil tetapnya: Ahmad Albar (vokal), mantan anggota Clover Leaf di negeri Belanda; Ian Antono (gitar), dari Bentoel Band di Malang; dan Donny Fattah (bass), eks anggota Fancy Junior.

Lantaran para personelnya jauh lebih senior, God Bless dianggap sebagai super group dan acap dijadikan inspirasi oleh para musisi lebih muda macam Roy dan kawan-kawannya.

“Kita kalau melihat band rock tidak lihat satu lagunya, tapi keseluruhan album. Nah ini rata-rata bagus,” kata Roy Jeconiah ketika ditanya penilaiannya terhadap lagu-lagu God Bless. “Semuanya (lagu garapan God Bless, red.) enak (didengar) kalau buat saya.”

Terlepas enak-tidaknya lagu adalah urusan personal, yang pasti lagu-lagu God Bless bukan “kaleng-kaleng”. Secara teknis maupun musikalitas lagu-lagu yang diciptakan God Bless bukan kelas untuk konsumsi pemula. Bagi Roy, God Bless salah satu referensi dan insiprasi di awal bermusiknya. Bukan hal luar biasa lagi jika lagu-lagu God Bless menjadi lagu yang dibawakan band-band pemula dalam festival-festival atau parade musik rock di kota-kota Indonesia antara era 1980-an dan 1990-an.

Semua karya yang ditorehkan God Bless itu berangkat dari para personelnya yang berusaha untuk tetap idealis dengan lagu-lagu rock yang jauh dari kesan cengeng. Idealisme itu pula yang membuat God Bless baru punya dua album pada paruh pertama dekade 1980-an, yakni God Bless (1976) dan Cermin (1980).

Album bagus adalah ambisi God Bless. Soal pasar adalah perkara lain. Meskipun ada album yang tak laris, tokh God Bless tetap dianggap “dewa” bagi musik rock Indonesia.

Setelah God Bless meluncurkan album Semut Hitam (1988), pada 1991 Hubert Henry dan John Paul Ivan bersama Petrus Augusty dan Inno Daon mendirikan Lost Angels. Pada 1992, Roy masuk menggantikan Inno yang keluar. Tak hanya main dan masuk 10 besar di festival band rock hingga bisa merekam lagu “No More” dalam album kompilasi 10 finalis Festival Rock Indonesia 1993, Lost Angels tahun itu juga menjadi band pembuka bagi God Bless di Sulawesi Selatan.

Roy tidak lupa bagaimana dia bertemu Ahmad Albar secara langsung di sana. Merasa diri adalah pemula, Roy dan kawan-kawan Lost Angels-nya merasa segan kepada Ahmad Albar yang pada 1990-an sudah menjadi “dewa” musik rock.

“Kami mau mendekat juga gak berani,” aku Roy.

Roy dkk. terus mengamati sang “dewa” dari jarak yang tidak jauh. Terlihat olehnya ada orang mendekati Ahmad Albar. Dari jarak yang tidak jauh itu, terdengar percakapan antara Ahmad Albar dan orang yang mendekat itu.

“Bagaimana situasi di lapangan?” tanya Ahmad Albar dengan suara khasnya yang berat.

Roy dkk. mendengarnya dan terus teringat ucapan tersebut hingga akhirnya menjadi bahan bercandaan Roy dkk. Lost Angels kemudian berubah nama menjadi Boomerang dan pada 1994 merilis album pertamanya yang membawanya mulai terkenal.

TAG

god bless sejarah musik

ARTIKEL TERKAIT

Genderuwo yang Suka Menakut-nakuti Maqluba Tak Sekadar Hidangan Khas Palestina Eric Carmen dan "All By Myself" Warrior, Prahara di Pecinan Rasa Bruce Lee Yusman Sang Maestro Patung dari Pasaman Menengok Tradisi Sadran di Dua Desa Exhuma dan Sisi Lain Pendudukan Jepang di Korea Kanvas Kehidupan Fathi Ghaben Eksil, Kisah Orang-orang yang Terasing dari Negeri Sendiri Jenderal Orba Rasa Korea